pssst.. ini cerita lama yang sudah kutulis di blogku.
14 Februari 2013
Jendela kamar di lantai dua itu tetap tertutup rapat. Jarang sekali. Biasanya gadis penghuni kamar itu sudah membuka lebar lebar jendelanya sejak jam enam pagi. Ini, aku melirik jam tangan Rolex ku, ini sudah pukul 09.30. Kemana ia? Kenapa ta kunjung muncul? Apakah ia terlalu letih? Apakah ia sakit?
Waktu terus berjalan, sudah tengah hari, jendela itu tak kunjung terbuka, gadis cantik yang selalu tersenyum itu tak jua terlihat. Ada apa ini? Kenapa perasaanku semakin tidak karuan? Ya Tuhan, semoga dia baik baik saja.
Hari pun berlalu, aku tetap tak beranjak dari tempatku, masih menunggu dengan cemas kehadiranmu. Lalu sirine polisi menggema, menulikan telinga. Polisi berhamburan memasuki rumah mu. Dadaku .. Jantungku berdetak semakin tak karuan, memukul mukul rongga dada, menyesakkan aku. Namun aku masih di tempat, kakiku bagai dislot tak mampu berpindah. Hanya mataku yang nyalang, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Lalu mereka keluar, membawa seseorang yang sudah tak bernyawa lagi. Dirinya kah itu? Oh Tuhan, Jangan.. Jangan sampai itu dia. Bagaikan di film film, tangan orang itu terjatuh dari tempatnya semula.Tangan dengan gelang emas putih berbandul hati. Gelang... Gelang miliknya.
Kemudian, semua ingatan itu bermunculan di kepalaku, meneriakkan semuanya, menodong dengan semangatnya, sehingga membuat kepalaku sakit tak terhingga. Membuat keringat dingin bermunculan di wajah dan di tengkukku, membuat tubuhku bergetar hebat. Ketakutan. Sedih. Bersalah. Penyesalan.
****
13 februari 2013
"Aku letih! Sumpah, perasaan ini terlalu menyesakkan. Aku ingin.. aku... sudah cukup sampai di sini saja." isak seorang perempuan.
"Enggak!! Enggak bisa!!" kali ini suara berat si lelaki yang terdengar menggelegar, " Kamu enggak bisa ninggalin aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu!" teriaknya frustasi.
"Aku enggak tahan lagi Vin, setiap orang menghujat. Hatiku tak tenang. Rasa bersalah terus menggerogoti aku!" si perempuan tak kalah histeris.
Si lelaki hanya diam, matanya nyalang dan gelisah, kedua tangannya terkepal erat.
"Aku berdosa. Kita berdosa. Mau sampai kapan?" si perempuan berbisik lirih, matanya memandang sedih lelaki yang berdiri diam di depannya, lelaki yang ia cintai, lelaki yang salah, suami sahabatnya sendiri.
"Mungkin kita tidak berjodoh, ahh bukan. Kita MEMANG tak berjodoh. Sejak awal kita hanya menumpuk dosa, menyakiti hati orang lain, menyakiti diri sendiri. Hanya mengikuti bisikan setan, terpelopori oleh nafsu." tak ada air mata hanya bisikan lirih seolah olah ia hanya bicara pada dirinya sendiri. Tak sanggup lagi menatap sang lelaki, kepalanya tertunduk letih, menatap jari-jarinya yang membelai sayang bandul hati di gelang emas putih yang tersampir indah di tangan kanannya.
Lama berselang. Tak ada yang bersuara. Hanya suara tarikan dan hembusan nafas yang terdengar di kamar dengan penerangan remang-remang itu.
"Baiklah. Sepertinya memang harus sampai di sini. Tak ada cerita untuk kita. Aku yang akan pergi." si perempuan tersenyum sedih. Cinta.. ahhhh, begitu indah kata itu, tapi begitu mewah dan mahalnya sehingga tidak semu orang "sanggup" untuk hidup bersamanya.
Si perempuan berdiri. Berjalan tersaruk saruk bagaikan zombie. Ia membuka pintu lebar-lebar. Berdiri di samping pintu menatap nanar sang lelaki. Tersnyum lemah. Namun hatinya sudah mantap. Tak ada keraguan.
"Selamat tinggal". ucapnya pelan namun tegas. Mengusir lelaki itu dari rumahnya, dari hidupnya. Sang lelaki berjalan cepat, merengkuh perempuan itu dalam pelukannya. Erat. Erat sekali. Nafasnya memburu. Matanya berkobar penuh amarah. Lalu entah ia sadar atau tidak, kedua tangannya merambat naik ke leher perempuan itu. Pertama lembut, lalu ia menekannya dengan kuat, mencekik, menarik seluruh asupan oksigen dari paru-paru sang perempuan.
" Kau tidak boleh pergi. Tak boleh. Takkan kubiarkan . Aku hidupmu. Kau hidupku. Kalau kau pergi bagaimana dengan aku. Kalau aku tak bisa memilikimu, yang lain pun tak boleh. Hanya aku. Hanya aku yang boleh memilikimu. Hanya aku. Kau mencintai aku, iya kan? Kau hanya boleh mencintai aku. Hanya aku." ucap sang lelaki di telinga perempuan itu lembut - seakan untuk meyakinkan, meyakinkan sang perempuan, meyakinkan dirinya sendiri - seiring dengan kuatnya cekikkannya pada leher si perempuan.
" Selamt tinggal... sampai bertemu lagi" ucapnya pelan.
****
" Cinta ... Sungguh indah kata itu. Tetapi betapa mewah dan mahalnya sehingga tak semua orang SANGGUP untuk hidup bersamanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye My Love
RomanceI know this is wrong, that's why we should end it. Good bye ~