Paris, Perancis 2015.
Tak ada pemandangan menarik yang bisa dilihat dari jendela kamarnya. Hanya bangunan-bangunan menjulang tinggi yang seolah mencakar langit. Flat yang ia beli memang berdampingan dengan gedung flat-flat lainnya. Flat tempat tinggalnya merupakan flat yang diperuntukkan bagi kalangan atas. Lokasinya berada dipusat kota yang strategis. Tapi membosankan bila setiap harinya yang bisa ia dapati dari jendela kamar hanyalah jejeran gedung-gedung bercat putih yang monoton.
Deru mesin kendaraan yang bisa ia dengar secara jelas meskipun lantai kamarnya berada di lantai paling atas gedung ini. Tinggal di kota metropolitan membuatnya tak bisa sedikit saja hidup dalam ketenangan dan sekedar menghirup udara yang segar.
Bisingnya mesin kendaraan tadi yang bisa ia dengarkan secara nonstop. Polusi udara yang ia dapatkan setiap harinya meskipun di pagi hari sekalipun yang katanya udara pagi akan selalu bersih dan menyejukkan. Walaupun begitu, ia masih tetap menikmati hidupnya dan betah dengan segala hingar bingar kehidupan kota yang menjadi tempatnya menempuh pendidikan sekaligus bekerja ini.
Semua itu juga karena seorang wanita yang selalu ada disampingnya. Menetap di Paris membuat hidupnya sedikit banyak mengikuti gaya orang-orang disini. Seperti halnya menjalani hidup bersama wanita yang tidak memiliki ikatan dengannya. Hanya memiliki komitmen untuk hidup bersama tanpa memperjelas status. Namun melakukan hubungan layaknya suami istri.
Itulah mengapa ia merasa betah disini. Meskipun hari-harinya yang sibuk dengan pola yang itu-itu saja. Semacam mengulang harinya dari bangun tidur, makan, bekerja, kuliah, pulang, makan, tidur, dan menghabiskan sisa malamnya bersama wanitanya tersebut.
Begitu terus siklus hidupnya. Meski terasa membosankan, asal ia bersama-sama wanita yang sudah bersamanya kurang lebih 4 tahunan itu, semuanya akan terasa menyenangkan.
Pagi harinya ia habiskan untuk sedikit berolahraga di balkon flat miliknya sebelum ia berangkat bekerja. Dirinya bekerja di salah satu perusahaan ternama dalam bidang Arsitektur di kota Paris. Ia selalu melakukan olahraga dengan tubuh top less dan hanya menggunakan celana training kesukaannya ketika berada di dalam flat.
Setelah melakukan olahraga singkatnya, ia masuk kedalam kamar dan mengecek apakah sang wanita sudah terbangun atau belum. Biasanya jam-jam ini wanitanya masih terlena dalam mimpi dan bergumul dengan selimut. Namun hari ini berbeda ketika ia mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Wanitanya sudah bangun.
" Jane bisakah aku masuk?" Serunya ketika berada didepan pintu kamar mandi yang hanya menjadi pembatas ruang antara dirinya dengan wanita yang baru saja dipanggilnya Jane tadi.
" Tunggu. Aku akan segera keluar karena ada sesuatu yang ingin aku beri tahukan padamu" Kata wanita tersebut dari dalam kamar mandi.
" Hm baiklah. Tapi sebenarnya aku ingin mandi bersamamu. Tidak bisakah aku masuk saja dan kau memberitahukannya didalam" Kata laki-laki ini terdengar sedikit merajuk.
" Tunggulah Jongin. Lagi pula aku tidak sedang mandi dan ini urgent" Kata si wanita lagi. Tidak lama setelah itu kenop pintu terlihat bergerak dan menimbulkan bunyi pintu yang terbuka. Wanita yang hanya mengenakan baju tidur tipis itu melangkah mendekati laki-lakinya yang dipanggil Jongin tadi.
Laki-laki bernama lengkap Kim Jongin ini menatapi raut muka kekasihnya yang datar. Namun ada sedikit ketegangan dari wajah cantik milik wanita bermarga sama dengannya tersebut. Diraihnya tangan wanita kesayangannya dan kemudian mereka berjalan bergandengan menuju tempat tidur.
Jongin duduk disisi tempat tidur lebih dulu dan kemudian menarik tangan Jennie yang masih dalam genggamannya tadi. Kemudian menuntun wanitanya untuk duduk dalam pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (JENKAI-REPUBLISH) ✔
FanfictionSebuah kisah antara tiga manusia yang berjuang dalam cinta yang sama. Kisah tentang Penyesalan dan juga Pengkhianatan. Pemahaman bahwa cinta ternyata sekejam itu. Dan penjelasan bahwa kau akan menjadi budak cinta ketika kau terlalu mencintai .