Bab 22

9.4K 634 46
                                    

Erin mengikuti langkah Dean dengan kesal, takut-takut Dan membawa Naya pergi jaih-jauh. Dean yang berjalan sambil menggendong Naya tak menghiraukan Erin yang kesal padanya.

"Mau makan apa hmm?" Tanya Dean setelah mendudukkan Naya di salah satu kursi yang ada di kantin rumah sakit.

"Es cream boleh gak?" Tanya Naya sedikit melirik Erin yang sudah duduk di depan nya.

"Apapun buat Naya." Kata Dean mengacak rambut Naya.

"Gak boleh." Kata Erin tiba-tiba membuat Naya cemberut.

"Kenapa?" Heran Dean.

"Naya gak boleh makan es cream, dia baru sembuh dari demam." Jawab Erin datar.

"Yang lain ya?" Ucap Dean melirik Naya. Naya mengganggukan kepalanya dengan lesu dan cemberut.

Tak lama Dean datang dengan membawa mangkok nasi goreng meletakan salah satu nya di depan Naya dan satu nya lagi di depan Erin.

"Gue gak merasa memesan apapun." Ketus Erin membuat Dean memandang Erin dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku yang pesan buat kamu." Datar Dean tapi cuma di acuhkan Erin.

Erin sesekali melirik pada Dean yang telaten menyuapi Naya nasi goreng itu. Di benak nya Erin bingung, kenapa sampai Dean berubah seperti itu.

"Aku memang tampan, tapi gak perlu di liatin begitu terus." Sindir Dean membuat Erin tersadar.

"Percaya diri sekali anda  bapak Dean." Sinis Erin.

"Gak mau lagi, kenyang." Sela Naya yang sedari tadi di suapi Dean.

"Ya udah ayok kita pergi." Ucap Erin berdiri dari duduknya nya menghampiri Naya yang di sebelah Dean.

"Mau kemana?"

"Pulang lah."

"Aku antar."

"Gak usah repot-repot. Nanti gue di Jambak sama pacar Lo." Ketus Erin.

"Kamu cemburu?" Ucap Dean menyipitkan satu mata nya sambil menyeringai.

"CK. Gak penting banget." Ucap Erin ketus lalu membawa Naya meninggalkan Dean.

"Aku tau kamu masih mencintaiku." Ucap hati Dean melihat kepergian Erin dan Naya.

***
Pagi-pagi Erin sudah joging di taman daerah apartemen Santi yang sekarang di tempatnya. Sedangkan Naya tinggal di apartement ditemani Santi yang kebetulan libur kerja.
Erin memakai kaos putih polos dan legging panjang bewarna hitam dan tak lupa sepatu olahraga nya. Dengan telinga yang di tutup handset dan rambut yang di Cepol tinggi Erin berlari mengelilingi taman yang sudah ramai  di penuhi orang-orang yang jga ingin berolahraga seperti Erin.

Sedang asik-asik nya berlari, Erin terpaksa berhenti mendadak di karenakan sebuah tangan menariknya. Dan itu sukses membuat keseimbangan Erin goyah.

Erin memejamkan matanya menanti nasib sebentar lagi akan terjatuh ke tanah.

Tapi.

1 detik

2detik

3 detik.

"Empuk, nyaman." Kata hati Erin merasakan dia menindih seseorang.

Detik berikutnya nya Erin tersadar dan dengan cepat membuka mata nya dan-

"De Dean." Gagap Erin melihat Dean yang malah pasrah saja di tindih Erin. Malah detik berikutnya Dean mendekap tubuh Erin memeluk tubuh pujaan hatinya itu.

Erin yang menyadari itu buru-buru melepas pagutan Dean meski itu adalah posisi ternyaman saat itu.

"Lepas." Ketus Erin membuat Dean merenggut tak suka dan terpaksa melepaskan tangan nya yang mendekap Erin.

"Bukan kah itu nyaman." Ucap Dean yang berdiri setelah melepaskan Erin.

"Kenapa Lo ada di sini?" Bentak Erin.

"Menemui kamu." Jawab Dean acuh.

"Gue gak pernah buat janji sama Lo. Dan jangan temui gue lagi." Ketus Erin dan beranjak dari sana.

"Kenapa kamu jadi ketus begitu? Perasaan dulu kamu selalu bicara dengan manis padaku." Kata Dean mengiringi langkah Erin.

"Gue begini juga karena Lo." Ucap Erin pelan tetapi masih bisa di dengar Dean.

Dean memegang salah satu tangan Erin membuat Erin terpaksa berhenti melangkah.

"Apa lagi?" Kesal Erin menghadap Dean.

"Maaf."

"Untuk?" Heran Erin menaikan salah satu alisnya nya.

"5 tahun yang lalu."

"Gue maafin Lo, tapi lo jangan pernah ganggu dan muncul di depan gue lagi." Jawab Erin datar.

"Itu namanya tidak memberi maaf." Geram Dean, rahangnya mengeras mendengar perkataan Erin.

"Terus mau lo apa?" Tantang Erin yang tak takut sama sekali pada perubahan ekspresi Dean.

"Jadi kekasih ku lagi. Menikah lah dengan ku." Lantang Dean membuat mata Erin melotot.


Apa Salah Perempuan Yang NGEJAR ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang