"Kamu mau jelasin kalau kamu selingkuh gitu sama dia?"
Ginting tadi menarik Meiwa untuk masuk kedalam mobilnya, karena mungkin ini tempat yang pas untuk bicara karena tak akan ada orang yang mendengarnya.
"Kamu seharusnya ga gitu sama mereka" Ginting kemudian menghela nafasnya.
"Terus aja belain mereka Ting."
"Ada adik aku disana! Kamu juga seharusnya gaboleh gitu sama Lea!"
"Kenapa ting kenapa?" airmata Meiwa kembali turun.
"Apa karena kamu takut ketauan selingkuh sama dia?" Lanjut Meiwa.
"Maksudnya?"
"Gausah kamu pura pura bodoh gitu Ting, aku tau, aku tau!"
Ginting terdiam, ia mengusap wajahnya dengan gusar.
"Dengan kamu diam begini, tandanya kamu meng-iyakan semua berita yang ada tentang perselingkuhan kamu dengan cewe itu!"
"Kenapa Ting? Kenapa kamu tega sama aku? Kamu lupa dengan janji kamu yang bakal setia sama aku?"
"Kenapa Ting, KENAPA!"
Tangis Lea semakin kencang. Saat Ginting ingin memeluknya Meiwa menolak pelukan Ginting.
"Dont dare you to touch me!"
"Maafin aku Mei, jangan salahin Lea, salahin aku aja."
"Kamu emang pantes disalahin! Dia juga pantes disalahin! Udah tau punya pacar, masih aja dideketin."
"Mei."
"Apalagi Ting yang mau kamu jelasin? Sekarang aku tanya sama kamu, pilih aku atau dia?"
Ginting hanya diam, pandangannya ia alihkan.
"Kamu gabisa jawab, jelas kamu pilih dia."
"Kamu ga pantes buat aku, Mei."
"Setelah sejauh ini kamu baru bilang gitu?"
Ginting menghela nafasnya. "Lea hamil anak aku."
Meiwa menghapus air matanya, kemudian ia tertawa. "Hahaha, ini prank kan? Udah ah galucu prank nya."
"Aku serius."
Seketika Meiwa membulatkan matanya.
"Bajingan kamu, Ting."
"Kita putus." lanjutnya.
Meiwa kemudian membuka pintu mobil lalu pergi meninggalkan Ginting.
"Maafin aku Mei, ini menyakitkan buat kita tapi aku yakin ini yang terbaik buat kita."
----
Pertandingan selesai, Ginting memutuskan untuk segera kembali ke hotel untuk menenangkan dirinya.
Mungkin dihotel nanti, temannya tau cara untuk menghiburnya.
Sesampainya dikamar ia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur, tubuhnya hari ini sangat terasa berat.
Baru saja ia memejamkan matanya, terdengar ada orang yang mengetuk pintunya.
Dengan terpaksa ia bangkit dari posisinya kemudian berjalan kearah pintu dengan lunglai.
Ia mengintip dari peephole, dari pakaiannya terlihat itu adalah pegawai hotel. Segera Ginting membuka pintunya.
"Mohon maaf mengganggu waktu istirahatnya pak, apa ini dengan pak Anthony Ginting?"
Ginting mengangguk. "Ada apa?"
"Tadi ada yang menitipkan ini untuk bapak" Pegawai hotel itu memberikan kotak berukuran cukup besar.
Ginting mengernyitkan dahinya. "Dari siapa pak?"
"Kurang tau pak"
"Yasudah, terimakasih ya"
Pegawai hotel itu mengangguk, kemudian berjalan meninggalkan Ginting.
"Apaan ini?" Gumamnya.
"Apaan tuh Ting? Diliatin aja?"Ginting terhenyak kemudian ia menoleh pada sumber suara.
"Eh Jar, ko kagak ketuk pintu dulu?"
"Udah, lo nya aja yang terlalu fokus melototin itu kotak." Fajar menaruh tasnya didalam lemari.
"Apaan emang isinya? Dari siapa?" Tanya Fajar lagi.
Ginting mengedikkan bahunya. "Gatau, belum dibuka."
Fajar mendecak. "Ya dibuka atuh. Gakan ngebuka sendiri da itu kotak kalau dipelototin doang."
Ginting mendelik, kemudian dengan perlahan dia membuka kotak itu.
Isinya boneka beruang.
Ada surat yang mungkin sengaja diselipkan dipinggir beruang itu, dengan sigap ia membukanya.
" Dad, mau kamu menang atau kalah, tetap semangat ya! Aku tau dad itu orang yang kuat!
Jangan patah semangat dad, aku sayang banget sama daddy dari sebelum aku lahir didunia.With love, utun❤. "
Ada rasa bahagia dalam dada Ginting membaca surat itu, bahkan saat ini moodnya membaik setelah menbaca itu.
"Pengen liat." Fajar mengambil surat itu dari Ginting.
Tiba tiba ponsel Ginting berbunyi, dari layarnya tertera nama 'Lea'.
Segera ia mengangkat teleponnya.
"Hallo Le?"
"Hallo ting, sorry ganggu gue mau nanya, ada yang ngasihin kotak ke lo gak?"
"Ada--"
"Sorry Ting! Gue ga bermaksud bikin lo makin pusing dengan kotak itu, itu gue taro dihotel lo sebelum lo tanding, sekarang gue takut lo makin kepikiran kalau udah liat isi kotak---"
"Makasih Le, ini moodbooster buat gue."
"Ah, seriusan? Gaenak nih Gue."
"Seriusan, makasih ya.
"Em, ah, yaudah deh kalau gitu."
Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Lea, Ginting kemudian menaruh lagi ponselnya.
"She know how to treat you better." Ucap Fajar seraya memberikan surat itu kembali.
Ginting tersenyum ,lalu ia kembali melihat pada kotak yang berisi boneka beruang tersebut.
"Sepertinya Gue ga salah bikin keputusan Jar."
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Rankle
RomanceEntah apa yang dimimpikannya semalam hingga kedua orangtuanya tega menikahkan anaknya dengan seorang perempuan---berbadan dua. "Udah bunting duluan, gesrek pula" -ASG