Ini bener-bener kisah pertama yang aku tulis sister hehe. Kuharap kalian suka dan dukung aku terus. Love you.
***
Gadis itu duduk diranjang kamarnya memikirkan semua hal yang akhir-akhir ini begitu menguras energi dan emosinya.
Semua hal buruk itu terjadi secara beruntun. Seperti skenario yang memang sudah Tuhan siapkan untuknya.
Bukan sedang menyalahkan Tuhan atas semua hal memilukan yang menimpanya. Bukan juga sedang menyalahkan dunia yang seolah berkonspirasi untuk membuatnya jatuh terpuruk. Yang membuatnya bertanya adalah bagian mana dia melakukan kesalahan sehingga Tuhan menghukumnya.
Menangis adalah rutinitasnya belakangan ini. Padahal dia bukan gadis cengeng yang mudah menangis namun sakitnya terlalu dalam dan dia butuh pelampiasan agar sakitnya berkurang.
Gadis itu pikir dengan menangis semuanya akan baik-baik saja. Rasa sakit dihatinya hilang dan perasaannya menjadi lega. Namun yang ada hanyalah dadanya yang bertambah sesak, hingga ia kesulitan benapas. Matanya perih akibat terlalu lama menangis. Hidungnya tersumbat ingus yang memaksa keluar.
Dengan pelan ia seka air matanya lalu beranjak ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya yang lengket karena air mata.
Dilihatnya pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi. Wajah yang begitu berantakan dengan mata dan hidung merah serta helai rambut yang mencuat dari simpul ikatan. Hanya satu kata. Mengenaskan.
Dia menertawai dirinya sendiri ketika sadar atas kebodohannya. Dipikir bagaimanapun semua ini percuma. Air mata yang sudah berjam jam ia keluarkan tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Semuanya tidak akan berubah menjadi seperti sedia kala. Hidupnya sudah berbeda. Ceritanya bahagianya telah usai.
Dia hanya harus menguatkan dirinya untuk menghadapi hari esok. Berharap esok akan lebih baik dari hari ini.
***
Gimana nih prolognya???
Bikin tertarik gaa?
Kuharap sih yes.
Kalo suka jangan lupa voment. Love you :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Cattleya
RomanceLeya adalah gadis yang hidupnya penuh dengan warna warni indah pelangi. Dia cantik, cerdas, dan populer membuatnya menjadi idola di SMA Dharma Bhakti. Namun hidupnya berubah 180 derajat. tidak ada lagi pujian tidak ada lagi julukan idola. Yang ters...