25. Bimbang (revisi)

5.3K 270 45
                                    

Haifa menaiki lift untuk turun ke lantai bawah, hingga sampailah dia di lapangan outdoor hotel, dimana Arya dan yang lainnya berada.

Haifa berusaha untuk menutupi bekas tangisannya. Haifa mengusapi pipinya juga matanya agar tidak tersisa sedikitpun air mata di wajahnya.

"Arya?!"panggil Haifa ketika ia sudah mengelap semua air matanya.

Arya yang awalnya tengah membantu merangkai beberapa bunga bersama Hanif, Azmi dan juga dua sepupunya, menengok ke arah Haifa.

"Iya? Ada apa Fa?"tanya Arya sambil berjalan mendekat ke arah Haifa.

"Itu, lo di panggil sama papa!"ucap Haifa berusaha menetralkan suaranya yang masih sedikit bergetar akibat menangis tadi

"Eh bentar? Lo nangis ya?"tanya Arya memperhatikan wajah Haifa yang sedikit sembab, juga matanya yang memerah.

"Hah?! Gak kok!"ucap Haifa sedikit gugup, seraya menundukan kepalanya untuk menghindari tatapan Arya.

"Gak gimana? Itu mata lo merah?"ucap Arya seraya menunduk, berusaha mencari celah agar dapat melihat wajah Haifa

"Gak, gue gak apapa, tadi cuman kelilipan aja!"ucap Haifa lagi

Arya hanya mendengus mendengar ucapan Haifa. Ia sudah tahu, pasti sahabatnya itu baru saja menangis.

"Oh gitu, oh iya tadi lo bilang apa?"tanya Arya akhirnya membuat Haifa mendongak

"Tadi di panggil sama papa!"ucap Haifa

"Ada apa?"tanya Arya lagi

"Udah lo kesana aja, gue gak bisa jelasin!"ucap Haifa membuat Arya penasaran

"Yaudah!"ucap Arya

"Bro! Gue ke kamar dulu ya, kalian lanjutin aja!"pamit Arya kepada Hanif dan yang lainnya

"Kak Haifa kenapa?"tanya Azmi ketika melihat Haifa mendekat ke arah mereka, dan matanya terlihat memerah

"Gak apapa, gue nyusulin Arya dulu ya?!"ucap Haifa berlari mengejar Arya.

Haifa mengejar Arya yang sudah hampir menaiki lift. Lalu mereka menaiki lift berdua menuju lantai dimana kamar mereka berada. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka lalu mereka segera keluar.

"Dimana Fa?"tanya Arya menatap Haifa yang berada disampingnya

"Di kamar gue!"jawab Haifa

Mereka berjalan menuju kamar yang ditempati Nafa dan Haifa. Dari kejauhan, Arya dapat melihat pintu itu yang sedikit terbuka, juga terlihat banyak orang disana.

"Itu ada apaan sih? Kok rame banget disana?"tanya Arya pada Haifa yang hanya diam tidak merespon.

Mereka sampai di depan pintu ruangan itu, tidak ada suara namun terlihat banyak orang. Arya membuka pintu lebih lebar, lalu memasuki kamar, diikuti Haifa di belakangnya, yang menunduk.

Plaakk

Bunyi sesuatu seperti sebuah tamparan terdengar begitu keras di telinga Haifa, Haifa pun mendongakan kepalanya, dan melihat Arya yang kini memegangi pipi kanannya tengah berhadapan dengan Hendra yang memasang wajah penuh emosi.

"Pa....."baru saja Arya hendak mengeluarkan suaranya, satu tamparan kembali menghampiri pipi kirinya.

Plaaakkk

Tamparan yang begitu keras, membuat kepala Arya terlempar ke arah kanan.

"Papa kecewa sama kamu!"bentak Hendra tepat di depan wajah Arya lalu hendak melayangkan kembali tamparan ke pipi Arya, namun sebelum itu terjadi, Rafel yang berada tepat di belakangnya, segera menahan tangan itu di udara.

Kesempurnaan Cinta #4✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang