***
"mas kamar kita yang mana?" tanyaku melihat sekeliling dalam rumah yang cukup besar ini
"yang itu sayang, kamu kesana dulu ya, nanti aku nyusul" ucap mas Imran menunjukkan kamar sambil meraih handphone nya
"mas mau kemana?" tanyaku
"mas nerima telepon dulu sayang" sahut mas Imran dan berlalu pergi ke teras rumah
"baiklah mas" ucapku melangkah menuju kamar kami
Ku buka daun pintu kamar mas Imran yang kini telah manjadi kamar kami, kamarnya terlihat sangat rapi bagi seorang lelaki yang biasanya khas dengan amburadulnya.. Heheh
Aku tidak perlu beberes seluruh ruangan karena memang sudah tertata rapi, jadi aku hanya menata bajuku dan mas Imran di sebuah almari besar dari kaca yang ku kira telah disiapkan olehnya untukku menaruh gamis yang panjang..
"sudah selesai sayang?" tanya mas Imran berjalan ke arahku dari luar kamar
"iya mas sudah, toh kamarmu juga sudah sangat rapi ,ini tinggal nata baju aja" ucapku dengan menaik turunkan alisku menggodanya
"siapa dulu dong, suamimu sayang, Imran al fatih" ucapnya dengan bangga karena rumahnya selalu dalam keadaan rapi meski hanya ditinggali seorang diri
"iyaa.. Iyaa.., mas kalau ndak sibuk, bantu Ameera ya nata baju banyak ini.. Heheh" ucapku
"siaapp humairahkuu" ujar mas Imran turut membantuku menata baju kami
"eh tadi kamu habis terima telepon dari siapa mas?" tanyaku pada mas Imran
"ituloh sayang, dari ustadz Azzam, dia nyuruh mas aktif lagi ngisi kajian di masjid dekat kampus itu" tutur mas Imran menjelaskan sambil duduk membantuku menata baju
"oalah, jadi ingat pas ketemu kamu di masjid itu deh" ucapku dengan tersenyum menarik ke belakang ingatanku saat bertemu mas Imran, ustadz idolaku yang kini telah menjadi imamku
"oh, yang kamu malu-malu itu yaa?" ujar mas Imran sambil tertawa
"apaan mas? Ndak kali, Ameera hanya harus punya sifat malu dihadapan lawan jenis" tuturku
"kamu tahu sayang, itu yang membuatku mencintaimu" tutur mas Imran yang membuat pipiku merah
"kenapa mas, bukannya aku seperti sombong ya atau angkuh tidak mau berjabat tangan ataupun menatap lawan jenis saat ngobrol?" tanyaku
"sombong? itu bagi mereka yang belum tahu kalau wanita salihah itu harus punya sifat malu, karena wanita sangat dimuliakan dengan rasa malu itu,aku bangga memilikimu sayang, dengan begitu kamu tidak akan melirik pria lain..hehe" jawab mas Imran yang tadinya aku bahagia menjadi kesal karena dia menggodaku dengan tutur katanya di akhir bicaranya
"oh jadi gitu, kalau aku melirik pria lain gimana mas?" ujarku
"ya ndak boleh, kamu harus dan hanya boleh melirik mas sayang, tidak boleh yang lain" tutur mas Imran yang menunjukkan dia takut kehilangan diriku
Betapa beruntungnya aku, mendapati mas Imran sebagai jodohku.. Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas semua rahmat-Mu
"iya iya mas, lagi pula untuk apa aku melirik pria lain jika dihadapanku sudah ada imam yang ku idamkan? Yang dalam dirinya ada cinta yang membawaku ke Jannah-Nya kelak" tuturku dari hati yang membuat mas Imran menatap mataku
"masyaallah sayang, kamu bisa menggombal yaa" ujar mas Imran menatapku kemudian tertawa
"ihh kok ketawa sih mas, aku kan bicara jujur dari hati" ucapku kesal dan kini sudah manyun bibirku ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)
Teen FictionHati-hati kalau baca, awas BAPER 😂 Langit pagi yang cerah, mentari kian merasuk dalam cermin dan memantul pada bibir yang membuat ukiran indah dengan lesung manis dipipiku... Aroma udara Jogja yang khas kian masuk dalam kalbu "Assalamualaikum Yog...