Terkepung

3 1 0
                                    

Sepasang suami istri muhajirin asal Perancis terjebak di rumah mereka sendiri ketika pasukan kafir komunis Kurdi mulai merangsek mengepung rumah mereka.

"Menyerahlah!" teriak salah satu tentara kafir komunis Kurdi.

Dor! Dor! Dor!

Letusan tembakan dari arah rumah itu mengarah ke pasukan Kurdi.

Sepasang suami istri tersebut tergesa memasang rompi peledak di tubuh mereka. Sambil mengintai dari balik jendela dan sela-sela pintu rumahnya.

"Sekali lagi! Menyerahlah kalian!" tentara Kurdi kembali memperingatkan.

"Bersabarlah istriku," Sang suami menyemangati istrinya.

Sang istri mengangguk tegas dengan debar jantung yang bertalu.

Masing-masing mereka memegang laras M16, terus memantau pergerakan para kuffar tak bertuhan. Di dalam hati mereka berkata tidak akan pernah menyerah!

Grrrk ... Grrk ... Grrk ....

Suami istri itu saling berpandangan, suara apa gerangan?

BRAK! DUM!

Sebagian besar bangunan rumahnya runtuh seketika, dan menimbun sang suami. Rupanya tentara kafir itu merobohkan rumah mereka dengan eksafator.

"Suamiku!" teriak sang istri yang sebagian tubuhnya juga tertimbun reruntuhan.

Dengan nafas tersengal wanita itu berusaha bangun dari tempat jatuhnya. Tiba-tiba terasa sebelah kakinya berdenyut hebat. Rupanya sebongkah lumayan besar bata yang menimpa membuat patah kaki kirinya.

Sang suami tak lagi bersuara, ia yakin suaminya telah pergi.

Air matanya mengalir tanpa dapat ia tahan.

Terseok ia merangkak menjauhi reruntuhan yang banyak.

Tiba-tiba ada suara langkah yang mendekat.

Dor! Dor!

Dengan deru napas memburu dan air mata yang terus mengalir wanita itu menembak mati dua anjing komunis yang mengendap masuk ke dalam rumahnya.

Dor!

Satu lagi tertembak di bahunya, namun berhasil bersembunyi.

Sorot mata wanita yang kini terseok terlihat nanar mencari-cari sesuatu.

Setelah beberapa saat matanya seakan menemukan apa yang dicarinya.

Terengah-engah ia merangkak-rangkak menuju sebuah meja.

Dengan gemetar tangannya mulai menggapai sebuah benda.

Dor! Dor! Dor!

Seketika tubuhnya seakan melayang ke udara dan jasadnya luruh tergeletak dengan darah yang mengalir deras dari dada dan kepala yang telah berlubang memecahkan sebagian tengkorak dan tulang rusuk ... Tak sempat ia menekan detonator tersebut. Yang maha kuasa telah mengambil nyawanya.

"Sesungguhnya ruh-ruh para syuhada’ itu ada di dalam tembolok burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka bebas menikmati surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu. Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, lalu bertanya: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apalagi yang kami inginkan sedangkan kami bisa menikmati surga dengan sekehendak kami?” Rabb mereka bertanya seperti itu sebanyak tiga kali. Maka tatkala mereka merasa bahwasanya mereka harus minta sesuatu, mereka berkata, “Wahai Rabb kami! kami ingin ruh kami dikembalikan ke jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang di jalan-Mu sekali lagi. “Maka tatkala Dia melihat bahwasanya mereka tidak mempunyai keinginan lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)

*End

Bersama di Tembolok Burung Hijau Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang