Lanjut ni yee..
"Bolehkah mempercayai sesuatu yang tampak walaupun nyatanya berbanding terbalik?"
Kegelisahan muncul ketika kecurigaan dan penjelasan yang diutarakan Dion benar-benar nyata adanya."Ga mungkin ayah kumat lagi!" Katanya lirih sembari menatap langit senja
Rasa deru didalam hati semakin berkecamuk, entah kenapa, perkataan Dion berkenaan dengan ayahnya seakan menusuk ulu hati Aerlyn sendiri.
Ia bangkit, meregangkan tubuhnya yang sedari tadi mangkal di balkon satu jam lalu.
Aerlyn menghampiri ayahnya yang sudah tampak rapi seperti ingin pergi. Padahal sudah jelas, Surya selama seminggu ini pergi kerja setiap malam, kenapa sore ini ia berangkat?
"Ayah mau pergi kerja?" Tanya Aerlyn sedikit sinis
"Iya, bos ayah suruh berangkat lebih awal! Soalnya pekerjaan makin bertumpuk!" Jawab Surya dengan tersenyum rada-rada berbohong
"Oh, yasudah!" Aerlyn balik ke kamar
Surya pergi dengan kesan dan suasana hati yang tampak lain dari biasanya. Sudahlah! Itu tidak penting, sekarang yang harus dikerjakan adalah membuktikan bahwa tuduhan Dion itu salah.
Langkah Aerlyn terhenti melihat cairan pekat diatas lantai. Seperti darah. Aerlyn memeganginya, darah yang masih segar seperti baru keluar dari luka sayatan.
Darah itu ternyata tidak satu tetes, ada tetesan lain yang berakhir diruangan mengerikan yang pernah ia singgahi.
Dengan denyut jantung yang terpacu, Aerlyn memperhatikan pintu yang berlumut lebih banyak daripada sebelumnya.
Ia selalu mengingat apa yang ia dapati waktu itu, museum tubuh manusia! Jangan tanya itu ulah siapa. Ya jelas itu perbuatan ayahnya sendiri.
Pintu itu tidak terkunci, sangat rapuh dan juga terlihat seperti pintu ke dimensi lain. Dengan langkah yang mantap Aerlyn memasukinya. Ia yakin dengan segenap hati tentang janji ayahnya yang akan membersihkan ruangan ini dan membuang semua yang berada didalamnya.
Pintu terbuka, wajahnya seketika pucat ketika mendapati ruangan yang sama seperti yang ia hampiri saat itu.
"Masih belum berubah ya?" Kata Aerlyn pasrah sembari menyeka air matanya
Ia melihat potongan jari telunjuk terbujur dilantai. Masih fresh dan belum pucat sama sekali. Ia meremasnya. Kemarahannya benar-benar memuncak. Mata yang berbinar seakan siap mencengkeram siapa saja.
Aerlyn menghirup udara tercemar disana hingga memenuhi paru-parunya. Kepalanya mulai pusing, mual dan pastinya merasa jijik.
"Aerlyn?" Sahut seseorang dari ambang pintu
Nampak raut wajah yang mengiba, seakan tidak pernah berbuat dosa, padahal sudah puluhan nyawa ia korbankan. Siapa lagi kalau bukan Surya, wajahnya masih terlihat muda meskipun usianya masih menginjak kepala empat.
"Jangan sentuh aku! Dasar hina!! Kenapa kau masih melakukannya? Padahal kau berjanji ingin mengakhiri semua aksi bejat mu!!" Teriaknya dengan sangat nyaring
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me [End]✓
Teen Fiction(CERITA BELUM DIREVISI) Cek n enjoy to story'😋 Yang jelas takdir gue buruk, bertemu dengan pria cacat mental dan bahkan gue harus menyebutnya sebagai ayah, yang benar saja? Hidup gue dulu berjalan baik bagai sebuah dongeng, tapi sekarang semua tera...