4

345 32 0
                                    

#CHANYEOLEXO ft Punch - Stay With Me

Mark pun menarik tanganku mendekati kedua pria itu. "Izinkan kami masuk" katanya.

"Tidak bisa. Alat pendeteksi-nya rusak, kami tidak bisa mendeteksi kalian" kata mereka. Aku membulatkan kedua mataku. Apa-apaan ini?

"Bisa saja kalian sudah terinfeksi"

Mark pun menggebrak gerbang yang membatasi kami. "KAMI SUSAH PAYAH KEMARI DAN KAMI DITOLAK? BUKA GERBANGNYA SEKARANG JUGA!"

Aku pun terkejut mendengar Mark mulai menaikkan suaranya. "Tidak bisa" jawab salah satu pria. Aku pun mengusap wajahku, sambil melihat ke belakang, tiga zombie tadi berusaha memanjat gerbang depan.

Aku memeluk tangan kanan Mark, merasa khawatir. "Please, biarkan dia masuk, Aku berjanji, dia tidak terinfeksi" Aku pun menatap Mark tidak percaya. "What? no way! I'm with you!" Mark tidak memperdulikan-ku dan terus menggebrak gerbang.

"Just let her in! She's pregnant!" teriaknya. "Sorry, tidak bisa"

"Mark!"
Tiga zombie tadi sudah berhasil memanjat gerbang, Aku pun meremas tangan Mark.

Mark pun menggebrak gerbang lebih keras lagi, mulai emosi. "Fuck you!"

Kemudian Mark mengangkat tubuhku ke bahunya lalu berlari mengikuti jalan yang ada. "Yak! Mark Lee turunkan Aku!"

Dia tidak menjawab, terus berlari sampai akhirnya kita memasuki sebuah gang kecil yang berujung pada sebuah pusat perbelanjaan.

Kami memasuki sebuah toko pakaian lalu bersembunyi dibalik kasir. "Kenapa kau menggendongku?!"

"Shushh!" Aku pun menutup mulutku.

"Aku tidak mau kau kelelahan, keringat sudah membasahi wajahmu" katanya sambil menatapku.

Aku pun terdiam.
Aku merasa bersyukur memiliki suami seperti Mark. Baru kali ini dia sangat perhatian padaku, bukannya selama ini dia tidak perhatian, tapi, melihat dia menggebrak gerbang agar Aku dibolehkan masuk, itu benar-benar membuatku terharu. Dan Aku yakin sekali, Mark benar-benar menyayangiku.

Aku baru sadar, wajah Mark menghitam dan terkena luka bakar karena ledakan tadi. "Your face"

Mark tidak menjawab-ku, malah berjalan menuju pakaian wanita. Dia menggambil sebuah atasan hitam selutut, celana pendek putih dan sebuah jaket hitam. "Ganti baju dulu" katanya bak seorang Ibu mengatur anaknya. Aku hanya mengangguk, lalu mengganti pakaianku di belakang kasir.

Setelah selesai kuikat rambut cokelat panjang-ku. Kulihat Mark sudah mengganti pakaiannya dengan celana panjang, kaos putih dan jaket kulit.

Aku pun mendekatinya, "Sayang, itu luka bakarnya?" "Udah gapapa" jawabnya. Aku pun memegang lukanya, dan dia meringis.

"Gapapa apanya, itu sakit"

Bukannya menjawab Mark malah berjalan mendekati jendela kaca yang tertutup gorden. Aku melihat ke arah luar yang benar-benar sepi, kota ini sudah mati.

Aku pun melihat sebuah pintu saluran air, Aku memegang tangan Mark. "Sekarang musim kemarau kan?"

Mark mengangguk. "Ngapain sih, nanyain yang gapenting" katanya. Kupukul lengan kirinya lalu menunjuk sebuah pintu saluran air yang berada di depan persis toko pakaian ini.

"Kalau kita bersembunyi disitu, dijamin gaakan ada zombie yang tau"

"Sekarang musim kemarau, pasti airnya surut" kataku.

Mark pun meremas bahuku lalu menciumnya. "Istriku memang cerdas"

Kami pun mengatur rencana untuk memasuki pintu saluran itu, untungnya di samping toko pakaian ini adalah minimarket, kami pun berhasil mengambil beberapa kantong makanan dan air untuk persediaan.

Setelah merasa sepi, kami pun mendekati pintu saluran air, Mark mencoba membukanya walau terasa berat. Aku melihat keadaan sekitar sambil memegang pisau yang kuambil dari minimarket tadi. Jangan salahkan Aku mengapa pisau lagi. Aku tidak bertemu tentara, makannya Aku tidak menemukan handgun dan semacamnya.

"Zombie!" teriakku ketika melihat zombie remaja laki-laki sedang berjalan santai. "Dia tidak melihat kita, shush jangan berisik"

Aku pun menutup mulutku.

Akhirnya pintu saluran air pun terbuka, Mark mengarahkan senter yang sempat diambilnya dari ransel, "Aku turun duluan, hati-hati" kata Mark. Mark pun turun perlahan-lahan melalui tangga yang ada, kemudian Aku mulai memasukkan kaki kiriku ke dalam pintu. Setelah tubuhku masuk, segera kututup dan kukunci pintu saluran air itu.

Gelap dan bau, itu yang terlintas di pikiranku ketika mendaratkan kakiku di atas lantai saluran air ini. Mark menarik tanganku ke arah kanan untuk mencari tempat.

Kami pun berhenti di sebuah lantai luas, berisikan lumut-lumut yang sudah mengering. Aku menggelar kain yang sudah kami ambil dari toko pakaian tadi. Kamu pun duduk,

"Mianhe" kata Mark, membuatku menoleh dan menatap wajahnya bingung. Mark memelukku lalu mendaratkan dagunya di puncak kepalaku."

"Aku gagal membawamu pulang"

Aku pun tersenyum. "Hey, rumah adalah dimana kita selalu bersama"
"Apapun yang terjadi, Aku tetap bersamamu"

Mark mencium puncak kepalaku lama, "I love you"

"I love you more" balasku.

.
.
.

Sudah hampir satu hari kami berada di saluran air ini, Mark masih mencoba menghubungi Kak Taeyong untuk yang kesekian kali.

"Taeyong Hyung come on!"

"Shit"

Mendengar Mark mengatakan itu, Aku sudah tahu hasilnya. Nihil.

Aku pun memutuskan untuk menelpon Jisung. Semoga saja anak itu sedang memegang ponselnya, karena hari ini dia sedang ujian kelulusan, dan Aku yakin dia tidak akan memegang handphone-nya.

"Bagaimana?" tanyaku pada Mark, dia menggeleng. Aku pun mencoba untuk tersenyum. "Its okay"

"Halo? Halo? Kak Cali? Kak? Kak?"

Mataku membulat, teleponnya tersambung! Aku segera mengangkat handphone-ku dan mengaktifkan fitur speaker.

"Jisungie! Jisung! Dengarkan Kakak, Kami terjebak di kota ini!"

"Kakak bilang apa? suaranya tidak jelas!" Mark segera merebut handphone-ku, lalu berdiri untuk mencari sinyal.

"Kami terjebak di kota ini, kota ini terkena virus zombie, suruh Taeyong kemari membawa perlindungan, dan jemput Cali di saluran air dekat toko pakaian bernama Just Greys"

"Mark? Kau serius? Ini bukan prank?"

"Hyung? Astaga! Ini serius! Kami sudah terjebak di saluran air dan tidak ada yang mau menerima kami di pengungsian!"

"Mar---"

ESCAPE from zombies [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang