Halo halooo salam kenal semuaaa wkwk
Vote vote vote!»»»
Jeslyn merutuk dalam hati karena kedatangan Reeve tadi membuat suasana hatinya memburuk. Bahkan dirinya tidak mau repot-repot untuk turun kembali ke lantai satu memastikan apakah lelaki itu masih ada disana atau sudah pulang.
Reeve benar-benar membuatnya kesal. Memang laki-laki itu berpikir home schooling keinginan Jeslyn sendiri? Padahal dirinya juga sangat ingin bersekolah di sekolah umum dan bergaul dengan teman-teman sebayanya.Apa dia harus kembali mencoba membujuk keluarganya terutama Papa-nya agar mengizinkannya masuk ke sekolah umum?
"Apa aku harus mencobanya kembali, Rora?" Jeslyn menatap Rora yang juga ikut berbaring di sampingnya. Rora hanya menatapnya dengan mata setengah menutup sebelum akhirnya benar-benar tertidur.
"Sepertinya tidak ada salahnya mencoba lagi." Jeslyn mencium kepala Rora dan bangkit berdiri menuju kamar mandinya untuk bersiap-siap karena sebentar lagi pasti Mama-nya menghampirinya untuk makan malam.
Setelah kurang lebih dua puluh menit, Jeslyn keluar dari kamarnya dengan memakai sweater berwarna merah muda dan celana panjang berwarna hitam. Ketika sampai di ruang makan, ia hanya melihat Mama-nya yang sedang menyiapkan makan malam dibantu beberapa pelayan. Dirinya tidak melihat keberadaan Papa-nya dan juga kedua kakaknya.
"Ma, dimana Papa?" Jeslyn menarik kursinya dan duduk disana, memperhatikan beberapa pelayan yang membawa makanan dan meletakkannya di atas meja.
"Dia masih di ruang kerja, padahal Mama sudah menyuruhnya untuk segera kemari." Jawab Aimy.
"Hai, Ma." Jeslyn melihat Edwan yang sepertinya baru saja pulang dari kuliah karena masih membawa tas ranselnya. Edwan menghampiri Aimy dan mengecup pipinya. Kemudian mengacak-acak rambut Jeslyn sebelum duduk di sebelahnya.
"Kenapa baru pulang?" Tanya Jeslyn heran.
"Biasa." Edwan tersenyum miring dan menaikkan kedua alisnya.
Jeslyn mengerutkan dahi tak suka, "Kau masih-"
Edwan menutup mulut adiknya itu dan berkata, "Sst... Jangan keras-keras. Nanti Mama dengar."
Jeslyn menyingkirkan tangan Edwan dari mulutnya, "Biar saja. Sudah kubilang untuk berhenti, Edu. Bagaimana jika Papa tahu?"
"Papa tidak akan tahu jika kau tidak memberitahunya." Jeslyn menutup mulutnya kembali begitu melihat Papa-nya dan juga Jayvon masuk ke ruang makan dan bergabung dengan mereka.
Selama makan malam, Jeslyn selalu memperhatikan raut wajah Papa dan kedua kakaknya. Menebak suasana hati mereka malam ini. Jeslyn tidak ingin dirinya menjadi sasaran dari mereka jika seandainya suasana hati mereka sedang tidak baik.
Jeslyn membulatkan tekadnya ketika dirinya dan keluarga sudah berkumpul di ruang santai sambil menonton acara televisi. Jeslyn menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Pa, apa aku boleh minta sesuatu?" Ucap Jeslyn ragu-ragu.
"Tentu. Apa sayang?"
"Apapun?"
Papa Tavius menatap anaknya itu dengan dahi berkerut. "Selama Papa bisa mengabulkannya kenapa tidak."
Jeslyn menggigit bibir bawahnya, "Aku ingin berhenti home schooling."
"Kau tidak ingin belajar lagi?" Tanya Edwan.
"Bukan itu. Aku ingin bersekolah di sekolah umum lagi." Cicit Jeslyn. Sontak saja Papa beserta kedua kakaknya langsung menatapnya dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Princess
Roman d'amourJESLYN PETRONILLA TAVIUS ˚The Little Princess˚ Gadis berdarah campuran Italia-Inggris ini adalah anak dari seorang pengusaha sukses di Inggris. Hari-harinya berubah drastis sejak kedatangan teman sekaligus musuhnya saat kecil, yaitu Reeve Niclas Alf...