Jane pulang dengan beno, tak lupa si Klara juga ikut menebeng. Sebelum pulang ke rumah mereka berinisiatif untuk jalan ngemall dulu. Hitung-hitung menghilangkan kepenatan.
Waktu menunjukkan pukul 16.30. berarti hampir satu setengah jam mereka berkeliaran di dalam mall tanpa tujuan. Sepertinya perut Klara mulai mengomel.
"Laper nih gueee" gerutu Klara.
"Makan lah" jawab Jane asal.
"Ya ayok sama lo"
Klara menarik tangan Jane dengan sebal. Memang punya sahabat seperti Jane membuatnya darah tinggi setiap saat.
"Jane bentar deh" tahan Klara sebelum memasuki restoran cepat saji itu.
"Kenapa lagi dah lo" jawab Jane, terus melangkah memasuki restoran tersebut.
"Ni orang ya, bilangin bentar main nyelonong masuk aja"
Klara memasuki restoran tersebut dengan perasaan yang mengganjal. Apa boleh buat Jane sudah duduk cantik menepati salah satu bangku yang berada disana.
"Tadi apaan si lo?"
"Nohh liat bangku yang diujung sana tuhh" jawab Jane dengan nada sebal.
Jane memicingkan matanya untuk melihat seseorang, keningnya berkerut. Dia ingin menahan tawa.
"Lah itu si Alvin, gue panggilin ya"
"ALVINN" panggil Jane dengan suara yang begitu keras.
Hal pertama yang Klara ingin ia lakukan yaitu memaki sahabatnya ini, sebenarnya dia senang bertemu Alvin. Tapi mengingat mereka sedang bertengkar membuat mood Klara hilang.
Klara melirik malas saat Alvin duduk didepannya. Ekspresi wajahnya tidak bisa dipungkir bahwa dia sedang malas berbcara dengan Alvin.
"Tumben lo ke sini sama siapa lo?" Tanya Jane yang sudah akrab dengan Alvin.
"Noh sama kapten basket kita"
"NATHAN? SERIUS LO?" tanya Jane tak percaya.
Sekarang kadar kebucinan Jane meningkat. Jantungnya berdegup dengan kencang. Sebaliknya dengan Klara ia malah merasa malu melihat tingkah sahabatnya itu.
"Hai" sapa suara dingin.
Sekarang wajah Jane benar-benar merah, dia merasa malu dan cangung. Dia tidak menyangka suaranya begitu keras sehingga Nathan bisa mendengarnya.
***
Jane menyesal, kenapa dia tidak mendengarkan sahabatnya dulu sebelum memasuki restorannya, malah langsung masuk. Dia benar - benar menyesal.Suasana meja milik Jane menjadi canggung. Jane dan Klara tidak hanya sendiri lagi, melainkan ada dua orang yang menepati 2 bangku kosong dari meja itu.
Tidak ada lagi percakapan yang serius. Semua diam, bingung memilih topik pembicaraan. Jane hanya mendengus sebal, kenapa bisa dia bertemu Nathan, kan Jane jadi gugup dan salah tingkah.
Klara melirik Jane yang hanya diam dan menundukan kepalanya. Dia malas sekali harus bergabung dengan Alvin. Mengingat hubungannya sedang tidak baik. Baik Alvin dan Klara memiliki gengsi yang tinggi untuk minta maaf.
Selama makan pun Jane tak berani bersuara, nyalinya ciut jika ada doi didepannya. Dia bisa melihat jelas muka Nathan saat ini, tapi dia tidak berani menatapnya langsung.
Setelah mereka menyelesaikan makanan masing-masing. Jane dan Klara segera pamit pulang, dan mereka memang harus segera pulang. Menghilang dari suasana canggung itu yang membuat mereka tidak nyaman.
"JANE " Teriak Klara, saat mereka menuju parkiran.
"iyaaa, maaf gue lupa kalo lo lagi marahan sama Alvin" Jelas Jane, dia tahu kalo Klara sedang marah. "gue khilaf,Ra""sabar" Klara berdecah sebal pada dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, kejadian tadi terjadi karena tidak sengaja. Mungkin Klara harus sabar menghadapi Jane yang ceroboh. Butuh beberapa saat Klara menenangkan pikiran dan moodnya saat ini.
"Ya udah deh, jangan marah lagi dong Ra, gue beliin es krim coklat nih" bujuk Jane.
Tanpa berpikir panjang Klara pun menyetujuinya " oke gue setuju"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Captain!
Fiksi RemajaNathan adalah kapten basket di SMA Nusaputera, ganteng pastinya. Idaman kaum hawa, salah satunya adalah Jane. Gadis yang sangat menyukainya. Entah itu perasaan suka atau obsesi? Jane belum bisa menyadari hal itu.