C. 21 ❌⌛"Preparation"

32 9 2
                                    

Author pov.

Zion mengambil tiga kotak yang berisi alat alat dan bahan bahan untuk menghias lapangan, tempat theater dan untuk depan sekolah.

Zion dan Revina ditugaskan untuk menghias lapangan dengan beberapa adik kelas mereka. Tapi sepertinya adik kelas mereka belum datang semua.

"Ini semua bahannya. Apa yang harus dihias?" Tanya Zion kearah perempuan di sampingnya.

"Bagian yang harus kita hias lapangan. Depan sekolah yang hias anak kelas satu kalau tempat theater, anggota anggota club drama" Ucap Revina sambil mengambil kotak yang bertuliskan 'Lapangan'.

"Dua kotak lainnya tolong kasih ke mereka dong. Sekalian gua kerjain beberapa" Ucap Revina.

Zion kembali mengambil kotak yang  baru saja ia taruh.

"Yakin ngerjain sendiri dulu, gak nunggu pas gua balik aja?" Ucap Zion.

"Ya gak apa apa, cepetan makanya" Ucap Revina sambil mendorong Zion pergi.

Zion menghela nafasnya dan pergi keluar dari lapangan menuju depan sekolah.

"Kakak Zion, disini!" Teriak salah satu adik kelasnya.

"Ini maaf, lama" Ucap Zion sambil memberi kotak yang agak berat itu kearah murid lelaki yang lebih muda darinya.

"Gak apa apa kak. Makasih" Ucap murid itu.

Zion mengangguk dan berjalan kearah tempat theater yang berada di belakang gedung sekolah.

"Udah lama gak masuk sini" Ucap Zion pelan.

Matanya mencari siapa pun yang berada di dalam ruang theater tetapi ia tidak mendapati siapapun.

"Permisi!!"

Hening, tidak ada yang menjawab.

"Apa pada belum datang?" Ucap Zion pelan.

"Kok lama?"

Zion dapat merasakan detak jantungnya saat melihat Luna dibelakangnya.

"Gak usah muncul tiba tiba! Jantung gua copot nanti!" Ucap Zion.

"Baguslah..." Ucap Luna.

Tangan Luna meraih kotak yang berada di tangan Zion sambil membantu lelaki itu berdiri.

"Oh iya ya, gua lupa kalau lo ketua club drama kalau event." Ucap Zion saat melihat ikatan merah dilengan baju seragam Luna.

"Mn."

Zion menatap punggung sahabat lamanya itu dengan tatapan sedih.

"Tapi lo masih menjabat sebagai asisten kan di osis?" Tanya Zion sambil mengikuti langkah kaki Luna.

"Mn."

Zion menatap sekelilingnya sambil berkata "Dan lo juga masih jadi vocalist dan guitaris Lilac kan?"

Luna menganggukan kepalanya, Zion  mengambil alih kotak yang berada di tangan Luna.

"Berat, biar gua yang bawain. Lo anterin gua ketempat buat tarohnya aja" Ucap Zion.

Luna tidak memberontak dan membiarkan Zion melakukan apa yang ia mau.

"Apa gak terlalu sibuk? Tanya Zion.

"Gak, kan Lilac cuma perform waktu ada event dan club drama yang gua pegang juga cuma aktif waktu ada event aja. Selain asistent osis yang lain gak terlalu sibuk amat" Ucap Luna.

Extrakulikuler disekolah ini banyak, dimulai dari art hingga yearbook yang aktif hanya waktu graduation saja.

Luna memasuki 3 extrakulikuler tahun ini.

Saat SMP kelas 1 semester 1 mendekati semester 2 Luna masuk Drama club dan mendapati posisi ketua untuk drama yang hanya akan aktif di event.

Saat SMP kelas 1 semester 2 Luna masuk Musik club dan mendapat posisi Guitaris, Vocalist, dan Pianis tetapi ia hanya aktif setiap ada event dan rupanya clubnya juga dipisah oleh musik club dan diberi nama Lilac untak sekarang.

Dan di SMP kelas 2 semester 1 ia mendapat posisi asistent ketua osis yang waktu itu yang menjabat sebagai ketua osis adalah Garnet, sahabatnya.

Sejauh ini Luna belum pernah keluar dari satu club apa pun. Yang membuatnya sebagai senior di ketiga club itu sendiri.

"Ketua osis juga belum ditentuin kan? Jadi semua tugas diserahin ke lo dong?" Tanya Zion.

Luna sekali lagi hanya menganggukan kepalanya.

"Taruh disini aja kotaknya. Makasih" Ucap Luna.

Zion menaruh kotak berat itu diatas meja yang terletak di belakang panggung theater.

"Udah sana pergi, lo harus bantuin bantuin Revina kan? Sekali lagi makasih" Ucap Luna.

Zion mengacak pelan pucuk kepala Luna dan tersenyum kearah gadis yang tinggi badannya hanya sampai sebahunya itu.

"Ya udah, gua pergi dulu ya. Bye"

Setelah sampai di lapangan lagi Zion melihat Revina sedang meniup beberapa balon.

"Iketin sih balonnya. Gua gak bisa" Ucap Revina.

Zion menghampiri pacarnya yang sudah bersamanya selama 3 tahun ini.

"Mana sini, lo yang niup, gua yang iket" Ucap Zion sambil duduk disebelah Revina.

Revina memberikan balon yang baru ia tiup, dengan segera Zion mengikat balon yang diberikan Rahma.

Sudah ada 15 menit mereka melakukan ini, tiba tiba saja Revina berhenti meniup.

"Zion, ada yang mau gua omongin" Ucap Revina.

"Apa? Ngomongnya sambil ngerjain aja" Ucap Zion.

Revina memukul pelan kepala Zion.

"Gimana mau ngomongnya kalau gua niup balon bego! Denger dulu bentar" Ucap Revina.

"Iya, Iya... Mau ngomong apa? " Tanya Zion.

Keheningan menyelimuti mereka. Zion dapat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat saat Revina terlihat binggung untuk memilih perkataannya.

"Gua rencananya setelah selesai sekolah, gua mau kuliah di Harvard..." Ucap Rahma.

Zion menganggukan kepalanya dan menunggu Revina berbicara lagi.

"Menurut lo gimana? Maksudnya gua mau pendapat lo... Kita udah bareng selama 3 tahun, dan gua pengen denger pendapat lo" Ucap Revina.

Zion tersenyum sambil mengacak rambut Revinaa.

"Gua jelas dukung lo Rev. Kebetulan juga gua mau lanjut kuliah juga tapi di UCLA"

*UCLA : University of California, Los Angeles*

Revina tersenyum, beberapa hari ini pikiran berantakan apa lagi saat ia ingin sekali membicarakan hal ini pada pacarnya.

Dan sekarang ia bersyukur membicarakan hal ini kepada sang pacar.

"Kita pasti bisa kok LDR. Mungkin sebulan 2 kali ketemu bisa kan.. Jangan berhenti disini. Kita pasti bisa" Ucap Zion.

Revina menggenggam tangan Zion dan tersenyum.

"Iya bener. Kalau gitu ayo selesaiin ini dulu!"

Tbc.

Didn't Last LongWhere stories live. Discover now