1

78 17 27
                                    

Jakarta, 10 maret 2019

Kala hujan, ditemani secangkir teh hangat juga layar laptop yang menyala, seakan ia siap untuk menjadi saksi bisu ketikan tanganku mengenai kisahnya. Kisah seorang bintangku, kisah kehidupanku.

                                  ****
Bandung, 3 april 2018

Kring...

Bel tanda istirahat berbunyi, semua murid berhambur keluar kelas yang menurut mereka membosankan itu. Tidak terkecuali luna. Walaupun ia siswi berprestasi di sekolah, bukan tidak mungkin kalau dia juga merasa jenuh dengan keadaan kelas.

"Kantin yuk," fasha merangkul pundak luna begitu saja membuat si empunya pundak hampir terlonjak.

"Acaaaa! Ngagetin aja ish."

Fasha terkekeh, ia sangat suka jika melihat sahabatnya ini marah. Hiburan tersendiri untuknya.

Tak terasa mereka sudah berada di kantin. Luna memesankan minuman untuk dirinya dan fasha, sementara fasha memesan makanannya.

Luna terlihat kelimpungan membawa dua jus berukuran besar ini. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang dan...

shit
Jus itu tumpah mengenai baju seorang laki-laki. Luna membelalakan matanya ketika melihat jus itu tumpah mengenai randy, most wanted di sekolahnya itu.

Randy diam menatap seragamnya yang kotor akibat tumpahan jus itu. Lalu menatap tepat pada manik bola mata luna.

"Oh my god!"

Bukan. Bukan randy yang berbicara. Tapi seorang perempuan yang tiba-tiba datang menghampiri randy, yang luna kenal bernama anya.

Anya berbalik menghadap luna, ia terlihat emosi dan siap meluapkan segala amarahnya.

"Heh lo! Jalan tu pake mata dong!"

Luna mengangkat sebelah alisnya, dan kemudian menatap randy.

"Gue gk sengaja." Luna mengulurkan sapu tangan miliknya. Bermaksud meminjamkannya pada randy untuk mengelap seragamnya.

Randy hanya menatap lurus ke arah sapu tangan itu. Anya menarik gelas dari tangan luna dan menyiramkan sisa airnya ke wajah luna.

"Udah salah masih sok cari perhatian! Bukan minta maaf."

Luna terkejut. Wajahnya, bahkan bajunya sekarang lebih basah dan kotor daripada randy. Ia menatap dirinya yang sudah terlihat lebih miris.

"Et, et, ada apa nih mbak?" Fasha yang terkejut melihat luna disiram segelas jus pun segera menghampiri kerumunan itu.

"Heh ca! Urusin nih temen lo. Ajarin sama dia kalo salah tuh minta maaf, bukan caper. Randy gak butuh perhatiannya si jalang ini."

Semua mata kini menatap ke arah mereka. Randy menoleh ke arah anya tak menyangka atas ucapannya.

"Jaga ucapan lo nya," tiba-tiba randy bersuara.

Luna sudah merasa cukup dengan perlakuan anya, ia sangat gerah berhadapan dengan gadis itu. Daripada amarahnya terpancing, luna memilih pergi dari hadapan mereka. Luna berlari ke arah toilet tak perduli dengan teriakan fasha yang memanggil namanya sekalipun.

"Heh kunyuk, yang gak punya otak itu lo kali." Ketus aca lalu pergi menyusul luna.

Randy pergi meninggalkan anya yang kini bingung, seharusnya randy berterimakasih dong karena ia telah membantunya untuk memarahi luna.

Setelah membersihkan wajahnya, luna berlari menuju loker. Semoga saja luna sempat meninggalkan baju seragamnya yang lain disana. Namun ternyata nihil, hanya terdapat kaus olahraga disana. Tidak mungkin dia memakai kaus olahraga itu.

changingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang