SMA Hokkaido Sapporo Minami, Musim Semi 20 tahun yang lalu
Yuta (16 th), Tak ada yang tau banyak tentang hidup ku atau lebih tepatnya tak ada yang ingin menghabiskan waktu mengurusi anak laki-laki yang membosankan sepertiku.
Tapi sekarang semuanya berbeda semenjak kehadiran anak perempuan bersyal kuning yang berdiri di depan kelas, setelah memperkenalkan dirinya dia menanyakan namaku dengan alasan aku adalah satu-satunya yang tidak suka dengan kehadirannya di kelas ini karena aku tidak memperdulikannya dan hanya sibuk dengan buku komikku.
“Sudahlah Hana dia memang begitu kau tak perlu menghiraukannya disini ada kami yang senang dengan kedatangan mu.” Ujar Yami, gadis berponi yang menjadi teman duduk murid baru itu.
Tak butuh waktu lama gadis yang ku ketahui bernama Hana itu sudah akrab dengan teman sekelasku berbanding terbalik dengan diriku yang sudah bertahun-tahun kenal tapi tak pernah seakrab itu. Saling menyapa pun jarang. Lihatlah tawa mereka membuat ku iri seolah-olah di kelas ini aku hanya sebuah patung figura.
Bel pulang berbunyi, teman kelas ku satu per satu keluar kelas kecuali murid baru itu bukannya pulang dia malah datang menghampiriku dan mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.
“Hai, namaku Hana.” Ujar Hana dengan senyum terbaiknya.
Aku tak menghiraukannya terlalu berbasa-basi dan menghabiskan waktuku. Aku berdiri dan berjalan melewati gadis dengan syal kuning melilit lehernya tanpa membalas uluran tangannya aku memilih pulang terlalu malas untuk berdrama.
Seperti biasanya setelah pulang sekolah aku menghabiskan waktu di kamar dengan membaca buku komik dan membuat cerita karangan yang tak pernah ku perlihatkan pada orang lain.
Walaupun musim dingin baru saja berlalu berganti musim semi namun hawa dinginnya masih bisa dirasakan. Awal musim semi seperti ini pasti semua orang sedang berkumpul dengan keluarganya merayakan hanami sambil menyaksikan kuncup bunga sakura di awal musim semi, aku tak merayakan hanami sebab tradisi tersebut hanya dirayakan oleh satu keluarga.
Sedangkan aku hanya sendiri, Otou-san (ayah) dan Okaa-san (ibu) mungkin sudah bahagia dengan keluarga baru mereka.
Berbicara tentang hanami mengingatkan ku pada murid baru bernama Hana yang artinya bunga iya dia memang seperti bunga dan teman-temanku adalah kumbangnya, sekali bertemu mereka langsung akrab.
OOO
Sudah tujuh bulan semenjak kedatangan Hana dan ajakan perkenalannya yang ku abaikan serta selama itu pula dia selalu mengusik hidupku, mengikuti ku kemana pun, menatapku terus-menerus sampai memberiku barang-barang hampir semua bewarna kuning yang tak pernah ku sentuh sedikit pun.
Aku risih. Dia menganggu hidupku. Seperti saat ini, aku yang duduk di bangku taman dengan sebuah komik sambil menikmati hembus angin sejuk yang hanya ada pada musim gugur, aku terlonjak kaget Hana muncul tiba-tiba dihadapanku.
Hana tak pernah menyerah. Dengan senyuman manis yang tercetak jelas dibibirnya ia menyodorkan sebatang coklat dan berkata,
“Aku tau kau tak akan menerima coklat ini dan barang apa pun yang aku beri seperti biasanya tapi aku mohon Yuta jadikan aku sahabatmu, aku akan membuat hidupmu indah seperti musim semi yang indah karena bunga sakura. Maka hidupmu akan lebih indah karena ada aku sebab aku juga sebuah bunga.”
Lagi dan lagi aku hanya mengabaikannya.Aku beranjak pergi meninggalkan Hana yang berdiri terpaku bersama guguran daun.
Wajahku yang datar tak berekspresi untuk pertama kalinya terlihat tegang penyebabnya karena buku tugas yang seharusnya kukumpulkan hari ini kepada Sensei Hiro hilang, buku itu terakhir kali ku lihat di taman samping sekolah dan pasti aku melupakannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru🍁
Teen Fiction#edisioneshortstory1 "Makna abadi dari sebuah Persahabatan adalah pepisahan, jika kau mampu membuat dia hidup dalam Persahabatan walau kisahnya telah berakhir" --------- "Hai, namaku Hana." Aku tak menghiraukannya terlalu berbasa-basi dan menghabi...