3. LOL

307 24 0
                                    

Hari-hariku di sekolah berjalan seperti biasa. Bangun, sekolah dan pulang. Gak semonoton itu juga kali. aku juga sering main ke rumah temen sehabis pulang sekolah, paling sering ke rumah Aska sahabatku dari awal masuk sekolah baru, sekaligus teman sebangku. Gak ada hal penting sih, sekedar bermain, atau cerita hal-hal gak penting. Gaje tepatnya, Gak Jelas. but I like that, I'm so lucky berada di tengah-tengah mereka, para manusia penganut anggapan YOLO, kenapa? Because YOLO, You Only Life Once (hidup cuma sekali), sehingga mereka sungguh menikmati hidup yang cuma sekali ini, so hari-hari mereka dihabiskan dengan tawa, bersenang-senang hingga lupa waktu, seakan tak ada hari esok, Bercanda...

Tak terasa sudah tiga hari aku berada di sekolah ini, SMA Pelita. Ya.. Memang baru sebentar, baru tiga hari. tapi aku udah merasa nyaman di sini. Di sekolah baruku, memang benar kata orang, jangan berburuk sangka dulu terhadap sesuatu, jalani aja apa yang tuhan kehendaki. Seperti aku contohnya, yang sebelumnya tak yakin bisa beradaptasi, selalu psimis tak akan pernah punya teman seperti yang ada di Jakarta. Namun akhirnya semua anggapan itu ditepis olehku sendiri. Aku mencoba menerima semua takdir Tuhan, mengikuti alur kehidupan. Dan ini hasilnya, semua berbuah manis, Tuhan selalu adil, begitu juga padaku. Thanks God.

Hampir setiap hari kita bercanda, ngakak bareng. Tertawa menghadapi tingkah aneh para sahabat baruku di sekolah, tapi kalo boleh jujur, tempat itu tidak cocok sih dinamakan sekolah menurutku, cocoknya RSJ (Rumah Sakit Jiwa), tempat menampung manusia-manusia tak berakal, yang kalo nglakuin apapun gak dipikir dulu, dan hasilnya gini. Seperti nonton ketoprak atau drama komedi, para pemainnya mahir membuat penonton Laugh Out Loud, LOL parah. Aku beruntung punya sahabat baru di Bandung, seperti mereka, orang-orang aneh dengan seribu tingkah yang jika dipikir secara seksama memang di luar nalar manusia. Asli, pure tanpa campuran zat lain, sudah mendarah daging, sampai ke tulang-tulang. Memang mereka tak sebanding dengan kegilaan temanku saat di Jakarta, namun jujur, aku lebih suka di sini, tidak terlalu bebas seperti saat aku di Jakarta, aku tahu ini maksud ibu menyuruhku pindah sekolah, ia pasti sadar bahwa kelakuanku bersama mereka, teman-temanku saat di jakarta udah kelewat batas, bagaimana tidak kami sering keluar malam, hingga pulang larut. Walaupun besok libur sih, tapi tetap saja gak pantas, tidak senonoh dilakukan oleh aku yang predikatnya masih pelajar SMA. Aku bersyukur, sedikit demi sedikit aku tersadar bahwa bahagia itu simple, cukup dengan orang-orang terdekat yang mau sukarela memberikan kebahagiaan dengan tawa, dengan sedikit bumbu kegilaan, tak harus dengan uang atau harta untuk bermewah mewahan. Thanks my friends. I'm so proud of you.

***

"Aduh.. Sial gue belum belajar lagi, gimana nih." kata Bima sambil berjalan menuju ke arahku yang sedang membaca buku Bahasa Inggris bersama Aska, wajahnya tampak abstrak, eh maksudnya khawatir. Sambil sesekali menggaruk rambut, mungkin reflek karena panik. Memang Bima anti banget dengan mapel itu, bahasa Inggris, ia pernah cerita padaku, apapun caranya pasti gak akan nyantol tuh materi inggris gak tahu kenapa. alhasil saat ujuan nilainya selalu rendah paling tinggi mentok pas KKM, miris.

"Apaan sih lo Bim, gaje banget. Makannya jangan kebanyakan main HP, cepat belajar sebelum guru masuk nih." Jawab Daniel dari bangku belakangku yang dari tadi mengamati gerak-gerik Bima yang kaya orang kebelet pup. Panik sejadi-jadinya.

"Diam lo Niel." sela Bima dengan setengah menggertak.

"Dih sensi banget lo, lagi PMS Bim?" celetuk Daniel, seketika kami tertawa, Bima pun hanya bisa terdiam sambil memandang ke arah Daniel dengan wajah sinis.

"Raf.. Nanti kalo ulangan gue tanya lo jawab ya.." kata Bima sambil menepuk bahuku pelan.

"Gak ah. Gak boleh nyontek kalo ulangan, nanti ketahuan loh" jawabku. Aku bercanda sih ngomong gitu, gak tega lihat wajah Bima yang sok memelas itu.

"Eh lo tega banget sama gue sumpah. Please Raf, tolongin gue, gue pengen ngrasain nilai bagus, capek gue remidi terus." eluh Bima semakin memelas, seperti aku harapan satu-satunya. Matanya berkaca-kaca, sepertinya dia cocok jadi pemeran sinetron, pandai berdrama.

"Hm.. Gimana ya."

"Lo jahat banget sumpah sama temen sendiri."

"Iya iya... Tenang aja sama gue."

"Gitu dong, jangan pelit-pelit jadi orang, lo emang sahabat gue paling baik Raf." ujar Bima dengan suasana hati berbunga-bunga, reaksinya melebihi orang yang dapat lotre 1 milliar. Ia langsung lari ke habitat asalnya, bangku pojok kanan, singgasana paling nyaman baginya.

Kami hanya bisa memperhatikan tingkah Bima yang... Gitu lah dibilang gila? Enggak. Kesambet? Juga tidak, entah lah mungkin itu salah satu ciri-ciri makhluk langka dan terancam punah seperti Bima. Kami pun tertawa lagi olehnya.

"Bima Bima, kok ada ya manusia kaya lo sih? Heran gue." gumam Daniel sambil mengejek ke arah Bima yang sedang duduk manis di singgasananya.

"Iya dong, gue kan manusia spesial yang di ciptakan oleh emak dan bapak gue. Limited edition nih." jawab Bima dengan Pe-Denya. Sontak membuat kami tertawa untuk kesekian kalinya.

***

Bel pun berbunyi menandakan jam pelajaran pertama dimulai, dan dimulai dengan Ulangan Harian Bahasa Inggris, semua murid bersiap untuk mengikuti Ulangan. Setelah itu Pak Cipto membagikan soal, semua murid tampak serius mengerjakan soal, keculai Bima, ia tampak gelisah saat mengerjakan, ia mencoba untuk bertanya kepada teman-temannya termasuk Rafi yang tadi, sebelum ulangan mengatakan akan menjawab apabila Bima bertanya, namun tak ada satupun yang menghiraukannya.

Tak terasa Ulangan pun berakhir, setelah Pak Cipto mengoreksi hasil ulangan, Ia pun segera membagikan hasil ulangan pada murid-murid bersamaan dengan suara bel istirahat pertama.

***

Wajahnya memerah, raut wajahnya semakin sangar namun masih tetap chubby, imut seperti bayi gorila, dengan tatapan tajam Bima menghampiriku, aku sudah tahu pasti dia akan...

"Brakk."

Tangan Bima menghentak keras ke mejaku, akupun terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba, persis kaya setan di film horror.

"Lo jahat Raf, bangke lu, bangsat ah. Males gue sama lo, kampret, nilaiku tetep aja dibawah KKM nih." semua umpatan tak bisa terbendung lagi. Bima kesal lantaran tak ada satupun yang menghiraukannya saat ia bertanya, terutama aku.

"Maaf lah, hehehe.." jawabku dengan sedikit tertawa melihat ekspresi marah yang Bima tunjukan, tidak terlihat garang namun malah terlihat lucu. Aneh.

"Alah tai lo."

"Maaf lah, lo kan tahu gue duduk tepat di depan guru, udah pasti gue gak bisa apa-apa mau nengok ke arah lo juga pasti ketahuan Bim." ujarku berusaha meyakinkannya.

"Terserah lo deh." potong Bima sambil berlalu keluar kelas meninggalkanku, pasti dia pergi ke kantin, memang gitu cara ampuh mereda stress ala Bima yaitu dengan makan. Menghilangkan Badmood yang tengah mendera setelah ulangan.

To be continue...

Sorry, part ini paling pendek dari part sebelumnya, mood ancur. Nanti dilanjut di next part.

I hope you enjoy with my story.
Have a nice day.

My Possesive FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang