Empat

3.2K 209 1
                                    

Gusna's POV

Ckit.

Tidak kusadari, aku melamun selama berkendara, akhirnya tanpa sengaja aku menarik rem mendadak saat mengetahui bahwa aku telah sampai tepat di depan rumah.

Buk.

Karena kelalaian itu bagian spakbor belakang motorku tertabrak oleh seseorang di belakang yang sudah memperlihatkan ekspresi kesal dan kaget.

"ih, nyebelin. Mau berhenti gak bilang-bilang!" gerutunya kesal karena bagian depan motor 'matic'-nya tersebut menabrak spakbor balakang motorku.

aku menoleh ke arahnya "Kantia aku mau berhenti!" kataku di akhiri dengan tawa.

"Terlambat, udah gak berlaku" ucapnya

Aku terkekeh.

"Gusna?!" panggilnya

"Apaan?!"

"Gue khawatir!"

"Khawatir apaan?"

"Gue khawatir lo gegar otak?!"

Aku tersentak "Amit-amit, ngomong asal yah? Gue doain lo gegar otak juga, pasti loh bakalan marah"

"Iya lah, pasti gue marah" katanya

"Mampir dulu?"bujuk ku.

Dia mengangguk"Harus, gue harus mastiin kepala loh di kompres"

Tidak kukira ternyata dia mau untuk mampir ke rumahku. Entah perasaan apa itu, tapi kenapa aku begitu bahagia. Bayangkan saja, ini adalah hari pertama aku kedatangan seorang teman perempuan lagi. Dulu mungkin pernah, tetapi aku tidak ingat kapan terakhir kali teman perempuanku berkunjung ke rumah.

Aku segera beranjak turun dari motor untuk membuka pintu gerbang, biasanya selalu ada satpam rumah yang membukakan pintu gerbang untukku tapi sudah seminggu ini ia meminta izin untuk pulang kampung karena istrinya melahirkan. Toh membuka pintu gerbang bukan lah hal yang berat.

Brummm..

Kembali aku menancap gas motor Trail ku, dan segera memasukannya ke dalam garasi. Beberapa detik kemudian ia menyusulku dan memarkir motornya tepat di samping motorku.

Segera kubuka helm dan menyimpannya tepat di atas spion motor. Tidak sengaja aku memegang pelipisku yang masih memar itu, dan ternyata rasanya sakit sekali, linu.

"Gusna, memar lo makin besar. Yuk cepetan masuk, biar bisa langsung di kompres" katanya.

Aku mengangguk, kubiarkan ia mengikuti langkahku. Kebiasaan, entah sudah menjadi karakter, jalanku terlalu cepat. Kantia harus sedikit berlari kecil untuk menyamai langkahku.

"Gus!" panggilnya.

Aku menoleh.

Dia memegang tanganku "Tungggu, jangan cepet-cepet"

Aku meng-iya-kan perintahnya. Kuperlambat jalanku, dan kini tangannya terus kugenggam, seperti anak kecil yang takut terpisah dari ibunya.

Hening..

Begitulah suasana di rumahku, kedua orang tuaku jarang ada di rumah, mereka sibuk dengan bisnis mereka. Tetapi aku tidak perduli, karena aku lebih suka hening dari pada ramai. Itu lebih menangkan.

Ayah dan ibuku seorang wirausaha dengan pekerjaan yang berbeda, mereka bekerja terpisah. Ayahku karena suka alam bebas, ia lebih memilih ke perkebunan dan tambak ikan. Sedangkan ibuku lebih memilih berbisnis, mungkin karena ia suka bisnis. Entahlah.

Mereka pulang sekitar seminggu sekali, dua minggu sekali atau bahkan sebulan sekali. Itu pun tidak lama, paling hanya satu atau dua hari mereka pulang setelah itu mereka akan kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang