*Satu bulan kemudian*
Sean menikmati pemandangan sore Seattle dari jendela kantornya. Sudah sebulan berlalu setelah kepergiannya ke London. Tak seharipun ia tidak merindukan Gerald maupun George. Sean sudah mencoba melupakannya, mencoba lembaran baru dengan wanita lain namun tidak berhasil. Sean berjalan ke arah meja kerjanya saat ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari Lydia.
"Sean, dimana kau?" ucap Lydia dengan nada khawatir.
"Masih di kantor. Apakah terjadi sesuatu?" jawab Sean malas malasan.
"Ya, aku sedang berkunjung ke rumahmu tetapi tidak menemuimu."
Sean melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sekarang sudah pukul 6 sore dan kantor sudah mulai sepi.
"Aku akan pulang 10 menit lagi." ucap Sean.
"Apakah kau tidak kasihan padaku jauh jauh dari London hanya untuk bertemu putra semata wayangku?" Sean dapat mendengar nada memelas di sebrang sana.
"Ya. Aku pulang sekarang." Sean mengalah.
Tunggu, apakah Lydia baru saja menyebutkan London? Apakah Lydia datang menemui Gerald?
"Tunggu, ibu ke London? Kenapa?" tanya Sean penasaran.
"Ada acara bisnis di sana dan liburan." jawab Lydia cepat.
Entah mengapa Sean merasa ada yang aneh dengan jawaban Lydian. Tapi yasudahlah.
"Oh ku kira.""Kau kira apa Sean?" tanya Lydia balik.
"Tidak jadi. Sampai jumpa di rumah, Bu. Dah."
"Ya. Hati hati."
Sean langsung mematikan telfonnya. Entah mengapa kali ini jantung Sean berdetak kencang. Radanya seperti nervous bahkan ia merasakan nyeri di dada karena aktivitas jantungnya.
Ada apa ini?
****
Hari semakin gelap dan jalanan semakin ramai saja. Sean sengaja membuka kaca jendela mobilnya untuk merasakan hembusan angin segar. Sampai sekarang pun jantungnya masih berdebar kencang. Bahkan sekarang tangannya mulai berkeringat.
Sebenarnya ada apa ini?Lima belas menit kemudian, Sean sudah dapat melihat gerbang rumahnya.
Satpam langsung membukakan gerbang rumah setelah melihat mobil Sean."Selamat malam pak." sapa si satpam.
"Malam." balas Sean sambil tersenyum kecil.
"Anda sudah ditunggu di dalam." si satpam tersenyum.
"Ya aku tahu ibuku datang." ucapnya sebelum melajukan mobilnya menuju garasi.
Tak beberapa lama mobilnya sudah terparkir sempurna di garasinya. Ia mematikan mesin mobil seraya mengambil barang barang pentingnya. Sean baru menyadari bahwa mobilnya sungguh berantakan, sepatu dan pakaian tersebar di jok belakang. Setelah perginya Gerald, Sean jadi jarang membawa pulang tumpukan baju kotornya.
Kenapa dibawa pulang jika tidak ada yang mencuci :))
Sean berjalan loyo ke arah rumah. Ia menyampirkan jasnya di pundak seraya membawa seberkas dokumen. Ia berhenti berjalan saat melihat pintu rumahnya perlahan lahan terbuka namun tidak ada yang keluar. Sean mematung ditempat.
"Papa!" terdengar suara yang sangat familiar di indra pendengaran Sean. Suara yang selama ini Sean rindukan.
"George?"
Seketika terlihat anak kecil keluar dari rumah lalu berlari menghampirinya. Jantung yang berdebar kencang kini berhenti berpacu karena serangan kebahagiaan. Sudut bibir Sean tertarik ke atas membentuk senyuman kebahagiaan.
Sean meregangkan tangannya untuk menyambut George dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid With Benefits
RomancePembantu yang mempunyai berbagai manfaat? Siapa yang tidak mau. Hugable Kissable? Sungguh pembantu dambaan. Geraldine Chester menemukan pekerjaan walau hanya sebagai pembantu. Namun siapa sangka pekerjaannya mempertemukannya dengan Sean Cage. Semua...