#16

266 26 10
                                    

Bass menggeram kesal. Harusnya ia sudah bisa berbaring nyaman di ranjang empuknya saat ini. Iya, harusnya.

Kalau saja Godt tidak iseng mengambil jalan diluar sistem navigasi dan membuat mereka tersesat di jalan dengan mobil yang bensinnya kian menipis.

Bass curiga kalau Godt tidak hanya iseng, melainkan sengaja merencanakannya dari awal.

Padang lavender sudah lewat. Berganti barisan pohon karet yang Bass ingat, mereka tidak melewati tempat itu sebelumnya. Pohonnya menjulang menggapai langit dengan daun-daun yang saling bersalaman sehingga cahaya tidak mencapai tanah.

"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Bass.

Godt menghela napas. "Sudah tiga kali kamu menanyakannya Bass."

"Ya. Dan kamu sama sekali tidak menjawab apa-apa, Tuan muda Itthipat."

"Aku tidak suka panggilan itu, Bass. Sudah kubilang, aku hanya ingin mencoba rute baru. Mana aku tahu kalau hasilnya seperti ini. Bukan kah itu jawaban?"

"Aku tidak percaya dengan jawabanmu. Katakan yang sebenarnya."

Godt mengangkat bahu. "Itu yang sebenarnya terjadi."

"Pembohong!"

Godt memilih menutup mulutnya, toh, kalau dia mengelak Bass tetap tidak percaya dan membantah semua kata-katanya. Oke, kalau Godt mau jujur, tidak seratus persen perkataannya benar. Ia memang sudah merencanakan kalau ia akan mengambil rute berbeda yang sedikit memutar. Tapi ternyata ia salah perhitungan dan mengambil belokan salah, sehingga... beginilah hasilnya.

"Ugh. Harusnya dari awal aku tidak mempercayaimu," omel Bass.

Yang diomeli tetap mengunci mulutnya.

Omelan Bass semakin memanjang dan melebar. Hingga... "Mempercayaimu itu kesalahan terbesar dalam hidupku. Ah, tidak. Harusnya aku tidak mengikat kontrak waktu itu. Hm, bukan-bukan. Harusnya aku tidak pulang ke Thailand. Yah, kalau aku memilih tetap di Filipina, mungkin kita tidak akan pernah bertemu."

Godt langsung menginjak rem.

"Hei!" protesan refleks keluar dari mulut yang lebih muda.

Tatapan Bass bertubrukan dengan mata dingin itu. Membuat tenggorokan Bass kering dan semua perkataan yang ingin diucapkan tercekat sebelum mencapai pita suara.

"Seburuk itu aku di matamu?" tanya Godt dengan nada retorisnya.

Bass bungkam.

"Sampai kamu menyalahkan takdir, apa seburuk itu aku?"

Masih tutup mulut.

Godt mencengkram kedua bahu Bass. "Jawab Bass! Apa seburuk itu aku bagimu?!"

"..."

"Aku bahkan masih tidak tahu apa salahku hingga kamu memutuskan hubungan kita, Bass."

"Sikap glamour-ku? Sikap elegan-ku? Hah, konyol. Kamu kira aku suka menunjukkan semua itu? Harusnya sebagai orang yang bernasib sama, kamu lebih tahu akan hal itu. Ini hanya masalah pride dan image keluarga, Bass."

"Apa? Karena latar belakangmu dulu pernah merasakan hidup di roda bawah, kamu merasa kamu berbeda denganku?"

"Jangan bawa-bawa keluarga dalam masalah kita, Godt." Bass angkat bicara.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Bass. Apa seburuk itu aku di matamu?"

"I... ya..." Lidah Bass kelu.

Diam. Hening untuk beberapa saat, sampai Godt melepas cengramannya, menarik napas panjang, lalu kembali menginjak pedal gas.

Suara derak daun bergesekan dan deru mobil terdengar nyaring diantara dua manusia yang tengah bergeming.

Nani? [2Moons crack pair]Where stories live. Discover now