01

7 1 0
                                    

"Perasaan itu datang tanpa kita minta"
-Tn-

Hembusan dingin angin malam menerpa tubuh gadis kecil lemah dengan pakaian lusuhnya. Orang-orang yang berlalu lalang ditaman itu hanya melihat dengan rasa iba namun tidak menggubris keadaan miris anak tersebut.

Terisak gadis kecil itu jika ia mengigat kembali nasibnya yang sungguh mengerikan. Isaknya terus sambil memeluk lutut kecilnya yang sedikit gemetar.

Tiba-tiba ada sebuah bayangan yang berdiri tepat dihadapannya. Ia mendongak mencoba mencari tahu siapa orang tersebut.

Seorang wanita muda yang tengah bejalan-jalan disebuah taman mendengar suara isakan pilu seseorang.

"Siapa itu?" Tanyanya dalam hati, ia menoleh ke kanan kiri tidak menemukanya.
Ia mencoba mendengar lagi dengan serius apa benar itu suara manusia apa makhluk jadi-jadian.

"Manusia" gumamnya "tapi dari mana?"

Dari kejauhan dibawah pohon didepannya ia melihat ada gadis kecil yang meringkuk kedinginan sambil terisak. Ia mencoba mendekati gadis kecil tersebut. Rasa iba dan kasihan ia melihat gadis kecil dihadapanya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Dan "kenapa sendirian disini? Kemana orang tuamu?"
Tanyanya bertubi-tubi.

Sedikit terkejut ia ketika gadis kecil itu mendongak ke arahnya. Mata sembab dan ada sedikit luka diujung bibir yang ia yakini itu bekas pukulan. Ia geram siapa yang tega melakukan hal kejam kepada gadis kecil ini.

Gadis itu hanya diam dan menyapu sisa-sisa tangisanya. Dengan sedikit keberanian wanita tersebut berkata

"Apa kamu mau ikut bersamaku? Aku bukan orang jahat, aku akan mengobati lukamu"

Setelah beberapa menit gadis itu diam kemuadian ia mengangguk lemah. Dengan perasaan lega wanita itu membawanya dengan mengedongnya didepan dengan wajah gadis kecil itu menghadap kearahnya. Lalu mereka berjalan pulang menuju rumah wanita muda tersebut.

Sara Pov

Malam yang dingin tidak membuatku malas untuk sekedar jalan-jalan ditaman ini. Aku ingin menghirup udara segar karena tubuh ini lelah akan padatnya aktivitas.

Ketenanganku terusik dengan suara isakan seorang gadis kecil yang menurutku sangat menyedihkan kondisinya. Aku tidak tega melihatnya dan aku memutuskan membawanya pulang kerumahku dengan menggunakan motor yang aku miliki.

Sebenarnya bukan sebuah rumah tapi sebuah apartemen kecil yang aku miliki.

Setibanya dirumah aku segera membersihkan tubuh gadis kecil itu dan mengobati lukanya. Dia hanya menunduk diam tak bersuara, aku mulai berfikir apa jangan-jangan dia tidak bisa bicara. Oh malang sekali jika itu memang benar.

"Sudah, apa kamu mau makan sesuatu?"

"Aku akan membuatkanya"

Dia hanya menatapku tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menghela nafas mencoba memahami situasi ini.

"Apa kamu tidak bisa berbicara?"

Dia mengeleng-gelengkan kepala. "Dia bisa bicara tapi kenapa diam saja?" Batinku.

Aku mendudukan diri disebelahnya memegang tangan kecilnya.

"Berapa umurmu sayang?" Aku mencoba dekat agar akau tahu siapa sebenernya identitas anak ini.

"4 tahun" ucapnya sambil menunduk

"Akhirnya.." legaku dia mau berbicara

"Hei! Jangan tertunduk terus seperti itu, nanti lehermu sakit"

Dia mendongak menatapku walaupun sedikit ragu.

"Siapa namamu? Tinggal dimana?" Ucapku sambil mengelus rambut hitam panjang miliknya.

Dia anak kecil yang cantik dengan mata bulat indah bibir kecil merahnya dan tentu imut sekali.

"Elina, di indah pelangi" jawabnya

"Apa itu nama jalan rumahmu?"

"Bukan"

Aku bingung sebenarnya anak ini tinggal dimana. Tapi tunggu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Kalau aku tidak salah itu adalah nama sebuah panti asuhan. Aku pernah kesana waktu mediang kedua orang tuaku masih ada, mereka mengajakku untuk mengikuti kegiatan amal disana.

"Apa kamu tinggal dipanti asuhan?"

"Ii ya"

"Baiklah, sekarang aku akan buatkan susu untukmu setelah itu kamu tidur"

"Duduklah disana" ucapku menunjuk tempat tidurku.

Dia mengikuti perkataanku dan duduk ditepi ranjang walaupun aku melihat dia sedikit kesusahan menaiki ranjang karena ranjangnya cukup tinggi untuknya.

Selesai membuat susu aku menyuruh dia untuk meminumnya.

"Sekarang tidurlah, besok aku akan antarkan kamu pulang" aku menarik selimut sampai dadanya dan mengecup kepalanya.

Dia diam menatapku lalu aku tersenyum.

"Tidurlah" setelah itu aku pergi untuk mencuci gelas tadi.

Hari yang melelahkan aku harus mengantar elina pulang besok. Selesai dengan kegiatanku aku segera menyusul elina tidur. Aku lihat wajah polosnya saat tidur membuat hatiku tersentuh, mengapa nasib gadis sekecil dia tidak beruntung. Walaupun umurnya masih 4thn tapi dia sangat pintar bicaranya juga sudah sangat lancar.

Aku memeluk elina dalam dekapanku namun aku sedikit takut jika dia terusik dengan apa yang aku lakukan tapi dia bereaksi sebaliknya dia menempelkan kepalanya pada dadaku. Aku elus sayang kepalanya dan sesekali aku kecup pipi gembulnya. Bahagia itu yang aku rasakan sekarang aku merasa seperti seorang ibu yang menemani anaknya tidur. Tidak terasa aku tersenyum dari tadi.

"Tuhan kenapa gadis kecil ini mengusik pikiranku, seolah aku ingin selalu bersamanya dan melindunginya"

"Jika aku ditakdirkan untuk menjaganya tolong berikan jalan yang terbaik" Batin dalam hatiku.

Lama-lama kantukku datang dan aku segera menyusul elina dalam alam mimpi.

"Selamat malam elina"

Pov end

Semoga kalian suka sama cerita yang aku bawakan kali ini
Walaupun ga jelas
Tapi w tulis aja lah ya
Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang