Happy reading!
✨✨✨
Hampir terlambat. Sudah biasa. Dia tepat waktu. Mungkin tinggal beberapa menit lagi. Tidak sampai lima menit, Pak Adib, satpam SMA Azalea sudah menutup gerbang kalau saja dia terlambat.
Pak Adib memanglah tepat waktu untuk hal tutup-menutup gerbang sekolah. Dia bahkan memasang alarm di posnya yang diatur tepat pukul tujuh. Terlambat sedikit saja, pasti akan mendapatkan hukuman yang pasti akan langsung diberikan saat itu juga oleh guru BK. Memang, hukumannya tidak terlalu berat, tetapi semua siswa juga pasti tidak ingin mendapatkan hukum seringan apapun hukuman itu. Hukuman tetaplah hukuman, tidak ada kesan menyenangkan bagi kebanyakan orang.
Ya dia adalah Kean. Salah satu siswa SMA Azalea yang bisa dikategorikan dalam deretan most wanted. Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang ramah kepada siapapun membuatnya diidam-idamkan oleh tidak sedikit siswi di sekolah ini. Dia datang ke sekolah dengan motor abu-abu kesayangannya. Bukan motor sport melainkan hanya motor matic biasa.
Langsung saja dia memarkirkan motornya di parkiran khusus siswa. Ada sahabat-sahabatnya juga disana. Hanya 2. Rio dan Reyhan. Posisinya, Reyhan sedang duduk di atas motornya dan Rio sedang memakan bekalnya.
"Lo bener-bener tepat waktu. Lihat ni jam," ucap Reyhan yang ditujukan pada Kean yang baru memarkirkan motornya. Reyhan memperlihatkan jamnya yang sudah menunjukkan pukul tujuh tepat.
"Jam baru ya Rey?" Salah fokus, sudah biasa. Namanya juga Rio. Bisa dibilang Rio lah yang paling gesrek di antara ketiganya. Rio melanjutkan acara makannya lagi.
"Iya dong," jawab Reyhan dengan bangganya. Padahal tadinya tidak ada niatan untuk pamer jam barunya itu.
Jam itu adalah pemberian sang pacar. Reyhan memakainya ke sekolah untuk menghargai pacarnya yang sudah rela membelikan untuknya. Biasanya Reyhan memakai jam tangan berwarna abu-abu tua, sekarang dia memakai jam tangan warna hitam yang modelnya hanya berbeda sedikit dari yang lama.
"Bilang aja lo mau pamer jam," cibir Kean.
Kean turun dari motornya dan duduk bersama Rio di bangku yang ada di parkiran itu. Dia membuka tasnya dan mengambil ponselnya yang ber-case navy. Menghidupkan data seluler dan membuka aplikasi instagram. Men-scroll sambil menyukai postingan yang dari akun yang diikutinya.
"Gue ga ada niatan buat pamer kok," sanggah Reyhan. Reyhan masih setia duduk di atas motor sambil membalas chat pacarnya.
"Iyiin," ucap Kean dan Rio hampir bersamaan. Reyhan hanya memasang wajah kesal dan memalingkannya ke sembarang arah.
Rio memasukkan kotak bekal yang isi sudah habis ke dalam tasnya. Tak lupa mengambil minum yang ada di tas bagian samping. Botol minum yang belum pernah lupa dibawanya selama SMA ini. Meskipun memang berganti-ganti warna, modelnya tetap saja sama. Begitupun dengan kotak bekalnya. Selalu berwarna senada dengan botol minumnya.
"Kuy cek mading!" ajak Rio. Rio sudah ingin berdiri, tetapi Kean menarik seragamnya sehingga dia kembali ke posisi awal.
"Lah ngapain cek mading?" tanya Kean. Tak biasanya Rio mau melihat mading. Mampir untuk sekedar membaca karena lewat saja tidak pernah. Nah ini, entah badai darimana yang membuatnya tertarik mengajak Kean dan Reyhan ke mading. Tentu saja Kean kebingungan. Terlalu banyak hal di luar dugaan pagi ini.
"Lo ga tau?" Rio malah balik tanya.
Kalau Kean tahu, tentunya dia tidak akan menanyakannya. Dasar Rio. Akan tetapi bisa dipastikan Rio reflek menanyakan itu. Bisa saja karena efek terlalu kenyang karena sang ibu membawakan bekal yang porsi nasinya lebih banyak dari biasanya. Naik kelas porsi nambah.
"Kalo gue tau ga bakalan nanya lah ogeb," ucap Kean dilanjutkan dengan tangannya menoyor pelan kepala Rio.
"Eh lo kira kepala gue ini apaan ha?! Main toyor-toyor seenak jidat," ucap Rio tidak terima.
"Mon maap dah. Dimaapin kan Kean yang ganteng ini? Kan Rio sangat sangat baik jadi pasti dimaapin kan?" Kean meminta maaf. Terdengar lebay memang.
Hanya terdengar deheman dari Rio. Rio sedang dalam mode kesalnya. Lain halnya dengan Reyhan yang mood-nya mungkin sudah membaik. Reyhan yang sedari tadi masih diam pun mulai berbicara.
"Ah lo juga gimana si kan si curut baru dateng ya pasti ga tau lah," ucap Reyhan. Curut yang Reyhan maksud adalah Kean. Untuk Rio, nantinya dia akan memikirkannya lagi.
"Enak aja manggil curut. Orang nama gue bagus juga. Pake diganti curut apaan coba?!" protes Kean.
"Lo mau tau ga ada apa di mading?" tanya Reyhan. Kean mengangguk. Tentunya dia membutuhkan informasi dari kedua sahabat gesreknya itu.
"Hari ini tuh ya pembagian kelas baru dan itu ditempel di mading. Udah ah kuy cek mading," jelas Rio.
"Tapi gue laper, kantin dulu yak!" bujuk Kean.
Kean tidak sempat sarapan karena bangun terlambat. Kebiasaan memang. Sekarang dia harus merayu-rayu sahabatnya itu agar ke kantin untuk menuntaskan urusan perutnya itu.
"Engga ah nanti telat informasi," tolak Rio.
"Hmm oke deh oke. Cek mading dulu habis itu kantin ya?" tawar Kean.
Mereka sepakat dan akhirnya berjalan menuju mading yang ada di koridor kelas sebelas. Mading yang letaknya paling dekat dengan kantin.
Belum sampai di depan mading, terlihatlah kerumunan orang-orang kepo. Bagaimana tidak kepo? Sudah tertebak dengan jelas jika siswa-siswi itu sedang mencari tahu kelas mereka yang baru.
"Yaelah rame banget yak," keluh Rio.
Mading itu tidak terlalu besar jadi harus antri untuk bisa sekedar melihatnya. Tak terhitung berapa siswa maupun siswi yang mengerubungi mading itu. Untuk menyerobot rasanya susah melihat betapa rapatnya kerumunan itu.
"Semua juga penasaran kali sama kelas barunya," balas Reyhan.
"Kan pada rame tuh. Kantin dulu ya? Gue belum sarapan, cacing-cacingnya udah pada protes ini. Kantin dulu ya?" Kean memasang puppy eyes nya. Berharap sahabatnya mau diajak ke kantin terlebih dahulu.
"Oke ke kantin dulu habis itu balik langsung cek mading. Gue udah penasaran soalnya." Rio menyetujui. Tak perlu menanyakan ataupun menunggu jawaban Reyhan, sudah pasti cowok itu akan mengiyakan juga.
"Iya iya."
Mereka berjalan menuju kantin kemudian duduk dan makan. Kean menyantap nasi gorengnya. Sedangkan Rio dan Reyhan membeli cemilan sambil menunggu Kean sarapan. Tak lama, mereka sudah selesai. Sedari tadi, Rio terus saja menyuruh Kean cepat-cepat menghabiskan makanannya karena dia memang sudah sangat penasaran dengan pembagian kelas yang baru.
Sekarang mereka sudah sampai di depan mading. Sudah tidak seramai tadi karena mungkin para murid sudah melihat dan masuk ke kelas barunya masing-masing. Mereka mencari nama mereka di deretan nama-nama siswa lain.
"Kepisah. Tapi sebelahan si," ucap Kean setelah menemukan nama mereka. Reyhan terpisah. Dia sendiri yang berada di kelas lain.
"Yaudah lah gapapa," balas Reyhan.
"Yan, nanti kita duduknya pisah ya," celetuk Rio.
"Kenapa emang?" tanya Kean penasaran.
"Gue mau duduk sama cewek hehe." Rio tertawa pelan di akhir. Mungkin dia memang mau mencari kesempatan di kelas baru mereka nantinya.
"Sa ae lo. Ya udah yok." Mereka meninggalkan mading dan berjalan bersama menuju kelas masing-masing.
✨✨✨
To be continue
Terima kasih sudah membaca
See you
--temanrlmu--
KAMU SEDANG MEMBACA
Keanadira [ Selesai ]
Teen FictionSeandainya Kean tak tergesa-gesa. Seandainya Kean memilih satu orang saja. Seandainya Kean menyadari lebih cepat perasaannya. Tapi nyatanya, semua tak berjalan seperti seandainya. Seharusnya Nadira bersikap biasa saja. Seharusnya Nadira memilih oran...