Ekstra Part A

169 17 7
                                    

Hari hari berjalan tanpa hambatan semenjak kejadian itu. Bisma yang merelakan Eliza, Eliza yang bersama Genza.

Caca yang terus dengan Kevin dan Aji yang terus bersama Bita,walau tidak tahu detailnya pasti, tapi sepertinya pasangan itu mulai membaik. Dan jangan lupakan kedua teman Genza yang lainnya.

Raka dan Rega. Yang masih setia menjadi playboy tobat. Mereka masih setia dengan pacar masing masing walau pelakor sudah bertebaran dimana mana.

"Aduh!" Ringis Eliza saat rambutnya ditarik kebelakang. Dilihatnyalah Genza yang menatapnya dengan memasang muka datar.

Sebenarnya Genza tidak ada cocok cocoknya menjadi cowok yang cool dan dingin.

Cocok sih,tapi terlihat dipaksakan. Bayangkan saja jika dipikir pikir Genza itu cukup jahil kan? Seperti sekarang ini.

Muka Genza itu lucu dan tidak ada serius seriusnya. Genza lebih cocok jadi cowok tengil daripada cowok yang tak mudah tersentuh. Tapi siapa sangka bisa menjadi seperti ini?

Eliza kadang berpikir ternyata pergaulan juga teman teman adalah faktor penentu dari sifat seseorang itu sendiri. Seperti Aji contohnya, sikap disiplin dari paskibrakanya.

"Apa?" tanya Eliza.

Genza tersenyum. "Gangguin kamu aja"

Mereka saling tatap diperpustakaan tanpa mengeluarkan suara. Sekalinya mengeluarkan suara tanpa melupakan istilah bisik bisik.

"Kakak liatnya biasa aja"

Genza masih melihatnya dengan senyum kecil diujung bibirnya. "Kenapa?" tantangnya.

Diposisi nya Eliza bergerak tidak tenang. "Kakak natapnya dalem banget, aku malu" ucap Eliza mengalihkan pandangan.

Tak tahan Genza pun terkekeh ditempatnya. Melihat itu Eliza membereskan bukunya dan meninggalkan perpustakaan dengan wajah merah padam.

Eliza sadar Genza masih mengikuti langkahnya dari belakang. Eliza mengencangkan pelukan pada buku didadanya, dia sangat kesal melihat Genza yang kelewat santai dibelakangnya.

Genza berjalan dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam kantong celana. Dan tatapan yang lurus menatap Eliza. Sesekali Genza menaikan alis dan tersenyum geli kala Eliza menoleh kepadanya.

Eliza menghentikan langkahnya ditaman belakang sekolah. Membanting bukunya ke bangku yang ada disana.

"Gak ada kerjaan banget sih?!" kesalnya.

Genza mengedikkan bahu. Sungguh menggemaskan perempuan didepannya ini. "Masa nemuin gebetan setiap hari ga boleh?"

"Ga boleh! Dosa!" potong Eliza cepat.

Genza mengangguk anggukan kepala dengan tangan yang masih berada dikantong. "Yaudah masa nemuin pacar setiap hari ga bol-"

"Gak boleh!" Eliza membuang muka "Kita gak pernah jadian!"

Genza terkekeh dan maju mendekati Eliza. Genza mencubit Gemas hidung Eliza "Masa nemuin calon istri setiap hari ga boleh"

"Ga bol-- Hehehe" cengir Eliza.

Genza pun tersenyum. Genza memang sudah meminta maaf kepada Bunda Eliza tentang kejadian yang tidak mengenakan itu. Entah atau apa Bunda Eliza masih memberikan kesempatan.

Sebagian orang pasti akan berfikir orang tua apa seperti itu? Memafkan orang yang sudah mengotori anaknya,walau hanua bibir. Karena memang dari dulu Eliza sudah di didik untuk sangat anti dengan yang begitu begituan.

Tetapi akhirnya Bunda Eliza masih berpikir, jika seorang laki laki benar benar meminta maaf kepadanya, dihadapannya secara langsung, terlebih selama ini memang image Genza adalah orang baik baik mengapa tidak?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang