BAB 9

273 28 1
                                    

Aroma pinus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma pinus. Udara dingin. Daun-daun kering berserakan, hancur seperti remah. Chanyeol tersesat. Terdampar ditengah kegelapan yang sunyi. Tidak terlihat apapun ketika matanya memandang lurus ke depan. Hanya gelap, kabut, jalan setapak. Dan satu-satunya sumber suara, hanya berasal dari hancurnya ranting dan daun kering yang ia pijak.

Kedua kaki itu menggigil tapi terus bergerak, berjalan lurus ke depan tanpa persetujuan. Entah mengarah kemana; Chanyeol belum tahu pasti.

Matanya menyipit, membenarkan pandangan yang mungkin keliru tentang apa yang kini terlihat; seseorang berjalan berlawanan arah dengannya.

Langkah demi langkah membuat sosok itu makin dekat. Wajahnya kini nampak. Semakin jelas. Chanyeol yakin ia mengenal sosok itu, merasa tahu namanya. Tapi ketika niat menyapa itu hadir, mulutnya justru kaku, tidak bisa digerakkan.

Chanyeol bukan seperti berada di dalam tubuhnya sendiri, ia tidak dapat mengontrol pergerakannya. Bahkan untuk berbalik pun, tidak bisa. Kakinya hanya terus melangkah ke depan hingga memicu perasaan bersalah karena mereka berpapasan tanpa sebuah sapaan.

Lalu entah bagaimana kini pria itu sudah berdiri di depan sebuah rumah. Entah milik siapa.

Bangunan itu tidak terlalu besar, terlihat nyaman jika saja semak belukar di depannya tidak ada. Seperti tidak terawat; tidak terurus, lama di tinggalkan pemiliknya.

Lagi-lagi kakinya melangkah tanpa persetujuan. Di bukanya pintu lapuk itu. Tidak terkunci. Chanyeol melihat sekeliling, rasanya ia pernah ada disana sebelumnya. Tapi kapan? Ingatan itu tidak asing, tapi sulit digali.

Lavender.

Aroma itu semerbak, menyebar ke seluruh sisi rumah. Semakin menguatkan perasaan Chanyeol bahwa rumah ini pernah ia datangi sebelumnya. Karena aroma itu tidaklah asing.

Pria itu melangkah, mencari dari mana datangnya aroma tersebut. Tapi terhenti ketika matanya menemukan sebuah bingkai dengan foto hitam-putih terpasang di dalamnya.

"Ini.. Aku?" tanya Chanyeol pada diri sendiri. Memastikan salah satu dari tiga orang didalam kenangan yang diabadikan itu adalah dirinya.

Chanyeol sadar kini ia bisa bicara, bahkan pergerakannya terkontrol? Tapi kenapa sebelumnya, saat dijalan setapak itu, saat ia berpapasan dengan pria itu, menggerakkan tubuh terasa sulit sekali?

Pria itu mengabaikan pertanyaan di dalam kepalanya ketika ia mendengar seseorang menangis. Ia mendongak dan meyakini suara itu berasal dari lantai atas.

Perlahan, anak tangga yang jumlahnya tidak terlalu banyak itu dipijaknya satu per satu. Berusaha tidak mengeluarkan suara agar tidak menginterupsi siapapun yang berada di rumah ini.

Salah satu pintu terbuka dan suara itu semakin jelas, berikut aroma lavender yang juga semakin kuat. Chanyeol mengintip dari celah. Nampak seseorang memunggunginya, seorang wanita.

COFFEE FRAGRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang