Chapter 33 (Our Family)

1.2K 62 2
                                    

Pagi menjelang siang dan siang menjelang malam tapi sampai saat ini pun Quinziiy masih belum sadar dari tidurnya. Ruangan yang penuh akan bunga dan wewangian ini, kuharap Quinziiy lekas sadar dan menyukainya.

"Maafkan kecerobohanku yang senantiasa selalu membuatmu berada dalam masalah Qunziiy. Maafkan aku." Ucapku sambil memegang tangan tangan lembutnya.

"Daverell?" Aku terkejut saat seseorang memanggil namaku. Sontak saja aku membalikan badan dan mendapati seorang wanita yang sedang berdiri di ambang pintu. "Anda yang kemarin kan?"

Wanita itu berjalan mendekat dan mengalihkan pandangannya kearah tempat tidur Quinziiy. "Ohh maaf karena lupa memperkenalkan diri saya kemarin." Semakin mendekat sampai dia bisa meraih selimut yang sedang menyelimuti Quinziiy. "Karena saya terlalu khawatir dengan keadaan putri saya." Dia tersenyum kearahku.

"Lucia?"

Wanita itu memandangku dengan raut wajahnya yang tetap tersenyum. "Iya, salam kenal yaa."

-*-*-*-*-

"Jadi apa perkembangan dari Quinziiy?" Ucap Lucia sambil terus melihat anak perempuannya yang tengah terbaring dengan selang infus di tangan kirinya.

Aku terus saja menunduk tak terima dengan kejadian ini. "Yaa seperti yang kau lihat, dokter cuma bilang untuk membiarkan Quinziiy istirahat dan menunggu hingga dia siuman." Ucapku sambil kembali menatap Quinziiy.

Suasana hening, baik aku dengan Lucia hanya diam saja selama beberapa menit, sampai akhirnya dia memulai kembali sebuah pembicaraan. "Sejujurnya, saya datang ke Paris dengan tujuan bertemu langsung dengan kamu nak." Ucap Lucia yang memecahkan keheningan.

Aku menaikan pandanganku dan melihat kearahnya. "Apa spesialnya saya sampai sampai membuat anda jauh jauh datang ke Paris, Lucia?"

"Maafkan saya Dave, maafkan saya." Lucia memegang lengan ku dengan pelan. "Saya tau kamu pasti susah untuk melupakan semuanya tapi saya mohon. Maafkan saya."

Aku menutup mata dan mengerutkan kening. "Walaupun memang susah di lupakan dan sakit untuk di ingat tapi masa lalu adalah masa lalu, saya sudah belajar memaafkan sejak saya tau kalau wanita yang saya cintai adalah putrimu. Jadi saya mohon untuk tidak membicarakan soal ibu saya dan mencoba untuk menata kembali hidup anda yang baru."

Lucia tersenyum haru saat mendengar ucapanku. Dia memelukku dan menangis sekencang kencangnya. "Terimakasi Dave. Saya sangat sangat menyesal."

"Errggg"

Mataku melihat kearah Quinziiy dan saat ku mendekat matanya sudah sayup sayup terbuka. "Sayang?! Kamu sudah sadar." Aku terus berada di depan matanya sampai terdengar suara samar samarnya. "Da-dave?" Ucapnya dengan pelan.

"Haa dia sudah sadar! Aku akan panggilkan dokter secepatnya." Ucap Lucia yang bergegas pergi keluar kamar.

"Bagaimana perasaanmu Quinziiy? Apa ada yang sakit?" Ucapku sambil terus mengelus kepalanya.

Dia tertawa dan mencoba meraih tanganku. "Tidak ada yang sakit, aku terbangun karena anakmu yang terus terus menendang di dalam."

Aku langsung mengelus perut buncit Quinziiy dan sesekali menciumnya dengan lama. "Makasi sayang sudah bawel di dalam sampai sampai Mami kamu bangun. Uhh gemes deh pengen cepet cepet main bareng sama kamu sayang." Aku kembali mencium perut Quinziiy

Aku melihat ke wajah Quinziiy dan mencium keningnya dengan lembut. "Jangan buat aku khawatir Quiinziiy. Aku sayang kamu."

-*-*-*-*-

Quinziiy sudah bangun dan bersandar sejenak untuk makan. Ada beberapa bekas luka di wajahnya yang masih berbekas tapi tak menutupi wajah imutnya. "Bagaimana Andrew?" Tanya Quinziiy sambil menatap wajahku.

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang