"Shena!!" Jerit Aster tak terkendali. Ia berlari cepat mendekati tubuh yang sudah terbaring tak sadarkan diri diatas aspal itu. Dalam sekejap lokasi mereka menjadi sorotan orang-orang yang melintas.
Darahnya mengalir deras, kepala gadis itu terluka parah. Aster mendekat melihat kondisi sahabatnya yang begitu parah. Butiran air keluar dari mata Aster. Ia pangku karibnya itu. "Siapapun tolong telepon ambulan." Aster meminta bantuan pada orang disekitarnya.
Aster berusaha menenangkan diri, sebelumnya Aster pergi ke toko buku yang berada disebrang jalan sendiri karena Adnan tak bisa menemani alasannya lelaki itu ada sedikit urusan dengan keluarga.
Tetapi saat hendak pulang Aster melihat Adnan dengan Shena berdebat di seberang jalan. Aster memutuskan untuk menyaksikan mereka dari kejauhan. Hingga akhirnya Adnan pergi meninggalkan Shena, Shena terus mengejar Adnan. Tak sadar Shena berhenti ditengah jalan, membuat sebuah truk besar menabraknya.
Adnan tak menoleh, Aster menyaksikan semuanya. Ia berlari Aster berfikir bahwa Adnan adalah sosok yang benar-benar jahat. Ia salah menilai Adnan, ia fikir Adnan bukanlah orang yang pantas untuk Aster cintai. Aster salah.
***
Seminggu setelah insiden tersebut. Aster kembali mendapaat ujian, mama-nya sosok yang begitu Aster sayangi, pergi meninggalkannya untuk selamanya. Aster benar-benar terpuruk. Dipenghujung masa SMPnya, masa yang sangat butuh support dari orang yang sangat ia sayang, Aster ditinggal sendiri. Bahkan Adnan sudah berapa kali laki-laki itu Aster hubungi namun tidak ada jawaban.
Aster merasa sendiri. Setiap malam ia kesepian. Mama-nya telah pergi, Shena sahabatnya terbaring koma, Ayahnya sibuk oleh perusahaan, bahkan Adnan pacarnya menghilang entah kemana. Aster memutuskan untuk pindah ke tempat neneknya, setelah ia lulus SMP.
Akhirnya masa Ujian Nasional Aster selesai, ia dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Beberapa hari menjelang UN kemarin Adnan muncul. Telah tertanam benih kebencian dalam hati Aster. Ia tak menganggap Adnan sebagai pacarnya lagi. ia benci orang macam Adnan.
"Aster." Adnan berlari kearah Aster.
Melihat itu, Aster juga berlari menjauh. "Gak usah deket-deket gue, gue benci orang kayak lo. Gara-gara lo sahabat gue koma." kata 'gue' yang Aster katakan terasa sangat kasar ditelinga Adnan. Adnan terus mendekat, berusaha menenangkan amarah Aster. "Gue jijik, menjauh dari gue."
"Maaf Ter. Aku gak tau aku salah apa."
"Dengan kepura-puraan lo itu buat gue makin benci sama lo. Udahlah kita putus."
"Jangan gitu Ter, aku masih sayang sama kamu, sayang banget."
"Sayang? Lo bilang sayang? Kemana lo saat gue benar-benar butuh lo. Gak ada. Gue butuh penjelasan soal lo sama Shena. Gue terus nelepon lo, tapi apa? lo gak bisa dihubungi. Bahkan saat mama gue meninggal lo gak ada, sekedar untuk ngasih semangat ke gue pun lo gak bisa. Gue kecewa sama lo Nan. Penilaian gue tentang lo salah Nan." Aster kehabisan nafas karena emosi yang bergejolak dalam hatinya.
"Maaf Ter."
"Udahlah. Gue benci sama lo."
Aster membalik badan kemudian berlari. Ia tak peduli lagi bagaimana penampilannya. Sebuah surat kelulusan yang ia pegang sedikit basah karena air matanya.
Adnan tak mengejar. Adnan tak tau apa yang telah ia perbuat begitu menghancurkan hati gadis itu. Sekarang gadis itu telah pergi, menyisahkan benih penyesalan dalam hati Adnan. Derap kaki, hingga punggung yang Adnan saksikan saat ini menggambarkan betapa rapuhnya gadis yang ia sia-siakan itu.
***
AN
Keep reading, dont forget take a footstep :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Teen Fiction[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...