[JANGAN LUPA PUTAR PLAYLISTNYA YA]
Tentang aku, kamu, dan kisah kami.
Semoga kalian dapat menikmatinya.•
•
•"Giselle!" Seruan itu berasal dari belakang. Giselle menoleh dan mendapati Rara tengah berlari ke arahnya. Raut wajahnya tampak panik. Giselle menaikkan satu alisnya sambil menunggu Rara datang.
"Kenapa?" Rara terlihat ngos-ngosan. Giselle memberinya air dan langsung ia tenggak hingga setengah botol.
"Revan jalan sama Aria IPS 4." Kata Rara. Dunia seakan terhenti. Giselle memutar ulang kejadian setengah jam yang lalu. Revan berkata dia tak bisa mengantarnya pulang karena ada urusan. Dan ternyata ini urusannya.
"Lo harus hentiin Revan, Sel. Gue nggak mau lo terluka lagi."
Giselle tersenyum tipis dan menggeleng.
"Aku nggak bisa, itu keputusan Revan dan aku nggak ada hak buat ganggu dia."
Rara mendesah frustasi. Tak tahu lagi apa yang ada di pikiran sahabatnya ini. Giselle tau ia peduli dengan dirinya. Namun Giselle sendiri juga tak tahu harus apa.
"Tapi, Sel. Lo itu pacarnya. Lo harus bisa jaga dia. Jangan sampai dia kaya gini. Kalo dia jalan sama Aria, lo juga yang sakit." Giselle tersenyum getir.
Rara benar. Dirinya juga yang sakit. Dirinya yang jatuh. Dirinya yang terpuruk.
"Nggak usah, Ra. Yaudah ya aku pulang duluan." Gadis itu ingin berbalik namun Rara mencegahnya.
"Lo mau pulang jalan kaki 8 km dari sini? Mending lo bareng gue Sel."
Giselle menggeleng, "Nggak usah Rara. Aku nggak mau ngerepotin kamu."
"Ck. Lo nurut gue sekali aja ya Sel. Gue anter lo ke rumah."
Akhirnya gadis itu menurut, mengikuti Rara yang berjalan ke arah mobil hitamnya.
***
"Makasih ya, Ra." Rara mengangguk pelan. Ia menaikkan kaca mobilnya, namun berhenti.
"Kalo lo nggak kuat, lo putusin dia aja ya Sel."
"Merelakan itu emang sulit, tapi pura pura bertahan itu sakit. Gue harap lo bisa mempertimbangkan hal ini. Gue duluan."
Rara pergi. Meninggalkan Giselle yang termangu dengan ucapannya.
Giselle buru-buru memasuki pagar. Saat ingin menutupnya, dapat dilihat dengan jelas Revan dan Aria sedang tertawa bersama di atas motor Revan. Aria tampak mengalungkan tangannya ke pinggang Revan dan menyenderkan kepalanya di punggungnya.
Revan melajukan motornya melewati rumah Giselle, entah sengaja atau tidak sengaja. Dan hati Giselle tambah perih. Dia langsung masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
***
Revan menarik tangan Giselle ke arah lapangan. Mata Giselle tertutup oleh kain hitam. Giselle sedari tadi hanya tersenyum sambil memikirkan kejutan apa yang akan diberikan badboy SMA Angkasa itu. Suasana tampak riuh. Semua bersorak sorai. Giselle semakin ingin tahu kejutan apa yang sedang menantinya.
Revan membuka pelan-pelan ikatan kain hitam itu.
"Jangan buka mata lo dulu." Bisiknya. Giselle mengangguk. Kain hitam itu sudah lepas dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulit
Короткий рассказ#SHORTSTORYWITHCLARA @clararaven "Merelakan memang sulit. Namun pura-pura bertahan itu sakit." Tentang kisah masa lalu yang menjadi tempat berpijak hingga sekarang. Pelajaran penting tentang arti bertahan atau merelakan. Giselle Radin Aridia dan Rev...