Gusna's POV
Dua bulan sudah kulalui sejak pertama kali aku duduk di SMA. Rasanya lebih baik dari pada di awal, ketika aku masih sangat kesulitan bersosialisasi dan mendapatkan teman.
Salah satunya, sejak pertemuan yang tak pernah aku duga dengan si gadis mongoloid, sekarang aku sudah berteman baik dengannya. Walau tidak sepenuhnya.
Sudah pernah aku ucapkan di awal bukan, dia orang yang beku bahkan siapapun akan sulit untuk menyelaminya. Apa lagi untukku, sudah untung aku bisa berteman dengannya karena tidak semua bisa berada di posisiku. Kadang kala aku berpikir bahwa itu hanya sebuah pertemuan yang kebetulan.
Aku tahu, aku belum sampai menyelam dasar lautan bekunya, bagiku tidak apa. Karena berjalan di hamparan padang pasirnya ini sudah cukup bagiku.
Untuk mengetahui ku lebih jauh, mungkin sebaiknya aku harus mengenalkan diriku kembali. Namaku Gusna Dwi Sasmita, panggilan akrab Gus, Na, atau bahkan keduanya, Gusna.
Banyak yang berkata aku ini tomboy, dan aku pikir aku tidak terlalu bodoh untuk seorang wanita yang sering dikatai wanita tomboy atau 'Manly Girls'. Setidaknya ku masih masuk ke dalam golongan orang menengah ke atas. Guru Fisikaku pernah berkata bahwa keinginannya tidaklah tinggi, yang penting ia bisa terus berada di atas rata-rata. Dan motivasi itu sedikit banyaknya kugunakan, dan semoga saja terus seperti itu, di atas rata-rata.
Aku memiliki sebuah grup band dan menulis beberapa lagu yang sering aku nyanyikan di bandku, aku memegang gitaris sekaligus vokalis. Tetapi bukan berarti aku bisa atau jago bernyanyi dan bermain gitar bagaikan Jimi Hendrix.
Tidak, aku masih sangat jauh dari itu semua. Aku bernyanyi karena aku ingin menghibur diri dan melepas beban dengan berteriak-teriak di depan pengeras suara. Itu saja tidak lebih, bahkan untuk di puja-puja dan menjadi seorang idola dengan banyak penggemar, ah, aku tidak sampai berpikir ke sana. Selain itu juga, aku bermain band hanya untuk bersenang-senang dengan teman sekolahku.
Ada entah berapa, mungkin hanya beberapa. Yang menyatakan bahwa aku salah satu manusia yang beruntung dengan kesempurnaan.
Tetapi aku tidak merasa seperti itu. Tidak ada orang sempurna bukan? Begitupun dengan diriku. Mungkin mereka hanya melihat dari sisi kesempurnaanku saja. Mereka bukan aku. Jadi, mereka tidak tahu siapa aku sebenarnya.
Tenang saja, sebentar lagi kalian akan tahu sisi buruk bersama dengan kekurangan dalam diriku. Salah satunya ke 'manly girl'-anku, bagiku itu sebuah kekurangan. Sebagian orang mungkin sering kali menganggap bahwa wanita tomboy itu kuat.Tetapi bagiku itu salah besar.
Aku begitu rapuh, mungkin hanya bagian luar diriku saja yang terlihat kuat. Tetapi tidak dengan hatiku.
Malam ini rasanya aku seperti sedang terbang di antara lampu jalan, membelah kota malam dengan kecepatan dan suara gema dari motor Trail yang tengah aku kendarai ini. Di bayangan kalian sepertinya aku sudah tergambar seperti wanita tomboy yang nakal.
Aku tidak menyalahkan kalian. Aku mungkin nakal, tetapi tidak sepenuhnya nakal.
Aku hanya sedang pergi keluar untuk sedikit jajan. Malam ini aku sedang bosan, jadi tak ada salahnya bukan sedikit menghirup udara dan menyegarkan paru-paru di tubuhku ini.
Satu mangkok bakso sudah ku lahap, tinggal menyisakan mangkok yang lengket dengan minyak dan beberapa mililiter kuah bakso di dalamnya. Ucap syukurku kepada Tuhan, karena ini benar-benar kenyang.
Lanjut ke strategi berikutnya. Es pisang ijo.
Jarak ruko bakso dan es pisang ijo tidak jauh. Saat kamu duduk di bangku ruko bakso dan melihat ke arah luar, di sana kamu akan melihat tempat dimana roda es pisang ijo itu berada. Intinya jongko es pisang ijo dan ruko bakso itu berseberangan hanya terhalang jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time [GirlxGirl] (Editing)
Romance#1 in realstory ( 10 September 2019) #1 in musik ( 17 September 2019) Waktu menyimpan segalanya, termasuk kehidupan yang akan kita lalui kelak. Tapi bagaimana jika waktu mempertemukan dengan hal yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya, Apakah kit...