.
.
"Diamlah, Jihoon."
"Oke, aku akan diam."
"Bagus."
"Tuh 'kan, aku sudah diam tapi kamu bicara lagi—"
"Mulut kamu minta disumpal rupanya. Sangat menganggu, kamu tahu itu kan—"
"Sssstt!" Jihoon menjulurkan tangan, jari telunjuk tepat berada di depan bibir Yoshinori. "Diamlah, Yoshi."
Hei, Jihoon baru saja mengambil kata-katanya. Alis menekuk, wajah Yoshinori tambah suram. "Beraninya kamu mengambil kalimatku! Kemari, Jihoon cerewet."
Tangannya secara refleks menggebrak meja.
Perhatian beberapa murid teralih karena keributan kecil itu. Tidak terlalu aneh jika mereka berisik, hanya merekalah sumber keberisikan dari meja Gryffindor. Jihoon berdiri dari kursinya, memeletkan lidah bermaksud mengejek sebelum melesat pergi ditelan kerumunan orang—kabur sejauh-jauhnya. Yoshinori mengejarnya, selalu mengejarnya untuk meraih kerah seragam Jihoon dari belakang lalu mengunci tangan dan menjepit leher anak itu dengan satu lengan. Tidak lupa menyumpal mulutnya dengan kudapan makan siang.Di meja Slytherin, Haruto mulai membuka suara. "Berulah lagi?" Byunggon hanya bergumam sebagai jawaban. "Seperti biasa, Park Jihoon."
"How annoying, berisik." Gumam Yoonbin ketika melihat Yoshinori telah keluar dari Great Hall bersama Jihoon.
.
"Ayo kejar-kejaran di lorong sekolah! Jika kamu bisa menangkapku sebelum lima menit terakhir, nanti aku traktir di Hogsmeade, jika tidak ya sebaliknya. Lima menit sebelum masuk kelas, kita berlomba siapa yang duluan sampai di kelas Ramuan."
Itu suara Jihoon yang mulai berlari meninggalkan Yoshinori di belakangnya.
"Hei, jangan curang!"
Melesat melewati beberapa siswa di lorong, Jihoon terlalu gesit. Meninggalkan Yoshinori yang tertinggal karena kurang mahir menghindari tabrakan dengan beberapa siswa-siswi yang berjalan di lorong. Jihoon merasa kemenangan mudah didapatkannya. Tapi, dibelokan lorong selanjutnya tidak begitu beruntung. Ada orang yang muncul disana dan mengagetkannya, tidak sempat bereaksi tepat waktu.
"Aduh," Jihoon mengeluh beruntung mereka tidak jatuh, tapi barang yang dibawa orang itu berserakan di lantai. Jihoon masih tahu diri, kok, maka ia berjongkok dan mengumpulkan barang tersebut. Pemilik buku juga membungkuk, mengambil bukunya satu persatu.
"Oh, hai, Yoonbin! Maaf, ya. Tadi aku nggak lihat, kondisi darurat," jelas Jihoon sembari memberikan barang Yoonbin kembali. "Habis latihan Quidditch?" tanya Jihoon kembali.
Yoonbin mengambil barang miliknya. "Iya, begitulah."
Jihoon baru ingin menjawab ketika pandangannya melihat sosok Yoshinori yang sudah dekat dibalik bahu tegap Yoonbin. "Aduh, aku terlalu lama disini. Sampai nanti, Yoonbin!"
Setelahnya, Yoonbin melihat Yoshinori yang berlari dan menarik kerah seragam Jihoon; membawa pemuda tersebut untuk segera menagih janji. Lagi, Yoonbin hanya menatap datar mereka dan berlalu kembali ke asramanya.
.
Musim pertandingan Quidditch sudah dimulai. Dan di sinilah Jihoon, menemani Junkyu yang memaksanya untuk ikut menonton pertandingan antara Slytherin dan Hufflepuff di mana kekasih Junkyu, Haruto ada di sana. Bermain sebagai Chaser kebanggaan asrama berlambang ular itu.
Atensi Jihoon beralih menatap Keeper dari team lawan, dan ternyata ada Yoonbin disana sebagai Keeper.
Junkyu sudah tidak bisa diam di tempat duduknya. Dia terus saja memekik dan mengatakan bahwa Harutonya tengah melihat ke arah sini dan memaksa Jihoon untuk ikut melambai. Dan ketika pemuda berambut caramel itu mengangkat kepalanya guna melakukan apa yang Junkyu minta, di saat itulah tatapannya bertemu dengan sosok di atas sapu di samping Haruto yang menatapnya intens. Keduanya tidak berkedip sama sekali. Seolah saling menyelami manik masing-masing.
"Wah, panas banget, ya, Ji?" Rangkulan yang bersandar pada bahunya membuat Jihoon sadar dan segera melihat pelakunya, Yoshinori. Jihoon hanya mengangguk dan sesekali menaggapi obrolan dari Yoshinori.
Di sisi lain, Yoonbin menatap tidak suka ketika melihat Yoshinori yang merangkul Jihoon akrab dan terkadang memainkan rambut Jihoon.
"Cemburu, eh?" Haruto berucap demikian sembari menyenggol pemuda di samping sapunya itu. Sedang yang ditanya hanya meliriknya sebelum kembali memperhatikan Jihoon dan Yoshinori.
"Ya, nggak lah." Ujar Yoonbin dan meninggalkan Haruto ketika suara peluit kembali berbunyi.
.
Pintu menara Astronomi terbuka sedikit. Yoonbin pun membukanya dengan pelan, tidak mau mengejutkan sosok yang membelakanginya. Tanpa ragu, Yoonbin melangkah mendekat dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang kekasihnya, Park Jihoon. Ia menopangkan kepalanya di bahu Jihoon dan mengecup pelan kepala belakangnya.
"Sudah selesai merajuknya?" Suara Yoonbin yang memulai.
Jihoon mengangkat bahu pasrah. "Kamu sibuk belajar dan bermain dengan teman satu asrama. Bahkan, sampai mengacuhkan aku di kelas. Aku pikir memberi sedikit pelajaran bukan ide yang buruk, makanya aku sering berdekatan dengan Yoshinori."
Yoonbin menghembuskan napas dengan kesal sekaligus lelah. Ia membalikkan badan Jihoon. "Serius, deh. Balas dendam kamu itu berhasil. Aku sampai cemburu dengan si pirang dingin itu."
Jihoon tersenyum tipis dan membawa kedua tangannya untuk memeluk leher Yoonbin. "Itu balasan untuk Ha Yoonbin," Jihoon mendongak. "Omong-omong, tangan kamu gapapa efek Quidditch tadi?"
"Gapapa, kok, hanya terkilir sedikit. Sepertinya, kalau kamu cium akan sembuh total." Balas Yoonbin dan memeluk pinggang Jihoon.
"Ohya? Sini, aku cium." Alih-alih mencium lengan milik Yoonbin, Jihoon malah berjinjit dan mencium bibir pemuda Slytherin tersebut. Yoonbin semakin menunduk, menahan leher Jihoon untuk tidak melepaskan ciuman mereka. Ia hanya ingin bermanja sebentar dengan kekasihnya setelah berhari-hari tidak bisa mendekapnya. Semakin mendesak ke dinding, ia mencium lebih dalam, gerutan di tengkuk didapatkan sebagai balasan.
Oksigen yang kian menipis, membuat Jihoon melepas ciuman mereka dan memilih untuk memeluk Yoonbin erat. "Disini dingin."
Mendengar suara Jihoon, Yoonbin balas memeluk Jihoon cukup erat hingga Jihoon merajuk karena tidak bisa bernapas. "Masih dingin?"
"Hu'um," Jihoon menggoyangkan badan Yoonbin yang sedang memeluknya mengurangi rasa dingin.
"Jangan terlalu dekat sama Yoshinori, aku nggak suka." Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Yoonbin.
"Ayaaay, Captain Ha!" Jawabnya lugas. "Bisa kita masuk? Udara disini benar-benar dingin."
"Sebentar," Yoonbin kembali memberi kecupan untuk Jihoon. "Sebagai ucapan selamat malam."
"Ayo, kembali ke asrama sebelum Junkyu cariin kamu, nanti aku malah kena omelan dia." Ujar Yoonbin dan mengulurkan tangannya. Jihoon hanya terkekeh dan menerima uluran tangan Yoonbin. Masing-masing menelusupkan jemari ketika angin kencang berhembus melalui celah-celah dinding. Akhirnya, mulai hari ini, Yoonbin tidak akan merasa terganggu dengan apapun lagi.
/ The End. /
Hai! Aku gak tahu ini feelnya dapat atau nggak karena bikinnya buru-buru. : ( Ohya, ada yang oleng lihat preview Treasure tadi? Aku oleng ke Doyoung, parah sih. 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Symptoms
RomanceHa Yoonbin tidak pernah menyukai keributan, terlebih jika pelaku utama dari keburitan tersebut tidak lain adalah Park Jihoon, murid dari asrama Gryffindor.