Bab 1 Prolog

97 10 9
                                    

      Rintihan air hujan membuat suasana menjadi mencengkram Ditambah redupnya cahaya matahari, sambaran petir menghiasi langit tetapi tanpa menggeluarkan suara. Ku lihat ada dua orang pemuda sedang berbicara, tapi aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Kelihatan nya mereka akrap sekali. Aku tau mereka bukan bangsa manusia, mereka adalah jiwa jiwa yang masih belum dapat kembali kealam selanjutnya. Karena urusan mereka didunia ini masih belum terselesaikan.
    
    Aku terus memperhatikan apa yang mereka lakukan, tak berselang lama mereka lari terpontang panting karena ketakutan. Aku mencoba mencari tau apa yang sebenarnya yang terjadi pada mereka. Kulihat tidak ada siapa siapa, kenapa mereka lari? .
    
   "Pukk", ada yang menepuk pundak ku. "Aaaaa...."teriak ku. Ada sesuatu yang mencengkram pundak ku dengan kuat. Aku tidak mampu untuk menggeluarkan suara karena rasa sakit sehingga suara ku lenyap. Aku mencoba melihat siapa yang mencengkram pundak ku, belum sempat aku melihat siapa yang ada di belakang ku.
  
  "Sett.. " tubuh ku terpelanting karena ada yang mendorongku dengan kuat sekali.     "Drakk" tubuh ku membentur dinding, seketika penglihatan ku menjadi rabur dan aku tidak mampu lagi untuk melihat lagi. Akhirnya aku jatuh pingsan.
     
   Arini bangun.... Arini bangun...., Aku mendengar seseorang memanggilku. Aku mencoba untuk bangkit tapi rasa sakit menyebar diseluruh tubuhku. Aku mrncoba bangun, lamat lamat mataku terbuka dan perlahan aku mulai melihat sekitar.

  "Dimana aku ini" ucapku sambil melihat sekelilingku, kulihat aku berada disuatu kamar. Disampingku terdapat keranjang yang kusut, aku berdiri dan berjalan untuk mencari jalan keluar.
      
    Aku hanya beberapa melangka, tak kusangka. "pracct" cipratan air atau semacamnya mengenaiku aku milihat apa yang ku pijak.

   "Aaaaa....."teriakku sangat kencang. Aku langsung mundur, teryata yang kupijak adalah darah yang memenuhi lantai. Sungguh tak ku sangka kenapa hariku menjadi seperti ini. Terdengar suara langkah kaki yang mendekatiku. Ada seorang dibalik bayangan itu, aku mencoba melihatnya tetapi wajahnya tertutup bayangan.
       
   Ku lihat dia sedang memegang bonekah ditangan kirinya dan kapak ditangan kanan nya. Sontak aku langsung ketakutan, aku terus memperhatikan kapak yang ada ditangan kanan nya itu. "Dakkk" suara kapak yang menancap, untung aku sempat menghindarinya. Tanpa berpikir lagi aku lari mendekati pintu. Tetapi tidak bisa terbuka, aku menagis ketakutan.
 
   Aku mengerahkan seluruh tenaga ku tapi itu sia sia, dia mulai mendekatiku. Aku tidak dapat melakukan apa apa. Ku pikir ini akan menjadi akhir hidup ku, tiba tiba tubuh ku tertarik sesuatu.

MELEBUR SUKMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang