PROLOGUE

12K 297 19
                                    

Tinggal di sebuah desa bernama Livia membuat Ailsa sering kali disuguhi banyak cerita-cerita sejarah tentang desa tersebut. Banyak orang bilang Livia adalah salah satu desa terpencil yang ada di dunia bagian timur laut, menjadi bagian dari desa yang ada di lingkup kerajaan Eilíft, katanya. Sama halnya dengan desa Aeolus—tempat tinggalnya dulu bersama dengan ibunya—Orla.

Kala itu, saat dia pertama kali tinggal di Livia bersama dengan Bibinya, yaitu Valerie yang merupakan sahabat dari ibunya, Ailsa sering bertanya-tanya kepadanya— Eilíft itu apa dan bagaimana sejarahnya? Mengapa orang-orang percaya pada satu cerita yang bahkan hanya sebuah buku kuno tentang satu kerajaan, sebab Orla tidak pernah menceritakan itu. Lalu, saat Valerie memperkenalkannya sebuah buku berjudul Neverley Blue Soil, Ailsa baru mengerti.

Di dalam buku itu dijelaskan bahwa Neverley adalah sebuah kerajaan yang terletak jauh dari pedesaan, letaknya di bagian selatan tepat di bawah kaki gunung Arcelia. Kehidupan abad ke-tiga di mana Raja Erdem Vaan adalah pemimpinnya. Memiliki dua putra bernama Elvern Vaan dan Aethen Vaan. Istrinya bernama Auristella. Sejauh yang Ailsa baca, dia meyakini bahwa mungkin saja Neverley dan Eilíft benar adanya. Namun, terbesit satu pertanyaan yang hinggap pada isi kepalanya; siapa pencipta buku tersebut?

“Neverley adalah kerajaan yang memiliki tanah biru, di mana itu adalah berkah Dewa saat Pangeran Elvern lahir sebagai putra pertama Raja Erdem. Sementara Eilíft adalah kerajaan kristal biru yang juga memiliki sejarahnya.” Valerie mengatakan demikian kala itu.

“Itu menakjubkan.” Ailsa di usianya sepuluh tahun itu hanya berbinar setiap kali Valerie menceritakan banyak hal tentang Neverley. “Lalu, bagaimana dengan kehidupan di sana, Bibi?”

“Meski Neverley adalah kerajaan yang terbilang tenteram, mereka juga memiliki konflik besar. Selain karena peperangan yang sewaktu-waktu bisa terjadi, mereka juga memiliki konflik di dalam keluarga. Salah satunya adalah perseteruan antara siapa yang akan menjadi penerus Neverley pada akhirnya. Raja Erdem dan Ratu Auristella berbeda suara dan dewan kerajaan juga demikian. Lalu, saat tewasnya Ratu Auristella, keputusan itu menjadi bulat. Di mana putra sulung mereka, yaitu Elvern Vaan yang akan menjadi penerusnya.”

Tidak banyak yang Ailsa ketahui sampai sedalam itu tentang Neverley. Namun, secara garis besar dia bisa menangkapnya. Sejujurnya, dia juga tidak ambil pusing tentang kerajaan tersebut. Ailsa masih memikirkan bagaimana kematian ibunya bisa terjadi dan berakhir tinggal bersama dengan Valerie. Ada memori yang tak dapat diingat, ada kenangan buram yang acap kali merangkak namun gagal ketika dia berusaha mengingatnya. Ailsa sering mendapat mimpi yang tidak begitu jelas.

Syal merah, burung gagak, lukisan, dan juga bunga bernama Eshal.

Setiap Ailsa menanyakan tentang Orla dan apa yang terjadi kepadanya, Valerie hanya akan selalu menjawab, “Kau akan tahu saat sudah waktunya, Ailsa.”

Pada akhirnya Ailsa menjalani hari seperti seharusnya. Seolah dia tengah menunggu segala jawaban dari pertanyaannya yang tak kunjung mendapat titik terang. Meski Valerie kerap meyakinkannya bahwa ada hari di mana Ailsa akan mengerti semuanya, Ailsa hanya berharap bahwa sesuatu yang buruk tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya. Dia hanya ingin tahu bagaimana Orla tewas dan bagaimana dengan kehidupan dia yang sebenarnya.

Hanya itu saja.[]

NEVERLEY ; An Immortal DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang