"Itu...""Galih Triadoyo," sambung Bang Andre setelah aku menatapnya lama dengan mata terbelak.
Aku tahu seberapa brengseknya Galih Triadoyo, tapi aku tak pernah menyangka bahwa dia terlibat dalam permasalahan ini. Terlebih karena ini bukan sekadar kekacauan biasa, bukan pula kriminal enteng yang bisa dengan mudah ia hindari dengan uang ayahnya, kasus pembunuhan Jolak adalah kriminal berat yang bisa saja membuatnya mendekam puluhan tahun di dalam sel.
"Galih Triadoyo, putra pengusaha Triadoyo?" Pak Marko memastikan.
"Iya, betul. Anak pertama Alif Triadoyo," jawab Bang Andre.
"Dia..."
"Ada masalah apa, Mbak Tania?"
Tangan polisi itu memegang bahuku. Aku yakin bahwa keterkejutanku cukup jelas terbaca oleh siapapun di ruangan ini.
"Dia saudara tiri saya," lirihku dengan suara serak.
Sontak semua kepala para polisi yang ada di ruangan itu menengok kepadaku. Tatapan terkejut muncul dari segala arah.
"Sebaiknya kita kembali ke ruangan saya," ajak Pak Marko. "Les, tolong cetak gambar-gambar yang memperlihatkan wajah Galih Triadoyo dengan jelas. Cek juga dia keluar dari Exhale jam berapa dan dengan kendaraan apa. Kita juga perlu memastikan di mana keberadaannya saat ini."
"Siap, Dan."
Pak Marko menggiring aku dan Bang Andre kembali ke ruangannya. Kemudian dengan berbaik hati dia memberikan aku segelas air untuk menetralisir keterkejutanku. Namun, air yang mengalir di tenggorokanku itu terasa seperti magma dari neraka yang sulit tertelan.
"Tenang saja, Mbak Tania. Saya percaya Mbak tidak terlibat dalam masalah ini," ucapnya penuh pengertian.
"Lo mau telepon Will?" tanya Bang Andre.
"Enggak," jawabku. "Saya mungkin perlu menelepon Ibu saya, Pak," ucapku pada Pak Marko.
"Sebaiknya tidak perlu buru-buru. Kami masih perlu mengonfirmasi apakah memang ada hubungan antara kematian Joseph Laksmono dengan keberadaan saudara tiri Mbak Tania bersama Nona Haidy. Karena Nona Haidy sendiri telah dinyatakan tidak terkait, maka kami tidak bisa terburu-buru membuat anggapan tentang pria yang berada bersamanya," jelasnya.
"Saya bahkan nggak tahu kalau dia di Jakarta," ucapku.
"Apakah saudara Galih tidak tinggal di Jakarta?" tanya Pak Marko.
"Dia tinggal di Surabaya. Tapi kalau ke Jakarta biasanya dia menghubungi saya."
Aku tidak berbohong. Biasanya jika sedang ke Jakarta, Galih pasti akan muncul di apartemenku atau di Exhale untuk minta uang. Biasanya aku akan memberikan sejumlah uang yang diminta agar dia segera enyah dari hadapanku. Anak itu jelas-jelas bermasalah, tapi aku tak pernah menyangka dia cukup bodoh hingga bisa terjebak dalam masalah serunyam ini.
"Hubungan Mbak Tania dengan Galih Triadoyo cukup akrab?" tanya Pak Marko.
"Tidak. Kami hanya pernah beberapa kali bertemu sebelum dan setelah pernikahan ibu saya dan ayahnya, karena mereka sekeluarga tinggal di Surabaya."
"Apa ada kemungkinan saudara Galih terlibat kejahatan semacam ini?"
"Sejujurnya, meski ibu saya menikah dengan ayahnya, tapi saya hampir tidak mengenal Galih secara pribadi. Saya bahkan tidak tahu siapa saja kawannya di Jakarta."
"Tapi tadi Mbak Tania bilang saudara Galih biasa menghubungi Mbak saat datang ke Jakarta?"
"Iya. Biasanya dia datang menemui saya ke apartemen atau ke kantor. Tapi terakhir kali dia datang menemui saya itu ... sekitar dua bulan lalu," jawabku seraya mengingat-ingat kapan terakhir kali Galih muncul di hadapanku.
"Baik. Kami akan investigasi lebih jauh terlebih dahulu. Nanti saya akan informasikan jika ada perkembangan," ucapnya. "Tapi sebaiknya Mbak Tania menjaga jarak terlebih dahulu dengan saudara Galih."
"Jadi kami sudah bisa kembali ke kantor sekarang, Pak?" tanya Bang Andre.
"Silakan. Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya Mbak Tania, Pak Andre," tutupnya sambil menyalami aku dan Bang Andre.
Pak Marko kemudian mengantar aku dan Bang Andre hingga ke mobil. Aku yang lebih dulu masuk sehingga tak mendengar percakapan yang dilakukan Bang Andre dan Pak Marko sebelum akhirnya mereka kembali berjabat tangan.
Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam pikiranku. Ingatan kejadian demi kejadian yang aku alami sejak kemarin malam sudah membuatku kurang tidur dan lupa makan. Kini ingatan itu seperti dijejali informasi yang jauh melebihi kapasitas otakku dengan gambaran Haidy dan Galih dari CCTV. Stress agaknya terlalu ringan untuk mendeskripsikan kondisiku saat ini.
---
Music Video : Sorry by Justin Bieber
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Tania [TERBIT]
Chick-Lit[SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT KATA DEPAN] Menjadi Public Relations Officer memang mimpi Tania sejak kuliah dulu. Kini, setelah lima tahun bekerja di head office NRA Group, sebuah tawaran menggoda datang untuk menjadi head of PR department di Exha...