.
.
.
Tepat pukul enam pagi Taehyung masih terjaga dan masih belum mengantuk setelah tidak tidur semalaman. Lelaki berparas tampan itu hanya terduduk di samping ranjang rumah sakit, dimana sang ibu terbaring tak sadarkan diri.
Beberapa alat medis juga terpasang dalam tubuh wanita paruh baya tersebut, membuat hati Taehyung kian sakit melihatnya.
Ia tidak menyangka jika nasibnya akan berujung menyedihkan seperti sekarang ini. Keluarganya yang berantakan,di khianati kekasihnya dan yang terakhir Taehyung harus menghadapai kenyataan pahit karena tidak ada lagi harapan untuk kesembuhan sang Ibu.
Yang bisa Taehyung lakukan saat ini hanyalah berdoa dan menyerahkan semua takdirnya pada Tuhan.
Tanpa terasa air mata lelaki yang selalu terlihat kuat itu merembes turun dengan derasnya. Membayangkan hidupnya kelak tanpa sang ibu, Rasanya ia tak sanggup jika hal itu terjadi.
Kemudian Taehyung beralih menggenggam jemari sang Ibu kuat sambil menangis dalam diam. Kesunyian di sana membuat tangisan Taehyung terdengar memilukan.
Tanpa ada seorang pun yang menemaninya, Taehyung yang sekarang hanyalah seorang lelaki lemah yang kesepian. Berbeda dengan sosok Taehyung yang dikenal orang lain di luar sana.
Tak lama dari itu,ketukan pintu dari ruangan rawat sang Ibu terdengar, sehingga mampu menyadarkan Taehyung yang tengah menangis. Dia pun buru-buru menghapus jejak air matanya dilanjut beranjak untuk membuka pintu itu.
Hingga detik berikutnya nafas Taehyung tercekat tak kala melihat dua sosok yang tengah berdiri di ambang pintu.
"J-jikyung?" Ujar Taehyung terbata, melupakan kehadiran Jimin yang ada di sebelah gadis tersebut.
"Ha-hai?"
Jikyung hanya tersenyum Kikuk. Sudah lama mereka tidak berinteraksi,maka wajar jika rasa canggung hadir di antara mereka.
"Kau terlihat pucat Taehyung, pasti kau tidak tidur lagi dan melewatkan jam makan mu." Ucapan Jimin menyadarkan Taehyung disaat dia masih kaget akan kedatangan Jikyung.
"Huh? Y-ya."
"Ck, yasudah setidaknya biarkan kami masuk." Ujar Jimin lagi. Lalu Taehyung pun mempersilahkan mereka masuk.
Setelah memasuki ruangan tersebut, mereka berdua menatap sedih Nyonya Kim yang tidak sadarkan diri. Terutama Jikyung, Gadis cantik itu hampir saja menangis mengingat kondisi wanita itu terlihat sangat jauh berbeda dengan kondisi terakhir kali saat mereka bertemu.
"Apa belum ada perkembangan apapun tentang ibumu?" Tanya Jimin yang mewakili pertanyaan Jikyung karena masih enggan bicara.
"Begitulah. Dua hari lalu Dia sempat sadar, walau hanya sebentar."
Jikyung mengalihkan pandangannya pada Taehyung. Lelaki yang tak di lihatnya beberapa waktu itu kini terlihat begitu kurus dan pucat. Belum lagi tadi Jikyung dengar jika Taehyung tidak tidur dan juga makan.
Rasanya Jikyung ingin sekali mengomeli lelaki itu, bisa-bisanya dia tak mempedulikan kesehatannya. Selanjutnya Jikyung tiba-tiba kaget saat Taehyung membalas tatapannya. Jikyung pun buru-buru membuang muka.
Sedangkan Taehyung tersenyum samar. Jelas ia sadar jika Jikyung sedang menghindari kontak mata dengannya. Setelah tahu jika Jikyung menaruh hati terhadap nya, entah mengapa saat kembali bertemu dengannya Taehyung merasakan gejolak aneh yang sulit di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE WERE DESTINED [KTH]
Fanfiction[On Going] "Kenapa kau datang setelah aku berhasil melupakan mu? Kau sudah membuka luka lama di hatiku." -Jung Jikyung. "Maaf, tapi aku tidak bisa jauh dari mu." -Kim Taehyung (REVISI)