13 - Sayang

22.6K 1.6K 34
                                    

#SENJA#

Hari ini aku bersama ketiga sahabatku janjian untuk jogging di daerah Stadion yang lokasinya dekat dengan rumah Rani. Tiap minggu, tempat ini memang menjadi lokasi car free day. Kami tidak hanya berempat karena kami juga mengajak Kak Lily, Kak Sarah dan tentu saja Jingga.

Aku yang baru saja sampai bersama Vina dan Rani berjalan mencari keberadaan Syifa, Kak Lily dan Kak Sarah serta Jingga

Kami menemukan mereka berdiri di dekat seorang ibu-ibu yang berjualan air minum. Kami segera menghampiri mereka.

"Loh kok kalian cuma bertiga ? Jingga ?" Tanyaku pada mereka saat mendapati Jingga tidak ada.

"Err..um.. Jingganya itu .." Kak Lily seoalah takut menjawab pertanyaanku.

"Dia gak bangun ?"

"Bukan. Lagi makan bubur ayam. Tuh," jawab Kak Sarah sambil menunjuk gerobak bubur ayam yang tak jauh dari tempat itu.

Aku menghela nafas. Lari aja belum tapi dia udah makan bubur ayam.

"Senja, kita lari duluan ya. Kak Jingga jangan dimarahin, dia laper, hehe," pamit Syifa padaku kemudian ia berlari bersama yang lain.

Aku berjalan menghampiri Jingga yang baru saja selesai menghabiskan semangkok bubur ayamnya. Ia terlihat sedang berbicara serius bersama si tukang bubur. Tiba-tiba saja ia melihatku, aku coba membuang muka tapi ia malah menghampiriku.

"Bawa uang nggak ?" Tanya nya datar tanpa basa-basi.

"Enggak," jawabku singkat. Sebenernya aku bawa sih.

"Bohong. Pinjem 15 ribu," pintanya padaku.

"Aku nggak bawa uang"

Jingga mencubit kedua pipiku, "Pinjem 15 ribu, Sayang," sekarang dia merayuku dengan kata sayang.

Aku mendengus kesal, ku ambil uang 15 ribu dari dompetku dan ku berikan kepadanya. Tanpa bilang terimakasih, ia langsung kembali ke tukang bubur dan memberikan uang itu.

Ia kemudian berjalan kembali kepadaku.

"Mana yang lain ?" Tanya nya padaku. Ia baru menyadari yang lain sudah tidak ada.

"Udah lari duluan. Kamu sih malah makan bubur," ujarku mencubit perutnya.

"Ayo lari," ajakku.

"Kamu duluan"

"Enggak, kamu dulu. Aku ikutin kamu dari belakang," aku sengaja melakukan itu supaya Jingga tidak kabur.

Jingga menghela nafas, dengan langkah malas ia mulai berlari. Aku mengikutinya dari belakang. Kami berdua kemudian berpapasan dengan yang lain. Akhirnya kami menyamakan langkah lari kami.

Baru 2 putaran, Jingga sudah terlihat lemas. Kak Lily dan Kak Sarah tidak kuasa menahan tawa mereka.

"Ayo semangat Jingga !" Seru Kak Lily.

"Masa kalah sih sama Senja !" Timpal Kak Sarah.

"Bacot," balas Jingga dengan nada kesal. Sebelumnya aku sudah pernah cerita ke kalian kan ? Kalau Jingga itu paling tidak suka diledek.

Mendengar kata kasar keluar dari mulutnya membuatku menampar mulutnya pelan. Beneran pelan dan tidak menyakitkan. Aku hanya ingin memberinya pelajaran.

"Jangan ngomong kasar," titahku padanya.

Ia malah memberiku tatapan kesal kemudian berlari lebih kencang meninggalkanku. Benar-benar seperti anak kecil.

"Kak Jingga bocah banget," ujar Syifa yang ada di sampingku.

Jingga Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang