51

2.1K 155 4
                                    

"Gue suka sama lo."

Keadaan senyap.

Zee memandang kedua temannya itu heran.

Lisa memecah keheningan dengan suara tertawanya yang bisa di bilang besar.

"Sumpah gue ngakak. Muka lu wkwkw muka lu kek nahan berak tau gak?"cerocosnya. Zee mendorong pelan kepala lisa. Ia juga ikut tertawa pelan.

"Ihhh gue gak tau nembak cewe kek gimana.." Lelaki yang sedari tadi diam menunduk malu itu mengacak rambutnya frustasi.

"Ya kek biasa aja.. Cuma muka lu jangan tegang gitu santai in aja."ucap Jennie menepuk pelan bahu lelaki tersebut.

"Oke gue coba lagi." kali ini ia menggenggam tangan zee. Mencoba rileks. Dan menatap mata zee dengan tatapan teduh. Zee tersenyum temannya ini sudah berkerja dengan keras.

"Udah lama gue pendam ini, dan mungkin sekaranglah gue ungkapin. Sebelumnya makasih buat segalanya, huft gue suka sama lo." Zee tersenyum tampak wajah gugup menghiasi orang yang berada di depannya.

"Bagosss"zee mengacungkan jempolnya.

"Hooh.. Keren, nahh nanti setting tempatnya biar kita aja yang urus. Lu lanjutin aja chat an nya atau apanya gitu yah.. "Ucap Lisa.

Bel istirahat berbunyi. Mereka bersiap ke kantin sedangkan zee tengah menyiapkan mental dan juga tengah merendam gugupnya. Entah mengapa ia menjadi gugup saat matanya menatap lelaki tinggi yang menjadi gurunya itu.

"Gak istirahat? "tanya baekhyun. Zee menggeleng dan tersenyum tipis.

"Kenapa?? Sakit? Kalo sakit gue beliin makan yah, lu di sini baek baek gue ke kantin beliin makan buat lu mau apa??" tanya baekhyun.

Zee tersenyum, ia menepuk pelan bahu Baekhyun.

"Gue kudu latian buat pensi di ruang seni. Gak papa kok lagian gue ada bawa cemilan nih." zee menunjukan kantong yang berisi cemilan seperti snack dan lain nya. Rencana awalnya ia ingin makan bersama teman temannya saat jamkos di kelas. Tapi keadaan lain membuat ia mau tak mau memakannya sebagai teman berlatih pensi bersama gurunya itu.

"Ohh gitu. Ya udah semangat yah.." zee mengangguk. Baekhyun pun menyusul teman temannya yang sudah lebih dulu menuju tempat penuh penjual makanan itu.

Ia berjalan pelan walau masih tertatih. Tendangan cewe gila itu berhasil membuat perkembangan kesehatan tulang zee menurun. Dan ia benci itu. Zee memang sudah bisa tidak memakai tongkat, seperti saat ini ia mencoba untuk berjalan tanpa tongkat supaya kakinya ini tidak terlalu kaku untuk di gunakan nantinya.

Ia keluar kelas dan mencoba melirik sekeliling, koridor tampak ramai. Ia berhati hati untuk berjalan menuju ruang seni yang berada di ujung koridor. Salahnya ia menolak tawaran Guan untuk membantunya berjalan sampai ke ruang seni.

Di kejauhan sekelompok orang tengah memandang zee dengan tatapan sinis. Salah satunya adalah cewe yang menendang cukup kuat kaki zee.

"Gue tau lu semua dendam sama dia. Gini aja kita buat dia gak ikut pensi aja gimana?" saran seseorang yang tengah memandang zee dengan tatapan sinis dan dendam.

,"Gimana caranya? "

"Ya buat kakinya patah lagi lah. Benci banget gue sama dia." ia berjalan menuju zee yang tengah berjalan pelan sambil memegang dinding sebagai tumpuan. Sesekali ia bersenandung kecil.

Koridor memang sedang ramai tetapi tidak padat.

Ia mencekal kuat dinding di sebelahnya agar ia tidak terjatuh saat seseorang menyenggolnya kuat. Ia tak melihat orangnya yang ia tau. Si pelaku itu seorang perempuan.

Zee tidak menghiraukan nya dan tetap melanjutkan jalannya. Sampai keadaan tiba tiba sesak, zee seperti terkepung di antara jutaan siswa tapi ia yakin koridor di sebrangnya masih luas untuk orang berjalan tetapi kenapa ia merasa sesak?

Ntah sengaja atau tak di sengaja salah seorang itu mendorong zee kuat hingga zee terjatuh. Mereka pergi tanpa kata apapun membuat zee memandang marah sekelompok orang itu.

Zee mendapati name tag yang terjatuh tak jauh dari nya. Name tag itu bertuliskan Cho Woomin.

Kali ini gak bakal gue maaf in.

###

"30 menit lagi jam jaga saya habis. Jadi saya mau ke ruangan dulu yah.." lelaki itu mengagguk dan tersenyum. Zahra berjalan melewati koridor rumah sakit. Jam menunjukan pukul 21.30 keadaan rumah sakit tidak terlalu ramai bahkan bisa di bilang sepi.

Zahra memandang sekitar, entah mengapa ia merasa berbeda dengan malam ini. Keadaan yang berbeda dari malam malam biasanya.

Zahra mengeluarkan smartphonenya, tinggal beberapa blok lagi ia akan sampai ke ruangannya, di mana para bodyguard nya menunggu.

Saat sampai di koridor di mana ruangannya berada, zahra berhenti. Matanya membelalak lebar. Ia menjatuhkan smartphone yang ia pegang dan mundur beberapa langkah. Ia ingin lari tapi sesuatu seakan menahan kakinya.

Di sana 2 bodyguard nya tergeletak dengan berlinang darah dan seseorang tengah berdiri tak jauh dari mereka dengan tangan menggenggam pisau.

Orang itu berbalik memandang perempuan berstelan dokter yang berdiri kaku di ujung koridor. Ia mendekat dengan sesekali mengelapkan pisau penuh darah di sapu tangan yang ia keluarkan dari balik jaket hitamnya.

Zahra panik, dengan cepat ia meraih smartphone nya dan berlari sambil mencoba menggubungi polisi. Namun sayang seseorang dengan cepat memeluknya dari belakang dan membekapnya dengan obat bius membuat ia kehilangan kesadaran.

###

"Kenapa lama?" lelaki tinggi itu memandang siswanya yang berdiri di depan pintu dengan kaki satu terangkat. Jujur saja zee merasa kesakitan, namun tak terlalu.

Zee memandang kesal gurunya ini.

"Masih mending dateng."gerutunya pelan. Walau pelan tapi ia tau jika omongannya ini terdengar oleh orang yang sedang berdiri di depannya ini.

Di dalam keadaan ramai. Ada yang dance nyanyi bahkan bermain alat musik.

Ceye tersenyum tipis tak kala melihat wajah kesal murid nya ini.

Ia mengulurkan tangan sebagai tanda bantuan yang langsung di sambar zee.

"Kenapa gak pake tongkat aja kalo masih pincang kaya gitu??" tanyanya sambil mempererat pegangannya di bahu siswanya ini.

"Pengen aja.. Bosen pake tongkat"jawabnya seadanya. Ceye tersenyum tipis.

"Ya udah duduk dulu. Kamu kalo mau makan, makan aja di sana ada snack yang tadi dibeli sama anak paduan suara pake dana sekolah, kalo mau, ambil aja. Saya mau ke kantor sebentar." zee mengangguk mengerti, ia mencoba menyamankan duduknya di bangku yang menempel di tembok.

Zee memandang sekitar, anak paduan suara tengah berlatih menyanyikan lagu kebangsaan dan juga beberapa lagu pop.  Salah seorang perempuan mengingatkan nya pada sang kakak.

"Huft kangen mbak rara."

###

Hai hai hai.. Maaf bgt itu scan nya di potong potong.. Jujur buat kek gitu biar kalian gak bosen. Dan disini banyak scan gantungnya maap yakkk wkwk

Tapi sekali lagi maaf buat keterlambatannya..🙏🙏

Jangan lupa
Vote
And
Comment

 Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang