7

6 8 1
                                    

“Gue – gue suka sama lo,” ujar Amethyst tiba-tiba.

Tentu saja Kevin terkejut mendengarnya. Tetapi ia sudah menduga kalau suatu saat akan mendengar kalimat tersebut dari Amethyst. Ia sudah sangat mengenal Amethyst.

Jadi ketika perasaan Amethyst berubah kepadanya, tentu saja Kevin menyadarinya. Namun selama ini ia pura-pura tidak mengetahuinya, untuk menjaga hubungan yang sudah mereka bangun selama ini.

Kevin tidak segera menjawab pernyataan Amethyst. Ia malah memeluk gadis di depannya. “Lo tau, Am? Gue sayang banget sama lo. Bahkan lebih daripada gue sayang sam diri gue sendiri.”

Ia sangat yakin kalau Amethyst memahami jawabannya. Karena mereka sudah sangat saling mengenal.

***


Nathan bingung melihat Amethyst yang pulang dengan mata yang basah.

Ia segera mengikuti Amethyst menuju kamarnya karena ia tahu tak ada gunanya mencegat Amethyst dan memaksanya menceritakan hal yang membuat matanya sembab.

Benar saja. Ia melihat Amethyst langsung merebahkan dirinya diatas kasur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. Sangat tidak Amethyst.

“Lo nggak papa? Ada masalah? Sekolah lancar, kan?” tanyanya.

Adiknya tersenyum. “Semuanya baik-baik aja. Malah menyenangkan.”

Meskipun Amethyst tersenyum, Nathan tahu itu bukanlah senyum tulus.

“Nate, bisa tolong lo keluar?” pinta Amethyst. “Gue capek banget. Jadi gue sekarang mau istirahat. Sori, bukannya nggak mau ngobrol sama lo kayak biasanya. Tapi gue bener-bener capek.”

Nathan tidak menjawab. Ia justru memperhatikan wajah Amethyst.

“Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?” tanya Amethyst yang merasa risih.

Nathan tidak menjawab. Ia tahu adiknya sedang sangat tertekan. Bukan hanya tertekan, Amethyst sedang merasa sangat sedih.

Nathan memeluknya. Awalnya tidak ada reaksi dari Amethyst. Namun perlahan-lahan Nathan merasakan bahu Amethyst bergetar pelan. Dan ia tahu, Amethyst sedang menangis tanpa suara.

Siapa yang berani membuat adiknya menangis di malam ulang tahunnya yang ketujuh belas? Ingin rasanya Nathan mencekik orang tersebut.

Tidak, mencekik saja tidak cukup. Bahkan Nathan merasa sanggup membunuh orang yang membuat adiknya menangis.


***


Indri merasa ada yang salah dengan Amethyst. Semalam – tepatnya tengah malam – ia mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Namun yang berulang tahun hanya menjawab dengan singkat.

Selama lima tahun pertemanan mereka, tidak pernah Amethyst hanya membalas ‘Makasih udah inget dan ngedoain gue di hari ulang tahun gue, Indri”.

Dan dugaan Indri ternyata benar. Pagi ini ia melihat Amethyst sangat murung dan seperti tidak memiliki alasan untuk hidup.

“Muka lo kenapa?” bisik Indri saat Amethyst duduk disampingnya.

“Nggak papa. Gue baik-baik aja kok,” jawab Amethyst sembari tersenyum.
Walaupun Amethyst tersenyum, Indri tahu kalau itu bukanlah senyum Amethyst yang biasanya.

Happy birthdaaaayyyyy!!!!” jerit teman-teman kelas kimia Amethyst.

Awalnya Amethyst mengernyit bingung. Namun setelah menyadari maksud teman-temannya, ia nyengir bahagia.

Ia merasa terkejut sekaligus terharu.
Tidak menyangka akan menerima kejutan dari mereka.

“Makasih banyak semuanya,” ujar Amethyst sambil tersenyum tulus.

Senyum tulusnya yang pertama hari ini. Kemudian beberapa teman sekelasnya yang memberi hadiah. Amethyst tidak menyangka ternyata mereka ingat hari ulang tahunnya.

Yah, walaupun harus diakui, teman-teman dari kelas kimianya ini yang paling dekat dengannya karena nyaris dari mereka semua selalu mendapat kelas yang sama.

“Hari ini gue ditrkatir makan,” ujarnya yang disambut sorakan teman sekelasnya.

“Asek, hari ini makan gratis,” sahut Aryan yang memang tinggal sendiri alias anak kos.

Smartphonenya berbunyi, dan hal itu mengejutkannya.

“Ya,” jawabnya.

Dimana?” tanya suara diseberang sana.

“Siapa ini?” tanya Amethyst bingung.

Orang yang flashdisknya lo rusak.”

Amethyst terkesiap. “Dari mana lo dapet nomor telepon gue?”

Jangan banyak nanya. Cepet ke parkiran. Mulai hari ini tugas lo dimulai.

“Seinget gue, gue belom bilang kalau gue setuju.”

Emangnya siapa yang butuh persetujuan lo? Cepetan. Waktu lo cuma lima menit.

Amethyst tidak mengerti kenapa ia menuruti tenggat waktu yang diberikan Alvin.

Sayap Pelindung yang PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang