Vote dulu sebelum baca.
______________________________"There is a garden in every childhood, an enchanted place where colors are brighter, the air softer, and the morning more fragrant than ever again."
-Elizabeth Lawrence-Vale bangun pagi pagi sekali. Ia butuh pergi cepat, kartu ujiannya tertinggal di perpustakaan. Semalam, ia sudah memastikan ke Kak Ella, penjaga perpustakaan dan Kak Ella menyuruhnya datang lebih cepat.
"Kak, bangun!bangun!bangun!bangun?" Vale menggedor pintu kamar kakaknya.
"Ribut amat." Suara dari dalam kamar menghentikan gedorannya. Seketika pintu terbuka menampilkan Stephn yang sudah rapi berseragam.
"Hee." Vale melongo. Pasalnya Stephn selalu lama di kamar yang ia kira terlambat bangun dan berangkat setelah ia dan papa berangkat.
"Loh, kok belum siap? Lo bilang harus cepat."
"Kan sekarang masih subuh, gue kira lo belum bangun."
"Yaudah, sana siap-siap." Stephn mendorong Vale menjauh dari kamarnya. Lalu menutup pintu tepat di depan hidung adiknya.
"Gue barusan diusir?" Vale menggumam. Lalu ditendangnya pintu kamar Stephn keras disusul teriakan keras Stephn.
...
"Pa, mama ngidam apa sih waktu hamil kak Stephn?" Vale bertanya dengan nada kesal.
Papa mengingat-ingat, sedetik kemudian ia mengulum senyum.
"Mamamu ngidam mangga yang harus diambil sendiri. Tapi setelah itu, malah papa yang disuruh makan. Mama juga suruh papa pakai kostum badut. Habis itu, mama yang tuntun papa, ninggalin papa di mall dengan posisi seperti itu sampai setengah jam kedepan."
"Pantes anaknya jail ya, Pa."
"Kapan aku jail?" Ucap Steph melirik ke belakang.
"Gak usah pura-pura gaktau deh, kakak kan emang selalu jail. Mau aku sebutin satu-satu? Tadi pagi kakak sengaja kan ngusir aku keluar. Terus kemarin kakak dorong aku ke kolam renang. Tahu nggak Pa, sampai kemasukan air dalam hidungku. Untung aku bisa berenang. Terus kemarin lusa aku digelitikin pakai kemoceng sampai aku bersin bersin. Tiap hari ada aja ulahnya, ketulah baru tau. Heran aku, kok bisa terpilih jadi ketua OSIS?" Cerocos Vale panjang lebar.
"Udah takdirnya kali." Stephn menyahut.
"Vale, bagaimana persiapanmu hari ini?"
"Oh, c'mon Pa. Ini hanya Ujian Nasional, bukan perlombaan olimpiade. Aku pasti bisa menjawab. Setelah hari ini, dan aku bebas. Yippeee."
"Hmm. Kalau begitu tidak ada yang harus papa khawatirkan lagi. Papa percaya anak papa pasti bisa."
"Tentu saja papa harus percaya padaku."
Pintu gerbang mulai terlihat, Vale segera memasukkan buku-buku yang dikeluarkan dengan niat belajar tadi ke dalam tasnya.
Lalu ketika mobil berhenti Vale menyalimi papa dan Stephn.
"Doakan aku ya Pa, Kak."
"Dari seminggu yang lalu kamu mengulang permintaan itu, Vale."
"Hehe, biar doanya manjur."
...
Vale berlari menuju perpustakaan, suasana sekolah masih sangat sepi.
Sedikit terengah, Vale menginjak tumit sepatunya, lalu meletakkan di depan perpustakaan.
"Hei, Kak." Sapa Vale setelah melihat kak Ella sudah duduk dengan manis di depan komputer.
"Hei, Clumsy." Balas Kak Ella

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVILLE
Roman pour AdolescentsIni bukan tentang Seville, salah satu kota besar di Spain. Bukan juga tentang universitasnya. Tapi ini tentang Sean, juga Ville. Tentang hidup mereka. Tentang keluarga mereka. Tentang teman mereka. Tentang perjuangan mereka. Tentang ia yang ber...