Perlu diketahui, ya. Cerita ini sebelumnya saya ikutkan lomba menulis novel selama satu bulan. Nah, karena waktunya hanya satu bulan, jadinya alur yang sudah saya pikirkan jadi buyar. Ambillah cara agar cerita bisa cepat selesai. Cerita ini sudah ada yang review total. Jadinya, cerita yang saya tulis, saya share di sini. Tidak saya ubah sama sekali.
Nantinya, akan saya rombak total sesuai review yang diberikan oleh pemilik lomba tadi. Tentang alur pun akan saya ubah termasuk endingnya. Entah nanti Satria akan tetap dengan Hasna dan hidup bahagia setelah Hasna bisa melihat, atau justru tetap meninggal lalu akhirnya bersatu dengan Reinata, atau bisa jadi banyak kemungkinan nanti. Sudah pasti akan lebih detail dan lebih panjang. Tapi, hanya ada dalam versi novel nantinya. Kapan? Ya masih lama. Saya gak mau terburu-buru juga. Takutnya alur jadi mocar-macir lagi.
😊😊😊
💖
Suasana ruang tengah terasa begitu menegangkan ketika semua berkumpul untuk disidang. Malam setelah acara pemakaman, juga usai para tamu tahlilan pulang.
Santi berusaha keras untuk menenangkan Satria yang begitu geram ingin menghajar habis-habisan saudara tirinya itu. Sedangkan Rendi, berdiri tegak dengan sorot mata tajam menatap anaknya, Ryan.
“Tolong jelaskan sejujurnya yang terjadi kemarin itu?!”
“Kalau soal Satria, aku juga gak mau kalau disalahkan! Sebagai ibu, mana mungkin aku membiarkan Ryan dipukuli oleh Satria!” sahut Nurmala membela diri. Tak sabar ingin mengakhiri.
“Itu karena anak Tante udah berani menyentuh Hasna!” Satria melotot dengan napas terengah. Emosi meluap saat mengingat semua kejadian sebelum naas yang merenggut nyawa istri tercinta. Sedangkan Santi yang duduk di sampingnya, mengelus punggung menenangkan.
“Tahan emosimu, Satria,” ucap Rendi tenang dan tegas. Tak ingin menambah amarah sang anak yang sedang lepas kendali.
“Ryan ... Katakan apa yang sebenarnya kamu lakukan terhadap Hasna!” Rendi bertanya. Tatap mata tajam menyiratkan ketegasan.
Ryan menelan ludah. Wajahnya pucat dengan keringat dingin mengalir. “Aku cuma berniat menggoda saja. Sedikit pun gak ada niat untuk mencelakai.”
“Satria … tahan, Nak.” Santi berusaha menenangkan, saat Satria kembali terlihat geram.
“Benarkah?” Rendi menyipitkan mata, menatap curiga.
“Mas!” tukas Nurmala tak terima, jika anak semata wayangnya harus menerima tuduhan yang tak dilakukannya. “Hasna jatuh sendiri dari tangga! Bukan salahnya Ryan! Lagian, setelah Hasna jatuh, Ryan langsung membawanya ke rumah sakit, kan?”
“Yang kutanyakan kejadian sebelumnya!” Rendi melotot ke arah Nurmala, membuat wanita itu diam seketika. “Semua pembantu bilang, kalau mereka diberi uang oleh Ryan untuk keluar! Sekarang berhentilah untuk membela!”
Nurmala menekuk wajahnya sedemikian rupa, dengan napas memburu menahan emosi. Namun, tak berani membantah lagi saat sang suami sudah murka. Sedangkan Ryan masih tertunduk dengan jemari saling meremas karena cemas.
“Ryan … ceritakan yang sebenarnya terjadi. Jujur!” Rendi kembali menatap anaknya. Intonasi suara sudah terkontrol, tak setinggi tadi.
“Sudah kukatakan, aku hanya berniat menggoda Hasna saja, gak lebih. Belum puas aku menggodanya, tiba-tiba Satria datang. Aku hanya panik, lalu membekap mulut Hasna, dan membawanya masuk ke kamarku.”
“Jahanam kamu Ryan!” hardik Satria tak tahan. Berdiri dengan raut wajah geram siap menerkam. Namun, Santi berusaha menahan dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cahaya di Langit Doa (Selesai)
SpiritualKisah seorang anak lelaki yang tumbuh dewasa dengan lika-liku kehidupan yang sangat tajam. Satu-satunya wanita yang dicintainya harus pergi meninggalkan untuk selamanya. Wanita yang dia panggil Emak. Namun kehidupannya berubah saat diangkat anak ol...