5

457 38 5
                                    

"Mark? Kau serius? Ini bukan prank?"

"Hyung? Astaga! Ini serius! Kami sudah terjebak di saluran air dan tidak ada yang mau menerima kami di pengungsian!"

"Mar---"

"Mark?"

Mark menoleh ke arahku lalu berjalan menghampiriku. "Baterai handphone-nya habis" katanya sambil memberikan handphone-ku.

"Setidaknya Taeyong Hyung dan Jisung sudah mendengar permintaanku" tambahnya. Aku mengangguk lalu bersender pada dinding.

"Mark"

Mark pun kembali duduk bersamaku lalu memeluk tubuhku. "Ya baby?"

"Aku takut kita tidak selamat, Ak-Aku"

Mark segera menarik wajahku untuk menatap wajahnya. "Shush, everything will be alright. Sekarang kita tidur saja"

Aku mengangguk saja. Aku merasakan tenggorokanku mengering dan tubuhku mulai menggigil. Aku tahu, Aku demam. Kalau berada di tempat baru, tubuhku memang sensitif.

Kutarik resleting jaketku ke atas lalu memeluk diriku sendiri untuk menghangatkan diri. "You okay?" tanya Mark. Aku hanya mengangguk lalu mulai memejamkan kedua mataku. Kurasakan telapak tangan Mark di dahiku, dingin sekali. "Kau demam sayang" katanya.

Aku hanya mengangguk saja, tubuhku terasa lemas. Mark melepas pelukannya, membuatku membuka kedua mataku, kulihat dia sedang sibuk mengobrak-abrik isi ransel. "Minum obatnya dulu" kata Mark sambil memberikan tablet dan air mineral.

"Airnya tinggal sedikit, nanti habis" kataku. "Habiskan saja, nanti Aku bisa mencari lagi" Aku menggeleng.
"Minum obatnya sekarang."

Mark mulai memasukkan tabletnya ke dalam mulutku, Aku pun membuka mulutku lalu menelannya, kuminun air mineral yang tersisa sangat sedikit itu.

"Come here, lets sleep"

Aku pun memeluk tubuh Mark lalu memejamkan kedua mataku.

.
.
.

#EXO-Don't Go

Kubuka kedua mataku, Aku mendengar suara tangisan, tangisan bayi. Aku pun melepaskan tangan Mark yang melingkar di perutku, membuatnya membuka kedua matanya."Ada apa sayang?"

"Ada suara bayi menangis" kataku sambil berdiri. Aku berjalan berusaha mencari arah suara. Mark yang terlihat masih mengantuk pun berjalan menemaniku mencari arah suara.

Kami berjalan ke lorong kiri lalu menemukan dua terowongan besar. Kami memasuki salah satunya lalu suara tangisan semakin terdengar.

Kupercepat langkahku, sampai akhirnya Aku melihat bayi berumur sekitar satu setengah tahun di atas lantai sedang menangis.

Segera kubawa ke gendonganku. Lalu berbalik untuk berjalan menuju tempat kami beristirahat. Kulihat mata Mark terus tertuju pada si bayi, tatapannya terlihat tidak suka. Kuputuskan untuk mengabaikannya.

"Hey shush, its okay"

Aku pun duduk sambil memeluknya. Kutepuk punggungnya dengan pelan, berusaha menenangkannya.

"Mark, bantuin dong. Katanya mau jadi ayah" sindirku. Bukannya menjawab, Mark justru merebut si bayi dengan kasar lalu berjalan menjauh dariku. Aku pun berdiri untuk menyusulnya.

"Mark kau ini kenapa?!"

Mark terus berjalan dengan cepat. "Ada yang salah dengan bayi ini!" katanya.

"Tidak ada! Sudah sewajarnya bayi menangis" Aku pun berlari, lalu menarik tangan Mark. Mark menengkurapkan tubuh si bayi di bahunya lalu menatapku. "Aku tidak tahu, intinya ada yang salah"

ESCAPE from zombies [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang