Kedua tangan mengerikan itu terus menyeret tubuh Tessa. Tak peduli jika gadis itu berteriak ketakutan. Tessa melihat tubuh Daniel terpental jauh ke belakang.
Tessa harus berbuat apa sekarang? Tessa tak mungkin pasrah menerima nasibnya yang harus berakhir tragis malam ini. Ia harus melakukan sesuatu. Ingat Daniel membuat adrenalinnya terpicu. Pria itu sumber semangatnya.
Tessa meraba-raba sekitarnya, mencari benda yang bisa digunakannya untuk melawan Midnight Man. Namun, apa yang dicarinya tak didapatkannya.
"Lepaskan aku atau kau akan mati di tanganku!" teriaknya lantang. Tessa meronta, tapi cengkraman makhluk itu semakin kuat.
"Hahahaha ... memangnya kau bisa berbuat apa, heh?"
Tessa tak melihat wujud makhluk itu, tapi ia merasakan tangan tak kasatmata sedang mencekiknya. Tubuhnya terangkat, tak lagi menapak lantai.
Tessa menghentak-hentakkan kaki di udara. "Kuperingatkan sekali lagi! Lepaskan aku atau kau akan mati!"
"Gadis bodoh! Apa kau tak sadar jika aku bukan makhluk fana sepertimu? Lalu dengan cara apa kau akan memusnahkanku? Dengan cara ini?" Midnight Man melempar tubuh mungil Tessa ke dinding.
Tessa meringis. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Seakan seluruh tulangnya mau retak. Ia mencoba bangkit berdiri, tapi kakinya tak mampu menopang tubuhnya.
Midnight Man kembali menyeretnya ke sebuah ruangan. Tessa tidak tahu ini ruangan apa. Yang ia lihat hanya kegelapan. Jangtungnya berdegup kencang. Kini Tessa tidak lagi merasakan tangan makhluk itu menyentuhnya. Namun, ia merasa ada sosok yang terus mengawasinya dalam ruangan ini. Atmosfer menakutkan begitu kentara di sini.
Bau anyir menyeruak dalam ruangan ini. Rasanya Tessa ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Huekk ... huekk." Tessa menutup hidung dan mulutnya.
Tessa bangkit berdiri, melawan rasa sakit di kedua kakinya. Ia kembali merasakan cairan hangat mengalir. Perih. Tubuhnya ambruk di lantai. Ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang terus menghantamnya. Ia menangis ketakutan.
Tessa meraba-raba dalam gelap, mencari apa saja yang bisa membantunya berdiri. Indera perabanya merasakan sesuatu. Tessa menggapainya, lalu berdiri sebisanya. Rahangnya mengeras dan matanya memejam. Kedua kaki gadis itu gemetaran.
Indera perabanya merasa ada yang mengganjal. Ini seperti tangan seseorang. Namun, bukankah hanya dia seorang dalam ruang aneh ini?
Satu per satu lilin-lilin menyala di sekitarnya, mengelilinginya membentuk lingkaran.
Kedua manik milik gadis itu bertatapan kepada seorang pria, tepat di depan wajahnya. Ralat! Bukan seorang pria, tapi makhluk dengan tampang mengerikan yang menyerupai seorang pria.
Tessa menelan ludah kasar. Apa-apan ini?
Tessa menarik-narik tangannya yang sekarang di genggam balik makhluk itu. Namun, makhluk itu semakin mempererat genggamannya. Kuku-kuku panjangnya menusuk kulit Tessa. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk seringai mengerikan. Ia memperlihatkan deretan gigi-gigi hitamnya yang bergerigi. Makhluk-makhluk kecil keluar dari kulit wajahnya. Belatung-belatung itu berjatuhan di lantai dan merayap pada kaki Tessa.
Jijik, takut. Mengerikan sekali! Itu yang dirasakan Tessa.
Tessa menghentak-hentakkan kakinya, tak mau membiarkan belatung-belatung itu mengenai kakinya. Ia meronta agar tangannya lepas dari genggaman Midnight Man. Midnight Man mencengkram kuat pergelangan tangan Tessa, lalu melepasnya.
Tessa terjatuh di lantai.
"Aaw!" erangnya. Tessa mengangkat kedua tangannya secara spontan. Kulit telapak tangannya melepuh terbakar api lilin. Sakit yang teramat sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories of Urban Legend
HorrorIni merupakan kumpulan cerpen-cerpen yang diangkat berdasarkan urban legend yang beredar di tengah masyarakat.