(Bab 1) Pagi Menyapa

57 3 0
                                    

Mentari pagi mulai menampakkan dirinya menembus ventilasi kamar gadis yang sekarang duduk di bangku SMA kelas 3 hingga mengenai wajah cantik gadis jutek tersebut. Iya, dia cantik sebenarnya. Kalau tidak jutek.
'Sreeekkk' suara gorden yang dibuka oleh ibunya.
" Icha... Bangun nak.. Sudah jam 06.00 , kamu tadi sudah sholat? "
" yasudahlah, ibu... Masak jam 06:00 belum sholat. " jawabnya ketus.
" Ibu kan sudah berkali-kali bilang... Kalau sehabis Sholat shubuh itu jangan tidur lagi, nantinya rezeki kamu di patok ayam. "
" iya ibu... Lhah tapi kalo ngantuk melanda mau bagaimana lagi? Udah ah,  Icha mau mandi! "

Gadis yang beranjak dari tempat tidur dengan tatanan rambutnya yang acak-acak an itu berlalu meninggalkan kamarnya dan menuju kamar mandi.

Cukup 5 menit saja dia sudah selesai mandi dan terburu masuk ke kamar karena hari ini adalah harinya piket kelas, bisa menjadi masalah besar jika piket tidak dilakukannya. Apalagi dia seorang ketua kelas dimana peraturan yang gak piket kena denda 50 ribu yang membuat adalah dirinya sendiri dengan persetujuan teman sekelas tentunya.
Peraturan dibuat agar kebersihan selalu terjaga, karena ia sadar, bahwa kebersihan itu sangat penting.

Dan prinsipnya adalah ia harus menjadi kakak kelas yang bisa mencontohkan hal-hal baik apa saja kepada adik kelasnya, dan menurutnya itu adalah salah satunya.

" sarapan dulu sayang... " ucap Indah, Ibunda Icha dengan lembut ketika melihat anaknya sudah siap pergi sekolah .
" ngga usah bu.. "
" sarapan itu penting, cha..  "
" sekolah datang tepat waktu lebih penting. "
" iya, tapi dengan sarapan pasti akan lebih membuatmu bersemangat dalam sekolah, dan berpikir lebih jernih karena energi kamu terisi. "
" udah ya ibu, Icha ngga ada waktu buat berdebat sama ibu... Icha tetap ngga mau sarapan. " ucapnya sambil mengecup punggung tangan ibunya.

Icha, gadis yang lahir di kota Jakarta yang sekarang hidup di kota Malang itu memang tidak terbiasa sarapan. Padahal itu adalah kebiasaan yang tidak baik, karena bagaimanapun sarapan itu penting. Namun dia tidak terlalu menghiraukannya.

Icha kemudian berlalu meninggalkan pintu rumah dan menyalakan motor matic nya sebagai kendaraanya menuju sekolah.

***
Sesampainya di sekolah tepatnya didepan kelas, Icha mendapat sapaan ramah dari seorang cowok dari kelas sebelah yang selama ini mengaguminya.  Aldo Fernando namanya.
" hai..  Ishaa... Selamat Pagi.. "
" nama gue Icha. "
" Icha kan panggilan kamu waktu kamu kecil kan katanya,  sekarang kan kamu sudah besar, cuantik. Lebih cocoknya dipanggil Isha, apa mau Raisha? "
" serah lo, misi! (Permisi) "
Gadis atas nama Icha itu adalah salah satu gadis yang sama sekali tidak suka dengan cowok siapapun terutama cowok ganjen yang suka menggoda dirinya seperti Aldo tadi.
Dia memang sangat baik hati dengan teman ceweknya, namun dengan cowok , melihat bahkan mendengar sebutan cowok aja sudah ogah, baginya sekarang dia tidak terlalu membutuhkan cowok, karena menurutnya berurusan dengan cowok, dan akhirnya tumbuh rasa Cinta, hanya membuat situasi hati menjadi rumit.

Baginya sekarang yang terpenting hanyalah belajar, sekolah, belajar,  dan sekolah.
Apalagi dia yang berkeinginan melanjutkan studinya di Universitas ternama di Amerika, tentunya tidak dengan bermalas-malasan untuk bisa mewujudkan impiannya tersebut.

Bisa dikatakan Icha adalah anak yang rajin belajar. Dan kecerdasan otaknya patut diacungi sepuluh jempol. 

Diusianya yang kini beranjak dewasa,  anak-anak remaja seusianya diluar sana pasti sedang sibuk melangsungkan Cinta monyetnya.

Lain dengan Icha yang masih sibuk dengan belajar dan membaca buku, dikamarnya banyak buku yang terjajar rapi di salah satu sudut ruangan kamarnya didekat jendela dan diatas rak buku, tertuliskan "Icha's Small Library" dimana disitu terdapat buku buku koleksinya mulai dari dongeng, fiksi, nonfiksi, kamus-kamus dan masih banyak lagi. Buku yang berjumlah 200an lebih ini dikumpulkannya sejak ia masih kecil, dibeli nya dari sisihan uang jajannya dan kadang juga ayahnya yang membelikannya langsung.

Dari kecil ia memang sudah senang membaca karena baginya buku adalah gudangnya ilmu, jendela ilmu, jembatan ilmu dan membaca adalah kebutuhan primer bagi Icha supaya ia dapat menyerap banyak ilmu.

*****

Sementara dirumah, Indah hanya bisa menggerutu karena masakan yang dibuatnya pagi sekali hanya agar anak sulungnya itu bisa sarapan. Namun sama sekali tidak disentuhnya. Ada perasaan kecewa tentunya.

Jegreekkk..
Terdengar pintu kamar yang berada disebelah kamar Icha, dibuka oleh gadis kecil nan imut bernama Mila yang kini usianya 6 tahun yang baru bersekolah di Taman Kanak-kanak kelas B dimana libur sekolahnya hari Minggu dan Rabu, dan sekarang hari Rabu.
Indah menatap gembira anak bungsunya itu,
" Selamat Pagi,  sayangku.. Cintaku... "
Lalu Mila datang menghampiri ibunya.
" Selamat Pagi juga Ibu "
" ibu... Mila laper.. " sambungnya dengan nada memelas.
" waduh anak ibu yang cantik ini... Baru bangun udah laper,  iya ayo sayang kita sarapan.. " ucapnya sambil menggandeng tangan Mila menuju meja makan.
Ditengah-tengah mereka sarapan, Mila yang dengan lahapnya menyantap ayam goreng bikinan ibunya, yang menjadi favoritnya sampai kapanpun, katanya.

Dengan kepolosan wajahnya dan lucu cara bertutur katanya, ia bertanya kepada sang ibu.

" ibu... Kenapa sih kita kalo sarapan berdua terus, kenapa Mbak Icha ngga pernah nemanin kita sarapan. Terus kenapa ayah ngga pulang-pulang bu... "

Belum sempat Indah menjawab pertanyaan anaknya tersebut, Mila kembali melanjutkan bicaranya.

" Bu.... Teman mila, punya kakak cewek baik banget.. Teman Mila sering diajak bermain,  sering dibelikan jajan,  dan ngga pernah dimarahin kakaknya bu... Beda sama Mila, Mbak Icha sering marahin Mila, ngga pernah ajak Mila main.. Kita tukerkan aja yuk bu Mbak Icha, Mila pengen punya kakak yang baik dan tidak galak!  " ucap mila dengan kepolosannya..

Mendengar ucapan si anak bungsunya itu, Indah hanya bisa terkekeh. Tidak habis pikir ternyata anak bungsunya yang belum dewasa itu mempunyai pikiran seperti itu.

" Mila sayaaang... Ngga boleh bicara seperti itu. Mungkin Mbak Icha belum baik sama Mila nya sekarang, siapa tahu nanti dia menjadi orang yang super baik kepada Mila. Jadi Mila nggaboleh bicara seperti itu ya... "

" iya ibu... maafin Mila deh bu.. Abis Mila pengen banget punya kakak yang baik, yang ngga suka ngomelin Mila, kan Mila masih kecil "

" hahahaha. Masih kecil tapi omongannya sudah kayak orang dewasa ya kamu " Indah terkekeh lagi sambil mencubit hidung mungil milik anak bungsunya...

                                  *****



Hehehehe ceritanya ngambang ya...
Segini dulu, nanti lanjut lagi.

Salam kenal,

LN

Karenamu Aku BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang