Pagi ini sekolah seperti biasa. Ngga ada yang aneh. Namun saat pergantian jam kedua mendadak seluruh kelas jadi ribut. Bahkan ada yang keluar kelas dengan geng masing masing.
Alhasil kelas kami yang ngga tau apa apa jadi ikut ikutan. Mereka berhamburan keluar. Ada yang kepo ada yang ngga peduli yang penting ribut aja.
Sarah heboh sendiri. Mendadak Kalisa juga ikutan heboh.
"Apa apa sih?" Tanya Dicky yang sejak tadi mabar pubg sama gengnya.
"Kayanya ada yang berantem deh" jawab
"Masa sih ?"
"Halah palingan rebutan cewe"
"Bener tuh. Drama banget ga sih"
Geng Dicky sama sekali ngga peduli. Mereka cuma penasaran dan langsung natap jengah keluar. Lalu kembali mabar. Dasar.
Sarah jadi tambah heboh ketika makin banyak yang keluar dari kelas.
Kelas ku juga semakin sedikit, sudah banyak siswa yang keluar kelas. Sarah yang super duper kepo langsung keluar.
Kalisa ikut ikutan. Meninggalkan ku sendiri dengan tatapan cengo.
Aku mengikuti mereka dari belakang. Dengan langkah yang masih terbilang tenang aku menuju lapangan.
Mendadak atmosfir lapangan berubah. Yang tadinya riuh tiba tiba jadi suram dan gelap.
Aku mencari Sarah dan Kalisa yang sejak tadi entah dimana. Pasrah tidak menemukan mereka akhirnya aku duduk di kursi panjang dekat pohon.
Sambil pasang muka memelas dan mendengus pasrah seakan membuatku tidak peduli keadaan.
Isak tangis dari banyak orang beradu, kulihat banyak dari mereka memasang raut wajah sedih. Bahkan ada yang melangkah ketir kearah kelas.
Suasana makin ngga jelas. Aku memutuskan untuk bangkit untuk mencari Sarah dan Kalisa.
Ngga salah sih mau marah, di keadaan kaya gini ada aja yang ngambil hp sambil bicara depan kamera. Kita cuma nunggu aja di youtube channelnya terunggah.
Aku menepuk keras bahu Ari, ia tampak terkejut namun beberapa detik kemudian ia mengarahkan kamera hpnya menuju wajah ku.
"Oke guys ini temen gue, dia pinter banget. Tapi kuper abis sam-"
"Ihh apa sih" aku memukul keras lengannya. Dan menutup kamera hpnya dengan tangan ku sambil memegang gemas hpnya.
"WOY KALEM BANG INI SUMBER REJEKI GUE!" Ari tampak mengelus elus hpnya dengan kasih sayang. Gila.
"Liat Sarah sama Kalisa ga ?"
"Ada tuh disana, lagi nangis kayanya"
"Lah kenapa ?"
"Lo belum tau kalo kepsek kita mau di ganti ?"
"Hah ? Masa?!"
"Noh tanya noh" tunjuk Ari pada sekelompok anak OSIS yang memakai almamater
Aku masih terkejut.
Serius deh pak Darma kepala sekolah SMA negeri 1 yang humble abis mau diganti ? Ngga ada deh kayanya kepsek yang tiap pagi selalu berdiri dekat gerbang sambil makan permen kaki. Gak ada emang. Cuma pak Darma doang.
Aku segera menuju ujung lapangan, menghampiri Kalisa dan Sarah.
Sarah nangis kejer. Sedangkan Kalisa dengan raut sedihnya hanya menepuk lembut pundak Sarah.
Aku hanya menunduk pasrah, seperti anak kecil yang sedang dimarahi ibunya.
"Sar diem dong, ntar mata lo bengkak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah, Love and Destiny •Huang Renjun
Teen FictionArleta Theresa Putri, wanita cantik, pintar dan kaya raya harus memulai hidupnya tanpa kasih sayang kedua orang tua. Tapi apa yang terjadi ketika There jatuh cinta kepada lelaki dingin bahkan sangat dingin bernama Ilham Aditya Alatas yang bersifat r...