Part 15. Darah

628 72 2
                                    


Kanna dan Zarkan Tar tiba di rumah Merine tepat ketika amukan salah satu Gort membuat pintu rumah Paman Ken rusak.

Merine membelalak terkejut ketika mendapati tiga Gort yang berada di rumahnya sedang bertarung dengan beberapa penduduk desa. Tak sedikit warga desa yang telah menjadi korban. Bahkan salah satu Gort kini sedang memakan tubuh salah satu warga yang Merine kenal. Tangannya terkepal erat lalu matanya mencoba mencari keberadaan ayah dan saudaranya.

Mata merine memandang ke samping rumahnya di mana Red tengah bertarung. Ia juga melihat ayahnya sedang membantu salah satu warga desa yang tengah di bantai salah satu Gort. Gadis itu berlari dengan perasaan cemas. Ia menghampiri Red kemudian membantunya melawan makhluk menjijikan yang berair liur hijau itu.

"Mereka datang," desis Zarkan Tar. Detik kemudian suara auman aneh terdengar dari berbagai sisi hutan. Derap langkah yang membuat tanah bergetar mencekam seluruh penduduk desa yang kini berkumpul di tengah lapangan.

Kanna mengambil anak panah lalu memasangnya pada tali busur. Ia kemudian melompat lalu melepaskan anak panah satu persatu pada tubuh Gort. Akan tetapi, berapapun panah yang ia tembakkan tak ada yang bisa menembus kulit monster itu. Pasukan Gort hanya berjumlah tak lebih dari 30 tetapi kekuatan satu Gort yang dapat menandingi 20 manusia membuat para warga kewalahan melawannya. Tak jarang pada akhirnya warga akan menjadi santapan mereka.

Melihat beberapa warga yang Kanna kenal menjadi tak berdaya. Sedangkan Gort tidak terpengaruh pada kuatnya serangan sihir. Kanna menjadi kebingungan. Ia kemudian menoleh pada Zarkan Tar.

"Zeon!" teriak Zarkan Tar. Kilat menyambar seketika. Dari udara tipis pria dengan jubah biru turun dengan pandangan angkuh lalu berdiri di depan Zarkan Tar.

"Hamba Yang Mulia." Zeon memberi hormat dengan senyum di wajahnya.

"Tamu kita sudah datang!" desis Zarkan Tar. Senyum Zeon semakin melebar. Kilau biru matanya bersinar terang. Pria itu membalikkan diri menatap puluhan Gort yang berderap menyerang desa.

"Tentu kita harus menjamunya dengan baik!" Zeon mendongak. Ia mengangkat tangannya lalu sebuah cambuk muncul di tangan kanannya.

Zarkan Tar melompat lalu disusul Zeon. Tangan kosong Zarkan Tar tiba-tiba terhunus sebuah pedang emas besar. Mereka saling mengangguk. Kemudian dengan tatapan dingin di mata mereka, niat pembantaian dimulai.

Cambuk Zeon meletus dan mengenai sasaran tepat di kepala salah satu Gort. Kepala tersebut langsung pecah dengan isi yang berserakan tumpah. Kematian satu Gort akan membuat amarah Gort lain meninggi. Mereka yang melihat temannya mati langsung menatap bengis pada pembunuhnya. Sekejap Zeon terkepung.

Memandang makhluk-makhluk menjijikan itu, senyum Zeon berubah menjadi semakin dingin. Makhluk yang paling tak ingin ia temui adalah Gort. Bau mereka menjijikan dengan air liur berwarna hijau yang selalu menetes di mulutnya. Sangat tak enak di pandang.

Serangan pertama Gort tertuju pada Zeon. Akan tetapi tebasan pedang dari belakang mereka membuat mereka menoleh dan menyerang Zarkan Tar. Gort yang berjumlah 29 terbagi menjadi dua pasukan. Mereka mengepung Zarkan Tar juga mengepung Zeon.

Melihat Gort mengepung Zarkan Tar, hati Kanna menjadi cemas. Dengan tangan gemetar ia kembali memasang anak panahnya. Mata ungunya bergerak waspada. Karena Gort kebal dengan sihir maka ia harus memutar otaknya. Kanna memandang keadaan sekitar yang sudah porak poranda. Sampai matanya menumbuk pada kondisi Red dan Paman Ken yang telah terluka dengan darah yang tidak sedikit keluar dari berbagai sisi tubuh. Seketika sebuah ingatan terbuka di otak Kanna.

Benar. Ada satu cara bagaimana senjata akan ampuh menembus kulit keras Gort.

Darah teratai biru.

THE DESTINY (TAKDIR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang