~Bismillahirrahmanirrahim~
Sebelumnya terimakasih kepada para pembaca wattpad yang sudah berkunjung di cerita pertamaku ini🙏 Jangan ragu bila ingin mengkritik cerita ku, karena kritikan kalian sangat dibutuhkan untuk menjadi motivasi, pembelajaran, dan bahan koreksi di karyaku selanjutnya😃
~••~Pada Minggu malam di kota Bandung, terdengar suara rintik hujan yang begitu merdu terdengar di telinga.
Hawa dingin yang hening pun seketika mampu membuat seseorang untuk tenggelam dalam lamunannya. Sehingga tak heran, suasana seperti ini sering kali mengakibatkan sebagian manusia memutar kembali potongan-potongan memori yang sudah lama tersimpan di dalam ruang ingatannya.
Bahkan ternyata, suasana seperti ini pun seakan menjelma menjadi virus kejam yang tanpa permisi menular begitu saja pada salah satu ciptaan-Nya yang bernama manusia.
'Di Sudut Kafe Kota Bandung'
Alunan demi alunan musik indie sedari tadi diputar di ruang kafe oleh seorang pelayan yang bertugas dibagian kasir, lirik demi lirik pun seolah mampu menerobos dan menghipnotis para pengunjung untuk tetap tenang disaat suara petir beberapa kali mencoba menerobos masuk ke dalam kafe.
🎶Dan Bandung bagiku bukan cuma
Urusan wilayah belaka
Lebih jauh dari itu
Melibatkan perasaan yang
bersamaku ketika sunyi
( Dan Bandung bagiku bukan cuma)
( Masalah geografis lebih jauh dari
itu)
( Melibatkan perasaan yang
bersamaku ketika sunyi)
......🎶Terlihat dari kaca luar kafe, terdapat seorang remaja tampan yang tengah duduk sendiri sembari melamun di dalam sudut kafe tersebut, remaja itu tanpa sadar kini sedang menjadi sorotan para pengunjung kafe yang diam-diam memandanginya dengan penuh halu dan harap bahwa semoga kelak ia akan menjadi kekasihnya.
"DARRR." Teriak dua orang yang tiba-tiba mengagetkan dari arah belakang kursi yang diduduki oleh Alfath. Yap, remaja tampan yang sedari tadi kita perbincangkan itu bernama Alfath.
"Etdah kebiasaan Lo berdua, untung gue ga jantungan." Omel Alfath sembari menjewer kuping kedua sahabatnya itu tanpa permisi.
"Aduh-aduh ampun." Pinta keduanya dengan kesakitan, karena merasa iba Alfath pun melepaskan jarinya dari kuping kedua sahabatnya yang sedari tadi dijewer olehnya.
"Sakit tau." Keluh Riko sembari mengusap-usap kupingnya yang sedikit memerah.
"Bodo, sakitan mana sama disuntik pas SD?" Tanya Alfath sambil memakan koaci yang ada dipiring kecil yang diletakkan di tengah meja kafe yang ia duduki.
"Ya disuntik lah." Gumam Riko sambil menyeruput minuman jus yang baru saja disimpan di meja oleh sang pelayan kafe. "Makasih ya mba udah perhatian, tau aja lagi aus." Ucapnya yang dibalas tatapan aneh dari pelayan tersebut.
"Eh, ga sopan banget jadi orang, ko diminum? Itu kan pesenan gue." Cerocos Alfath sembari merebut pesanannya dari tangan Riko.
"Iya Lo Rik, untung jus nya punya si Alfath. Coba kalo pelayan itu salah ngasih pesenan, kaya salah meja gitu." Ucap Jodi yang ikut mengomeli Riko sahabatnya.
"Yaelah gitu amat sih ke sahabat sendiri, tega Lo berdua." Timpal Riko sembari mengupas koaci yang diikuti gelengan kepala Alfath dan Jodi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL SECERCAH RINDU
Teen Fiction"Kita bagai bumi dan langit yang hanya terpisah oleh jarak. Layaknya senja dan fajar yang selalu setia menghadirkan segurat kesan yang tak dapat diartikan untuk dikenang. Ibarat bulan dan bintang di malam hari yang selalu setia menerangi bumi ." •...