Typo bertebaran, mohon komen jika menemukan. Terima kasih❣
°~°~°~°
"Baru bangun? Kalo laper masak mi sana."
Suara Clara menyambut langkah seorang gadis yang yang baru saja menuruni tangga, namun tak membuatnya berhenti dan mengikuti ucapan orang yang bergelar ibu itu.
Rambut panjang yang terurai, tas yang hanya diselempangkan sebelah dan baju yang tidak rapih. Terlihat urakan namun tak menghilangkan aura kecantikan natural dalam dirinya. Tidak ada makeup tebal yang ada hanya bedak tipis dan lip berwarna senada dengan bibir nya.
Gadis itu terus berjalan keluar rumah, tak menghiraukan gerutuan dari sang ibu. Dan tatapan tak jelas dari adiknya, Alina.
"Liat tuh, kelakuan kakak kamu kayak orang yang nggak diajarin sopan santun!"
Alma masih mendengar suara ibunya. Ia menghela nafas panjang, kemudian ia berteriak, " saya nggak pernah diajarin sopan santun karena anda terlalu sibuk sama anak kesayangan anda!"
Alma merasakan sesak dalam dadanya, tiga tahun hidup bersama orang yang tak pernah menghargai nya. Merupakan sebuah neraka dunia untuk Alma.
Tak perlu lagi menunggu jawaban dari orang di dalam rumah. Karena pastinya hanya akan ada perdebatan panjang tanpa akhir. Mereka terlalu keras kepala.
Alma berjalan mencari kendaraan umum di halte bis. Tak lama sebuah minibus berhenti didepan Alma. Gadis itu segera menaiki nya, lalu ia memasang earphone dan mendengarkan musik sambil menunggu tempat tujuannya.
"Bang minggir!"
Alma turun di sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi. Ia melangkahkan kakinya masuk. Didalam sudah ada seorang gadis sebaya nya yang menggunakan seragam yang sama dengan dirinya.
"Alma!" pekik gadis itu saat melihat Alma.
"Berisik Lo pagi-pagi!"
Alma mendudukkan diri di sebelah gadis itu. "Laper nih Nad, belum makan," katanya mengadu, matanya memancarkan kesedihan yang tak pernah terucap. Mentalnya terluka tapi fisiknya tetap diam, tak menunjukkan hal yang seperti seharusnya.
Gadis itu, Nadia, ia tersenyum dan menunjukkan tangannya membentuk huruf O, lalu pergi ke dapur dan kembali dengan sepiring makanan.
"Makanan spesial untuk tuan putri."
Alma memakan makanan itu.
"Lo disuruh makan mi instan lagi?" tanya Nadia, yang memang sudah terbiasa dengan hidup Alma.
"Yaps, kek biasa lah. Wanita bergelar ibu cuma buatin makanan untuk anak kesayangannya," jawab Alma di sela makannya.
Nadia mengangguk, menatap Alma nanar.
"Yuk, berangkat."
"Let's go."
°~°~°~°
Sebuah mobil sport terparkir tak jauh dari SMA kesatuan. Alma dan Nadia keluar dari mobil tersebut.
"Kapan sih gue bisa pamer ke anak-anak gue naik mobil mewah," kata Nadia berlebihan.
"Buat apa pamer yang bukan punya Lo," sindir Alma.
Nadia mengerucutkan bibirnya, kesal. "Ah elah, yang bilang punya gue siapa? Gue kan bilang, pamer karena naik mobil mewah, Maimunah."
"Alma, nama gue cantik. Jangan diubah."
"Iya bawel."
Alma dan Nadia memasuki sekolah bertingkat tiga itu. Lantai satu untuk anak kelas sepuluh, lantai dua untuk kelas sebelas, dan lantai terakhir atau lantai tiga untuk kelas dua belas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti