"Manusia hanya butuh pengakuan,
tidak ada artinya jika ada namun tidak diakui. "
- Sandya"Makin hari makin susah saja menjadi manusia yang manusia, sepertinya menjadi manusia adalah masalah buat manusia.'' Entah mengapa kata-kata tersebut selalu terngiang setelah aku mendengarnya secara tidak sengaja melalui radio yang aku nyalakan didalam mobil ketika aku sedang berada di perjalanan menuju rumah. Lagu ini seakan menyuarakan hatiku yang saat ini sedang lelah memainkan perannya di bumi. Mungkin ini adalah jawaban dari semua pertanyaan, bahwa memang sulit untuk menjadi manusia yang manusia. Bagaimana tidak ? terlalu banyak orang yang berpura-pura sehingga aku pun tidak bisa membedakan orang yang benar-benar tulus dan tidak. Hal ini lah yang membuat aku sulit untuk mempercai orang lain, padahal aku tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa hidup sendiri.
"Mau sampai kapan seperti ini?"
"Sampai air laut mengering atau bulan memancarkan cahayanya sendiri?"
"Entahlah."Aku melihat wajahku didepan kaca didekat westafle dengan alunan gemericik air yang terdengar syahdu seakan-akan mampu membawaku untuk melihat jauh tentang apa yang saat ini dan yang akan kulakukan kedepannya. Terlihat kantung mata yang semakin hari semakin menebal dan kerutan-kerutan diatas kepala yang membuatku tersadar bahwa terlalu keras aku bekerja mengejar sesuatu yang saat ini tidak tahu arah dan tujuannya. Aku adalah orang perfeksionis yang memperhatikan setiap hal-hal kecil, aku sangat menganut prinsip zero mistake maka dari itu aku harus membuat segala perencanaan sampai kemungkinan masalah terburuk pun harus ada solusi bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.
Sebagai seorang CTO (Chief Technology Officer) aku harus bisa membuat semua sistem berjalanan dengan baik, jika tidak bisa dipastikan perusahaan ini aku tutup. Tidak hanya itu aku pun harus melakukan inovasi baru setiap harinya, kalian tahu sendiri bahwa perkembangan teknologi sangat pesat, hampir setiap hari ada hal baru yang ditemukan. Meski berat tugas dan tanggung jawab yang saat ini aku pikul, aku tetap mencitainya karena ini adalah hobiku dan betapa bahagianya hobi yang dibayar.
Tahun ini adalah tahun kedua aku berada di perusahaan rintisan (startup) yang perlahan mulai berkembang mengepakan sayapnya. Aku bekerja disalah satu perusahaan rintisan di Jakarta Selatan, tepatnya berada didaerah Kemang. Banyak orang yang menghindari untuk bekerja di perusahaan rintisan dan lebih memilih bekerja diperusahaan yang sudah memiliki nama dan popularitas. Tapi tidak bagiku, aku lebih memilih untuk bekerja di perusahaan rintisan karena aku bisa melihat bagaimana caranya sebuah perusahaan itu berjalan dan bertahan ditengah persaingan yang ketat. Tentu perlu banyak effort yang dikeluarkan untuk bekerja di perusahaan rintisan, disinilah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang terbuka dengan lebar.
Beberapa bulan lalu, aku ditugaskan untuk membentuk tim product development di kota Bogor. Bicara tentang Bogor, bagiku kota ini amat sangat spesial karena dikota inilah aku dilahirkan, dan dibesarkan meskipun aku sudah melanglang buana ke beberapa kota di dalam dan diluar negeri pada akhirnya aku akan kembali ke kota ini. Di kota inilah pertemuan dan perpisahan aku dengan orang yang nanti akan kalian ketahui namanya, sejujurnya aku tidak ingin kembali ke kota ini karena terlalu banyak kenangan yang memilukan tapi apa boleh buat hanya Bogor lah kota yang ideal dari segala aspek untuk membentuk tim.
Bogor sekarang lebih indah tatanan kotanya sangat tertata terlebih banyak area taman yang bisa digunakan untuk berolahraga atau sekedar bercengkrama berbagi cerita, tak heran kota ini memenangkan penghargaan The Most Loveable City yang diselenggarakan oleh WWF.
Meskipun kota ini sudah banyak berubah, tapi tak ada yang berubah dari kenanganku dengannya. Lima tahun berlalu sampai detik ini perasaanku kepadanya masih sama tidak ada yang berbeda hanya saja rindu yang menggebu-gebu tertimbun setiap harinya. Dulu ia adalah tujuanku, namun ketika semua tidak berjalan dengan semestinya semestapun menyembunyikannya dariku. Setelah dia menghilang, aku harus melanjutkan kembali hidupku yang penuh kelabku, aku telah kehilangan arah dan tujuan, aku tidak bisa membohongi jika mata ini selalu mencari-cari rupanya jika hati ini selalu menyebut namanya jika telinga ini selalu mencari-cari suaranya.