Rel

13 1 0
                                    

     stasiun kecil di Klakah yang dinamai sama dengan daerahnya, hari ini sepi seperti biasa, kereta yang aku tumpangi harusnya datang sebentar lagi, 3 sampai 4 orang duduk dibangku berbeda dan sepertinya akan menaiki kereta yang sama denganku, bapak penjaga stasiun yang sudah tua merapikan kerah bajunya, menyambut kereta keluaran terbaru yang 2 tahun lalu baru dibeli pemerintah.
sesuai jadwal, kereta anyar itu mulai kelihatan hidungnya. Orang-orang yang bersamaku naik dari stasiun yang sama mulai berdiri, mempersiapkan barang bawaan, dan melihat tiketnya, dimana ia ditempatkan untuk duduk dan bertahan dalam satu diantara 12 gerbong yang ada dalam sana.
    
     kereta berhenti sempurna.
aku memasuki gerbongku, "premiu 1" namanya, entah darimana inspirasi orang yang memberi gerbong ini nama, mungkin ia juga berpikir tak akan ada yang memperhatikan nama gerbong itu. lagipula sampai dengan selamat diujung rel juga sudah bagus.
Kursiku ada di bagian belakang dari gerbong, kursi nomor 16b. Aku duduk dengan seorang laki laki, wajahnya terlihat busuk saat aku datang, mungkin karena tempatnya akan menjadi lebih sempit, atau ia tau aku hanya cuci muka dan belum mandi dari semalam, tapi aku juga tidak masalah dengan wajah busuknya itu, atau mungkin? aku bisa membalasnya dengan mengeluarkan wajah busuk yang lebih busuk dari dia, ah... rasanya tidak perlu, lagipula dalam 3 jam saat kereta ini sampai diujung rel, dia akan melupakanku.

     Gerbong premiu 1 sudah bergerak ditarik oleh gerbong depanya yang aku yakini juga bernama premiu, hanya beda angka.
gerbong ini dipenuhi cita-cita, juga mimpi dan harapan saat sampai diujung rel.
Bapak-bapak yang duduk paling depan mungkin berharap segera sampai agar bisa bertemu istrinya. Anak muda berpakaian rapi yang duduk di deret kanan 5 kursi dari belakang mungkin memiliki cita cita menjadi doktor di ujung rel sana. Anak kecil yang dari tadi berlarian, yang aku juga tidak yakin ia berasal dari gerbong ini mungkin bercita cita bisa mengalahkan monster raksasa yang menyerang bumi, ada juga pasangan kekasih yang tertidur saling bersandar ditubuh keduanya, berharap pasanganya akan jadi masa depan, tapi jikalau ujung rel mereka berbeda, apa mau dikata ?.
Dan aku?. Entah apa tujuanku, cita-cita, atau harapan setelah sampai diujung rel. Siapa tau wanita cantik yang duduk di deretan kanan 2 kursi dari belakang tiba-tiba memelukku ?, sehingga kami punya ujung rel yang sama. Atau malah nanti tiketku hilang saat petugas melakukan pengecekan, dan aku dilempar keluar dari gerbong, kalau itu terjadi gerbong ini tidak akan mengantarku sampai ujung rel, yasudah, lagipula aku masih bisa mencari gerbong lain dengan nama yang sedikit lebih keren dari "premiu".
     sudahlah saatnya memakai earphone, bayi yang kegerahan dipangku ibunya sudah mulai menangis kencang-kencang. waktunya tidur, waktunya memimpikan mimpi, biar aku dibawa pergi menuju ujung rel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Ujung Rel NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang