Siapa yang menyangka jika seseorang yang tampak acuh, ternyata jauh lebih mengetahui dari apa yang semua orang kira?
Siapa yang menyangka jika seseorang yang sama sekali tidak terlihat peduli, ternyata jauh lebih memperhatikan dari apa apa yang semua orang kira?
Lalu, siapa pula yang menyangka jika ternyata Doyeon sudah mengenal Lucas lebih dulu, jauh dari apa yang lelaki itu pernah ingat?
Pagi itu, hari di mana ujian SBMPTN dilaksanakan. Doyeon sudah berusaha bangun lebih pagi, dan berangkat satu jam sebelum ujian di mulai, dengan niat menghindari kemacetan, karena area tempat ujian pasti jauh lebih padat dari biasanya.
Sialnya, Doyeon yang pagi itu berangkat bersama papanya dengan mengendarai mobil, malah terjebak kemacetan panjang, dan Doyeon baru bisa sampai ke tempat ujian, lima menit sebelum waktu ujian di mulai. Bahkan tangannya sudah gemetar karena Doyeon harus berlari menaiki tangga hingga lantai empat, menuju ruangan di mana ia ditempatkan.
Sialnya lagi, Doyeon tidak sadar jika resleting dari tas yang ia bawa terbuka lebar, sampai kotak berisi peralatan tulisnya jatuh entah di mana, pasti saat gadis itu berlarian.
Doyeon sudah tidak bisa lagi menenangkan diri dengan menarik nafasnya dalam-dalam. Karena tidak ada lagi jalan keluar. Apa yang bia dilakukan peserta ujian tulis saat ia tidak memegang alat tulis sama sekali?
Doyeon sudah hampir menyerah. Ia hanya menelungkupkan kepalanya, hanya tinggal menunggu sebentar sampai air matanya menetes.
Tapi, sebuah uluran tangan yang memegang sebatang pensil itu tiba-tiba muncul di hadapan Doyeon. Seorang lelaki yang duduk di bangku sebelahnya.
"Hah?"
"Pake aja." Jawabnya sambil tersenyum.
"Terus lo?"
Lelaki itu mengeluarkan satu batang pensil lain, yang penjangnya tidak lebih dari jari telunjuknya.
Dan Doyeon sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, karena pengawas ruangannya sudah memperhatikan keduanya sejak tadi, dan memperingatkan keduanya agar tak lagi bicara, sebelum dua-duanya dikeluarkan karena dituduh bekerja sama.
Harusnya Doyeon bisa langsung fokus menyelesaikan ujiannya tanpa terganggu oleh apapun. Tapi nyatanya, perhatiannya selalu teralihkan pada si pemilik pensil yang dipegangnya. Lelaki dengan kemeja hitam berlengan pendek dan celana blue jeans panjang itu.
Bahkan saat Doyeon ingin mengembalikan pensil miliknya setelah selesai ujian, lelaki itu sudah berjalan cepat keluar ruangan lebih dulu. Meninggalkan Doyeon yang sempat sekali memanggilnya, tapi tak didengarkan. Juga kartu peserta ujiannya.
Lucas Mahavira Aridylan. Sebuah nama yang tertera di sana.
Tanpa sadar, Doyeon tersenyum kecil.
Dua benda itu, masih tersimpan dengan baik sampai sekarang.
Memang begitu sifat wanita, selalu mengingat hal-hal kecil yang tidak begitu berarti. Memang begitu sifat wanita, selalu tersentuh bahkan hanya dengan perhatian kecil, yang nyatanya tidak bermakna apapun.
Doyeon melihatnya lagi di lobby gedung ujian mereka, tapi, Doyeon tak berani mendekat pada Lucas, karena lelaki itu sudah cukup sibuk dengan gadis berambut ikal panjang di sampingnya. Bercanda tawa dengan bahagianya tanpa peduli sekitar. Lalu pergi entah ke mana.
Doyeon pikir, itu saat terakhir ia bertemu dengan lelaki itu. Karena pertemuan mereka yang begitu singkat. Mungkin, apa yang terjadi hari ini hanyalah sebuah kebetulan. Pun terlalu acak jika Doyeon berharap mereka akan bisa bertemu lagi.
Tapi, keadaan berkata lain. Siang itu, Doyeon bertemu dengannya lagi. Setelah sekian lama. Bahkan Doyeon sudah tak lagi mengingat Lucas.
"Doyeon ya?"
Begitulah yang ia katakan, dan secepat itu memori tentang Lucas, lelaki yang sempat terlintas dalam benak Doyeon, dulu, kembali tersusun.
Entah bagaimana Doyeon harus menanggapinya, ia hanya, tak merasakan apapun, atau.. berusaha untuk tak merasakan apapun. Lucas dan Doyeon kini hanya dua orang asing yang baru bertemu lagi, setelah pernah bertemu sebelumnya dan terpisah. Tidak perlu ada lagi cerita yang berlanjut dari pertemuan keduanya.
Dan lagi-lagi, sebuah kebetulan itu bermunculan, menjadi satu dan menggariskan suatu cerita. Jika Lucas dan Doyeon harus bertemu lebih sering, sebagai tetangga dan tempan satu kelasnya di kampus, bahkan fakultas dan jurusan yang sama.
Bahkan Doyeon pun tak tau harus berbuat apa ketika Lucas dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Doyeon.
Walaupun keadaan secara jelas menunjukkan jika Doyeon sudah memiliki orang lain. Doyeon sudah memiliki Youngmin. Tapi, Lucas tetap tidak mundur, sedikit pun.
Doyeon?
Entahlah, ia tidak bisa menerima Lucas, tapi, sebagian dari dirinya juga tak pernah menyuruh Lucas untuk menjauh. Seakan mengharapkan kehadirannya, tapi ia juga tak ingin Lucas ada.
Dalam hati kecilnya, Doyeon selalu merasa berada di persimpangan.
Di satu sisi, ia ingin bertahan dengan apa yang ia miliki sekarang, seorang Youngmin Ilyasa yang begitu sempurna. Tapi, di lain sisi, Doyeon terus berpikir, bagimana jika Doyeon dan Lucas bisa mengenal satu sama lain lebih awal?
Mungkin, kisahnya tidak akan serumit ini.
miles & smile ✈
gimana? sudah mulai panas kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
miles & smile― lucas ✔
Fanfickarena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh #spinoff remaja masjid 2 | kpoplokal ©2019 syyouth- Parallel Universe}