“Pokoknya aku harus kesana sekarang juga bu..”
“Jangan, nak tidak usah. Itu sangat berbahaya untukmu.”
“Tapi bu, aku cuma mau minta kelonggaran waktu aja. Jatuh tempo tinggal 1 minggu lagi dan kita belum mampu untuk membayarnya. Dan dia akan menyita rumah kita apabila melewati batas waktu yang telah ditentukan. Itu namanya ancaman bu..”
“Sudahlah Zayn.. ini memang kesalahan ibu yang tidak berfikir panjang meminjam uang kepada Pak Simon si ‘Juragan Tanah’ itu” Jelas bu Anna sambil menahan air mata.
“Sudah bu, tidak apa-apa ini pelajaran buat kita supaya tidak meminjam uang lagi padanya, beliau memang kaya raya, juragan tanah dan rela meminjamkan uangnya dalam jumlah besar. Tapi bunga yang ditentukan sangat tidak wajar dan apabila belum membayar sampai batas waktu yang ditentukan dia akan mengancam untuk membunuh dan menyita semua harta bendanya. Kejam sekali kan, bu?” Jelas Zayn kepada ibunya.
“Iya.. nak itulah yang ibu sesalkan. Habis ibu bingung mau pinjam kemana lagi untuk biaya sekolah ke dua adikmu itu” jawab ibu Anna.
“Ibu.. tahun ini kan aku sudah lulus SMA, jadi aku bisa kerja full. Tidak seperti saat aku masih sekolah yang kerja setengah hari. Dan bayarannya juga pasti full. Insha Allah cukup buat nambahin biaya Waliyha dan Safaa bu.” Tegas Zayn berusaha menenangkan ibunya.
“Zayn anakku.. sebelum ayahmu meninggal beliau berpesan setelah lulus SMA kamu harus kuliah nak.. supaya kamu bisa jadi orang yang sukses meraih cita-citamu.”
Zayn hanya tersenyum “Kuliah kan bisa kapan aja bu.. tidak ada batas usia. Lagian ayah juga pasti ngertiin kondisi kita sekarang. Pokoknya ibu tenang aja aku pasti bakal menjalankan amanat Ayah, tapi belum sekarang.”
“Terima kasih nak, kamu memang anak yang sangat bertanggung jawab pada keluarga. Ibu bangga padamu, nak.” Jelas sang ibu sambil memeluk anak kesayangannya tersebut.
“Dan ingat satu lagi, kamu ga usah kerumahnya Pak Simon untuk meminta keringanan bunga dan perpanjangan jangka waktu pembayaran hutang kita. Besok siang ibu yang akan menemui Pak Simon.”
Zayn hanya diam mendengar niat ibunya tersebut. Diam-diam sore ini ia akan ke rumah Pak Simon dengan segala keberanian yang dimiliki dan tekat kuat sebagai satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga, baginya itu adalah tugasnya setelah ayahnya meninggal dunia 2 tahun yang lalu.
“Bu, aku pamit dulu yah. Aku mau ke rumah Niall. Dia bilang sih ada lowongan pekerjaan yang cocok untukku. Siapa tau aku bisa dapet kerja yang gajinya lumayan dalam waktu dekat ini.”
“Ohh yasudah. Hati-hati yah..”
“Iya bu.. assalamu’alaikum” Zayn mengucap salam sambil mencium tangan ibunya.
“wa’alaikumsalaam, nak..”
Zayn langsung menyambar kunci motor vespanya yang berwarna biru lalu perlahan meninggalkan rumah. Ibu Anna hanya memperhatikan didepan pintu sampai Zayn dan Vespa tua yang dikendarainya hilang dari pandangannya.
“Kamu memang anak yang baik Zayn. Sangat peduli dengan keluarga. Ibu bangga sekali dengan mu. Dimanapun kamu berada semoga Allah senantiasa melindungimu, nak.” Gumam bu anna dalam hati. Tanpa terasa air mata telah membasahi pipinya.
Zayn melaju dengan kecepatan tinggi menyebabkan Vespanya makin bersuara keras.
“Maaf ya bu.. aku udah bohongin ibu. Ini demi kebaikan keluarga kita.” Katanya dalam hati.
Dan buat Niall, “Maafin gue bro udah bawa-bawa nama lo. Yah seandainya lo tau juga lo asik-asik aja dan lo ga keberatan pastinya. Lo kan sahabat gue yang paling baik.”