"Yak! Sehun pabo! Kembalikan ikat rambutku!"
Ini masih pagi dan orang itu a.k.a Oh Sehun sudah membuatku kesal. Dengan santainya ia menarik ikatan rambutku sampai terurai, bahkan sekarang ia mengantongi ikat rambutku di saku kemejanya."tidak mau. Kau lebih cantik dengan rambut terurai Hana-aah." Ucapnya sambil tersenyum manis. Aish.. Jinjja? Kau pikir aku percaya dengan senyum sok manismu itu Oh sehun?
Mendengus kesal, aku memilih menanti kalimat berikutnya.
Kalian percaya seorang Oh Sehun berbicara manis padaku?
"Rambut panjangmu itu cantik, mirip punya sadako hahahahaha"
See? mulutnya itu hanya tercipta untuk menghinaku.
Bugh!
"Yak! Kenapa kau memukulku?! Kau itu perempuan bukan sih? Tenagamu besar sekali," gerutunya sambil mengusap bahu yang baru saja aku pukul.
"kau baru ku pukul satu kali sudah mengaduh?! Lalu kau sendiri sering melakukannya, memangnya aku tidak kesakitan?!" balasku sengit.
Sebenarnya, pukulan dia sama sekali tidak sakit. Yahh aku tau ia hanya main-main, tapi tetap saja.. Menerimanya setiap hari itu menyebalkan kan?! Dan itu hanya ditunjukkan kepadaku, sedang saat bersama teman perempuan yang lain ia bahkan tidak kontak fisik dengan mereka. Saat aku tanya alasannya
"Habisnya kau yang paling enak diajak bercanda, tidak gampang terbawa suasana seperti yang lain. Kau bahkan tidak pernah marah saat aku pukul berkali-kali."
Mendengarnya sontak aku mendelik, kurang ajar sekali anak ini.
Tapi memang benar sih, aku tidak pernah marah (dalam mode beneran), biasanya aku hanya mengomel lalu memukulnya balik.
Cerita bagaimana aku bisa dekat dengannya, sebenarnya kami baru akrab 3 bulan ini, padahal kami berada di satu kelas yang sama selama hampir setahun. Bahkan tempat dudukku berada tepat di depannya, tapi kami jarang atau malah nyaris tidak mengobrol satu sama lain.
Lalu berawal dari adanya ulangan geografi mendadak yang diadakan Kim ssaem
"tch..bagaimana ini? Aku bahkan belum belajar sama sekali." Bisa ku dengar sebuah gumaman kesal dari arah belakangku.
Memang, memberikan ulangan mendadak pada hari senin itu menyebalkan. Apalagi mata pelajaran di hari senin rata-rata pelajaran eksak. Beruntungnya aku termasuk murid yang unggul dalam hal geografi, atau bisa dibilang aku lebih senang diberi 30 soal geografi daripada 5 soal matematika (yang sebenarnya beranak). Aku payah dalam hal menghitung angka.
Dengan tenang aku mengerjakan soal tanpa memperdulikan gerutuan dari teman-temanku."psst.. kau yang di depanku. Apa kau bisa mengerjakannya?" secara otomatis aku menengok kearahnya.
Ia maksudku oh sehun sedang menatapku dengan tatapan memelas.
Aku membalas dengan tatapan apa?
"Apa aku bisa melihat hasil jawabanmu? Hanya dari nomor tujuh, aku benar-benar sudah buntu memikirkan jawabannya. Kumohon.."
"Untung apa aku memberimu jawaban?" tanyaku, sebenarnya aku sudah kasian melihatnya mengenaskan begitu. Aku tau, dia sering mendapat nilai merah di mata pelajaran ini. Tapi, memberikan contekan saat pelajaran Kim ssaem itu sulit, dia termasuk guru yang tega merobek kertas ulangan muridnya yang berani mencontek dan memberi contekan.
Tapi, sekali lagi. Aku benar-benar kasihan, dan akhirnya aku mengangguk mengiyakan. Membuat Sehun menatapku dengan binar matanya yang sungguh ia terlihat menggemaskan!
KAMU SEDANG MEMBACA
(katanya) TEMAN
Fanfiction"Sehunie..kau mengantuk eoh? Tidur saja, nanti jika ssaem datang aku akan membangunkanmu." ~ Jung Hana "Aish.. jangan menangis, kau terlihat jelek jika menangis pabo." ~Oh Sehun