"Mulai sekarang, setiap pagi gue bakal jemput lo ke sekolah."
"Gak, makasih. Gue bisa ke sekolah sendiri.", Anna langsung menolaknya. Sesegera mungkin Anna ingin keluar dari ruangan ini. Menurutnya, Adrian hanya memakan waktu istirahatnya saja.
"Pentingnya besok pagi gue tunggu di depan rumah lo.", ujar Adrian langsung meninggalkan Anna.
****
"Eh An, sinii.", Vani melambaikan tangannya pada Anna. Ia menemukan kedua sahabatnya dan segera duduk di depan bangku mereka.
"Jutek bener mukamu, ada apa lagi?" ujar Vani.
"Gak tau tuh, si durian nya Rana.", Rana langsung duduk disamping Anna karena ia merasa terpanggil.
"Durian?? Lo pengen durian? Emang sih paman gue jualan durian. Lo tahu dari mana An?"
Pletakk
"Aww..sakit woi. Main mukul kepala mulu. Sampai gue amnesia tanggung jawab lo berdua." kesal Rana sambil mengelus kepalanya.
"Kasihan amat sih Ranaku yang cantik", gombal Alex membuat Vani, Rana dan Anna jijik mendengarnya.
"Apaan sih lo, minggir sana hus..hus", usir Rana membuat Alex semakin gemas dengan tingkahnya
"Untung sayang", ujar Alex sambil mengelus kepala Rana. Rana langsung melepas tangan lelaki itu dan pergi meninggalkan kantin.
"Ranaaaa...jangan tinggalin Alexx." teriak Alex dengan nada manjanya
"Bodo amat!" ucap Rana dengan nada tinggi.
****
"Lo ada hubungan sama Alex? Baru tahu gue ada yang suka gombalin nih Rana." tanya Anna membuat Rana kaget mendengarnya."Dari hari pertama sekolah, tuh cowok udah mulai gajelas and gue gak punya hubungan apa-apa sama Alex."
"Kok aneh, jangan-jangan.." ucap Vani sambil menoleh ke Anna.
"ALEX SUKA SAMA KAMU??!!", triak Anna dan Vani membuat se-isi kelas pun menoleh ke sumber suara.
"Tuh ngomong dikecilin napa. Walaupun gitu gue ogah sama dia." ucap Rana melipat tangannya di depan dada.
"Wah..gak nyangka ada yang suka sama cewek yang muka sama sikapnya bertolak belakang kayak gini." Rana langsung mencubit tangan Vani.
"Aww..jahat bener Rana. Yang gue omongin bener kan An?"
"Bener buangett pake U." bela Anna.
"Walaupun sikap gue kayak gini, gue masih punya banyak fans kalikk. Kalian aja yang gak sadar sama kecantikanku." ujar Rana sambil mengibaskan rambutnya.
"An ke toilet yuk. Rasanya ada yang mau keluar dari mulut." ucap Vani menyenggol-nyenggol tangan Anna.
"Gue juga." ujar Anna langsung menarik tangan Vani.
"VANI ANNA TUNGGUIN GUEE WOI..." teriak Rana sambil mengejar kedua sahabatnya.
****
kring...kring⏰
(bel masuk)"Selamat Pagi, Bu." ucap se-isi kelas memberi salam pada guru mereka.
"Anak-anak, ibu sudah menitip tugas pada ketua kelas kalian. Jangan lupa dikerjakan dan dikumpulkan paling lambat hari Jumat. Ibu ada rapat. Ibu tinggal dulu ya." ucap sang guru sambil berjalan keluar kelas. Kelas pun penuh dengan suara-suara gembira.
"An..boleh nanya gak gue?" tanya Rana dengan wajah penasaran.
"Emang mau nanya apa lo?"
"Lo tadi kenapa sama Adrian?" tanya Rana. Vani yang mendengarnya langsung menatap Anna dengan serius.
"Gue sih tadi mau bilang cuma takut lo marah aja Ran. Adrian mau anter gue ke sekolah tiap pagi. Gu-" Rana langsung memotong perkataan Anna.
"What?? Terus lo gimana?!"
"Gue sempet tolak. Tapi dia maksa. Dia gak bakalan bisa anter gue Ran. Kan ada abang gue dirumah." jelas Anna. Rana dan Vani lega mendengarnya.
*****
Hari berikutnya.."Annaa!! Cepetan turun. Sarapan sini!" jerit abangnya, Celvin.
"Iya sabar abang!! Ini lagi kuncir rambut." balas Anna.
Anna pun turun tetapi langkah tersebut terhenti saat ia mendengar suara klakson motor
Tinn..tin..
(suara klakson motor)"Lo bawa temen kesini An?" tanya Charlie sambil membuka gorden jendela.
"Enggak bang. Coba di cek, mungkin salah alamat bang." ujar Anna memakan sarapannya.
"Permisi, Anda siapa ya?" tanya Charlie.
"....."
SAPA YA ITU🙈
Tebak- tebak sini. Kira-kira siapa ya yang di depan rumah Anna?Thank you buat readers yang setia nunggu Lin update ya:)
Maapkan kalau ada kata-kata yang mungkin tidak mendukung.
Tinggalkan jejak🐥
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex but Married
RomansaAnna, seorang wanita muda yang selalu mencintai seorang laki-laki. Waktu terus berjalan tanpa ada kata berhenti, membuat ia terus merutuki dirinya. Entah apa yang harus ia pikirkan, entah sampai kapan ia harus menahan rasa sesak di dadanya setelah m...